Klasifikasi TNM dan Sistem Staging Tumor Ganas

2.7.6.4 Rehabilitasi

Tujuan utama rehabilitasi post operasi adalah penyembuhan luka primer, memelihara atau rekonstruksi bentuk wajah dan pemulihan oronasal yang terpisah kemudian memperlancar proses bicara dan menelan. Rehabilitasi setelah reseksi pembedahan dapat dicapai dengan menggunakan prosthesis pada gigi atau rekontruksi dengan bantuan flap seperti flap otot temporalis dengan atau tanpa inklusi tulang kranial, pedicled atau microvascular free myocutaneous dan flap kutaneus Bailey, 2006.

2.7.6.5 Terapi Radiasi

Radiasi digunakan sebagai metode tunggal untuk membantu pembedahan atau sebagai terapi paliatif. Radiasi post operasi dapat mengontrol secara lokal tetapi tidak menyebabkan kelangsungan hidup spesifik atau absolut. Sel-sel tumor yang sedikit dapat dibunuh, pinggir tumor non radiasi dapat dibatasi sepanjang pembedahan dan penyembuhan luka post operasi lebih dapat diperkirakan Bailey, 2006.

2.7.6.6 Kemoterapi

Kemoterapi untuk penanganan pada tumor dari daerah kavum nasi dan sinus paranasal biasanya berupa terapi paliatif, menggunakan efek cytoreductive untuk mengurangi rasa nyeri dan sumbatan. Samant et al pada tahun 2004 melaporkan penggunaan cisplatin intra-arteri dengan radiasi konkomitan pada pasien dengan tumor ganas kavum nasi dan sinus paranasal dengan angka ketahanan hidup kira –kira 53. Pasien dengan prognosa yang buruk yang tidak bisa dilakukan tindakan operasi sebaiknya menggunakan protokol kombinasi kemoterapi dan radiasi Bailey, 2006.

2.8 Klasifikasi TNM dan Sistem Staging Tumor Ganas

Bermacam-macam klasifikasi untuk menentukan stadium, yang digunakan di Indonesia adalah klasifikasi AJCC 2010 yang hanya berlaku untuk karsinoma di sinus maksila, etmoid dan rongga hidung sedangkan untuk Universitas Sumatera Utara sinus sphenoid dan frontal tidak termasuk dalam klasifikasi ini karena sangat jarang ditemukan. Definisi sistem TNM nya adalah sebagai berikut. Sinus maksila Tis : Carcinoma in situ T1 : Tumor terbatas pada sinus maksila T2 : Tumor menyebabkan erosi tulang termasuk palatum durum dan meatus media, tanpa penyebaran ke dinding posterior sinus maksila. T3 : tumor menginvasi dinding posterior sinus maksila, jaringan subkutaneus, dinding medial dan dasar orbita, fossa pterygoid, sinus etmoid. T4a : tumor menginvasi dinding anterior orbita, kulit pipi, fossa intratemporal, lempeng pterygoid, plate cribiformis, sinus frontal dan sfenoid . T4b : Tumor menginvasi atap orbita, dura, kranial, fosa media kranial, saraf kranial. Kavum nasi dan Sinus etmoid Tis : Carcinoma in situ T1 :tumor terbatas pada satu sisi, Regional Lymph Nodes N N0 : tidak ada penyebaran ke KGB leher N1 : Metastase single KGB leher ipsilateral, dengan ukuran ≤ 3cm N2a : metastase ke single KGB leher ipsilateral, dengan ukuran 3 ≤x6 cm N2b : metastase ke multiple KGB leher ipsilateral, dengan ukuran 3 ≤x6 cm N3 : metastase ke singlemultiple KGB leher, dengan ukuran ≥ 6 cm Distant Metastasis M M0: tidak ada metastase jauh M1 : ditemukan metastase jauh STAGE GROUPING 0 Tis N0 M0 I T1 N0 M0 II T2 N0 M0 III T3 N0 M0 T1 N1 M0 T2 N1 M0 Universitas Sumatera Utara dengan atau tanpa destruksi tulang. T2 : tumor menginvasi dua sisi termasuk complex nasoethmoidal, dengan atau tanpa destruksi tulang. T3 : tumor meluas ke dinding medial dan dasar orbita, sinus maksila, palatum atau plate cribiformis. T4a : tumor menginvasi orbita anterior, kulit dari hidung dan pipi, ekstensi minimal dari fossa kranial anterior, plate pterygoid, sinus sfenoid dan frontal. T3 N1 M0 IVA T4a N0 M0 T4a N1 M0 T1 N2 M0 T2 N2 M0 T3 N2 M0 T4a N2 M0 IVB T4b Any N M0 Any T N3 M0 IVC Any T Any N M1 Universitas Sumatera Utara

2.9 Kerangka Konsep