a. Mengelola koperasi dan usahanya. b. Mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan rencana
anggaran pendapatan dan belanja koperasi. c. Menyelenggarakan rapat anggota.
d. Mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.
e. Memelihara daftar buku anggota dan pengurus.
2.1.5.3 Pengawas
Berdasarkan Undang - Undang No 25 tahun 1992 pasal 39 ayat 1, tugas
pengawas koperasi adalah :
a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi.
b. Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasan
2.2 Partisipasi Anggota
2.2.1 Pengertian Partisipasi Anggota Koperasi
Menurut Anoraga 2003:111 partisipasi anggota adalah kesediaan anggota untuk mengikuti kewajiban dan menjalankan hak keanggotaan secara bertanggung
jawab. Jika sebagian besar anggota koperasi sudah menunaikan kewajiban dan melaksanakan hak secara bertanggung jawab maka partisipasi anggota yang
bersangkutan sudah di katakan baik. Akan tetapi jika ternyata hanya sedikit yang demikian maka,partisipasi anggota koperasi yang bersangkutan di katakan buruk
atau masih rendah.
Partisipasi anggota koperasi dapat berupa modal koperasi. Hal ini senada dengan pendapat Sitio 2001:88 partisipasi modal adalah kontribusi anggota
dalam memberi modal koperasinya yaitu dalam bentuk simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan usaha dan lainnya. Partisipasi anggota memegang
peranan yang menentukan dalam perkembangan koperasi. Partisipasi anggota dapat menimbulkan rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban mereka sebagai anggota maupun pemilik koperasi. Kurangnya partisipasi anggota akan mengakibatkan kemiskinan ide-ide dari anggota yang
pada akhirnya akan menghambat perkembangan koperasi. Menurut Widiyanti 2007:199 partisipasi anggota dapat diukur dari
kesediaan anggota untuk memikul kewajiban dan menjalankan hak keanggotaanya secara bertanggung jawab, maka partisipasi anggota dapat dikatakan baik. Akan
tetapi jika ternyata sedikit anggota yang menunaikan kewajiban dan melaksanakan haknya secara bertanggung jawab, maka partisipasi anggota dapat dikatakan
buruk atau rendah. Dalam pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi
anggota adalah kesediaan untuk melaksanakan kewajiban dan melaksanakan hak keanggotaan secara bertanggung jawab.
2.2.2 Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat Partisipasi Anggota
terhadap Koperasi
a Faktor pendorong Faktor pendorong partisipasi anggota terhadap koperasi antara lain:
1. Perasaan yang kuat
2. Latihan berkesinambungan bagi anggota 3. Kunjungan-kunjungan lapangan dari para penggerak koperasi yang
berkesinambungan untuk melakukan dialog informal dengan anggota setempat
4. Para anggota dan pengurus melaksanakan rapat-rapat dengan hasil yang baik, membuat kartu anggota dan pembukuan dengan benar dan
menerbitkan laporan keuangan bulanan. 5. Menanamkan dan mempertahankan sikap mental yang baru atau
kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan aneka simpanan pemberian pinjaman dan aspek-aspek lain untuk bekerja sama dengan
koperasi. 6. Latihan bagi anggota untuk memahami, menganalisis koperasi-
koperasi, mengadakan perjanjian, persatuan pada saat permulaan. 7. Memelihara pendanaan dari dalam secara teratur.
b Faktor penghambat partisipasi anggota tarhadap koperasi Di samping faktor pendukung, terdapat juga faktor yang menghambat
partisipasi anggota terhadap koperasi yaitu: 1. Kurangnya pendidikan anggota, antara lain dalam bentuk latihan
anggota dan calon anggota yang sesuai dengan kebutuhan. 2. Budaya feodalisme dan peternalisme yang dilakukan kepada para
anggota. 3. Kurangnya tindak lanjut yang konsisten.
4. Adanya manipulasi yang sengaja di buat oleh pihak tertentu.
5. Kartu anggota tidak di buat dengan baik sehingga menimbulkan ketidak jelasan dalam melakukan transaksi.
6. Kurangnya manajemen yang teratur dan ketrampilan manajemen dari pengurus koperasi.
7. Kurangnya rencana pengembangan professional pengembangan koperasi untuk mengimbangi dinamika kebutuhan para anggota.
8. Kurangnya penyebaran informasi tentang penampilan koperasi seperti neraca, biaya, manfaat dan laporan-laporan lainnya terkait dengan
kegiatan yang di jalankan oleh koperasi. 9. Pengalaman-pengalaman dan praktek-praktek yang buruk di masa
lampau. 10. Ketidak cakapan pengurus koperasi untuk menata pembukuan.
Mutis, 1992: 94-95
2.2.3 Bentuk atau Wujud Partisipasi Anggota