Kampung Baru Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 20132014”. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan persentase rata-rata aktivitas siswa sebesar
11,20, dari 64,40 cukup aktif pada siklus I menjadi 81,18 aktif pada siklus II. Peningkatan persentase rata-rata hasil belajar siswa dari
65,80 cukup dengan ketuntasan belajar sebesar 58,06 pada siklus I menjadi 73,50 baik pada siklus II dengan ketuntasan belajar sebesar 83,87.
Dapat disimpulkan bahwa penerapan model NHT dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA pada siswa kelas V di SD No. 7 Kampung Baru tahun
pelajaran 20132014. Berdasarkan kajian empiris diatas, maka penelitian-penelitian tersebut
dapat dijadikan pendukung penelitian yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model Numbered Head Together Berbantuan Media
Gambar Ilustrasi Siswa Kelas IV SDN Mangkangkulon 02”.
2.3 KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan kajian teori dan kajian empiris yang telah diuraikan diatas menunjukan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Mangkangkulon 02
belum mencapai hasil yang optimal, dari 23 siswa , terdapat 14 siswa 61 yang nilainya masih dibawah KKM 68. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu dari guru, siswa, sumber dan media pembelajaran. Dari segi guru antara lain: 1 dalam pembentukan kelompok, guru kurang mengoptimalkan tanggung jawab
masing-masing siswa; 2 guru kurang memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran; 3 penggunaan model pembelajaran yang menarik dan
inovatif kurang dioptimalkan. Dari segi siswa antara lain: 1 interaksi dan kerja sama antar siswa dalam diskusi kurang terlihat.; 2
kurangnya keterlibatan total siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran; 3 kesiapan diri siswa dalam
menjawab pertanyaan yang diberikan guru masih kurang; 4 kurangnya tanggung jawab siswa terhadap tugas - tugas yang diberikan guru; 5 kondisi kelas gaduh
dan sulit untuk dikendalikan. Sedangkan dari segi sumber dan media pembelajaran antara
lain:1 pemanfaatan media pembelajaran
kurang dioptimalkan; 2 konsep yang diterima siswa sebagian besar hanya dari buku
paket dan dari apa yang disampaikan guru. Melihat kondisi tersebut, peneliti bersama kolaborator mencari solusi dan
menetapkan alternatif tindakan dengan menerapkan model Numbered Head Together berbantuan media gambar ilustrasi yang diharapkan dapat memberikan
peningkatan pada keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SDN Mangkangkulon 02 serta dapat
memberikan kontribusi atau masukan bagi guru untuk selalu menerapkan pembelajaran inovatif dan menyenangkan agar siswa antusias dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam skema alur kerangka berfikir berikut ini.
Bagan 2.2 Skema Alur Kerangka Berpikir
KONDISI AKHIR
KONDISI AWAL
TINDAKAN
Kualitas pembelajaran IPA rendah, dapat dilihat dari : 1. Keterampilan guru
- kurang mengoptimalkan tanggung jawab masing-masing siswa
dalam pembentukan kelompok -
kurang memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
- penggunaan model pembelajaran yang menarik dan inovatif
kurang dioptimalkan. 2. Aktivitas siswa
- interaksi dan kerja sama antar siswa dalam diskusi kurang
terlihat. -
kurangnya keterlibatan total siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran
- kesiapan diri siswa menjawab pertanyaan guru masih kurang.
- kurangnya tanggung jawab siswa terhadap tugas yang
diberikan guru. -
kondisi kelas gaduh dan sulit dikendalikan. -
konsep yang diterima siswa sebagian besar hanya dari buku paket dan dari apa yang disampaikan guru.
3. Hasil belajar Hasil belajar IPA masih rendah, dari 23 siswa , 14 siswa 61
nilainya masih dibawah KKM 68.
Kualitas pembelajaran IPA mengalami peningkatan dapat dilihat dari: 1. Keterampilan guru meningkat.
2. Aktivitas siswa meningkat. 3.
Hasil belajar siswa meningkat dengan nilai ≥KKM 68 dengan ketuntasan klasikal sebesar 80.
Langkah-langkah Pembelajaran dengan menggunakan Model Numbered Heads Together berbantuan media gambar ilustrasi :
1. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran. 2. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap
kelompok mendapat nomor. 3. Guru menjelaskan materi pokok menggunakan media gambar
ilustrasi 4. Guru
memberikan tugas
dan masing-masing
kelompok mengerjakannya.
5. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya mengetahui
jawabannya. 6. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka. 7. Siswa lain diminta memberi tanggapan, kemudian guru menunjuk
nomor yang lain. 8. Guru beserta siswa membuat kesimpulan tentang materi yang
telah dipelajari. 9. Siswa mengerjakan soal evaluasi.
2.4 HIPOTESIS TINDAKAN