Teori Belajar yang Mendukung Penerapan Model Numbered Heads

verbal. Prasetyo, 2010:8. Adapun langkah-langkah dalam menggunakan media gambar ilustrasi dalam proses pembelajaran antara lain: 1 mengidentifikasi bahan ajar; 2 membuat media gambar ilustrasi yang sesuai dengan bahan ajar dengan membuat sketsa dan pewarnaan yang menarik; 3 menyajikan media gambar ilustrasi berkaitan dengan materi pembelajaran; 4 menempatkan media gambar ilustrasi pada posisi yang tepat; 5 menjelaskan pokok materi dengan bantuan media gambar ilustrasi; 6 memberi kesempatan siswa bertanya. Donny, 2013 Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan media gambar ilustrasi merupakan media yang dapat memberikan pengalaman visual yang nyata pada siswa dan mudah dimengerti. Selain itu media gambar ilustrasi dapat berupa sketsa, karikatur maupun kartun yang dapat menarik perhatian siswa untuk memahami materi pelajaran yang disampaikan guru. Mengingat media gambar ilustrasi yang mudah, menyenangkan, dan berbagai kelebihan yang diberikan, maka dapat dijadikan sebagai media sehingga siswa lebih tertarik mengikuti proses pembelajaran IPA.

2.1.10 Teori Belajar yang Mendukung Penerapan Model Numbered Heads

Together Berbantuan Media Gambar Ilustrasi 1 Teori Konstruktivisme Menurut Slavin dalam Trianto, 2014:74, teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan menstranformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan itu tidak sesuai lagi. Secara sosiologis, pembelajaran konstruktivisme menekankan pentingnya lingkungan sosial dalam belajar dengan menyatakan bahwa integrasi kemampuan dalam kolaboratif dan kooperatif akan dapat meningkatkan pengubahan secara konseptual. Suprijono, 2012:39. Rifa‟i 2011:137 menyatakan bahwa inti sari teori konstruktivisme adalah siswa harus menemukan dan menstranformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri.Hal ini memberikan implikasi bahwa siswa harus terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dalam teori konstriktivisme, pengetahuan didapatkan melalui kemampuan siswa dalam berpikir dan menghadapi tantangan dan membangun sebuah pengetahuan yang utuh dari pengalaman nyata yang pernah dialaminya. Irham, 2014:168. Slavin dalam Trianto 2014: 74 menambahkan pendekatan konstruktivis dalam pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara intensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya. Dengan menerapkan model Numbered Heads Together berbantuan media gambar ilustrasi, siswa diajak menemukan dan membangun pengetahuan mereka sendiri melalui media gambar ilustrasi. Kemudian melalui proses diskusi dan interaksi siswa dalam kelas, siswa dapat berbagi pengetahuan yang dimilikinya yang nantinya akan tertuju pada tingkat pemahaman yang lebih tinggi. 2 Teori Kognitif Piaget Piaget menjelaskan bahwa seorang anak maju melalui empat tahap perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa, yaitu tahap sensorimotor, praoperasional, operasi konkrit, dan operasi formal. Tahap-tahap perkembangan kognitif dapat dijabarkan sebagai berikut. 1 tahap sensorimotor lahir-2 tahun Pada tahap ini bayi memperoleh pengalaman melalui fisik gerakan anggota tubuh dan sensori koordinasi alat indra. Pada perkembangan selanjutnya ia mulai terbentuknya konsep “kepermanenan objek”. Objek permanen adalah pemahaman dimana objek itu terus menerus ada walaupun objek itu tidak terlihat, didengar atau bahkan disentuh. Perolehan pengetahuan tentang objek merupakan prestasi yang sangat penting bagi bayi. 2 tahap praoperasional 2-7 tahun Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Pada tahap ini, anak mulai mengembangkan kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan objek-objek dunia. Pemikiran masih bersifat, simbolis, egosentris dan sentrasi. 3 tahap operasi konkrit 7-11 tahun Pada tahap ini anak mampu mengoperasionalkan berbagai logika namun masih dalam bentuk benda konkrit. Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif, namun hanya pada situasi konkrit dan kemampuan untuk menggolong-golongkan sudah ada namun belum bisa memecahkan masalah abstrak. Pemikiran tidak lagi sentrasi tetapi sudah desentrasi dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan. 4 tahap operasi formal 11- dewasa Pada tahap ini siswa sudah dapat berfikir secara abstrak, idealis dan logis. Pemikiran operasional tampak lebih jelas dalam pemecahan problem verbal, seperti anak dapat memecahkan suatu masalah walau disajikan secara verbal. Masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematis. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Selain itu, ia juga berkeyakinan bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi, berdiskusi, membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya, membuat pemikiran itu menjadi lebih logis. Trianto, 2014:70-72. Menurut Toeti Soekamto dan Udin Saripudin teori kognitif kognitif lebih menekankan pada gagasan bahwa masing-masing bagian informasi dan situasi selama proses pembelajaran akan saling berhubungan dengan keseluruhan konteks pengetahuan sehingga akan lebih bermakna. Irham, 2014:164 Implementasi teori Piaget dalam pembelajaran menurut Trianto 2014:73 antara lain 1 memfokuskan pada proses berpikir anak, tidak sekedar pada produknya; 2 pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran; 3 penerimaan perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan. Melalui model Numbered Heads Together berbantuan media gambar ilustrasi siswa aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas dengan media gambar ilustrasi yang ditampilkan guru, kemudian berinteraksi dengan teman sebayanya dalam diskusi kelompok sehingga memperjelas siswa dalam menemukan pengetahuan mereka sendiri. 3 Teori Vygotsky Menurut Rifa‟i 2011: 34, teori Vygotsky mengandung pandangan bahwa pengetahuan itu dipengaruhi situasi dan bersifat kolaboratif, artinya pengetahuan didistribusikan di antara orang dan lingkungan, yang mencakup obyek, artifak, alat buku, dan komunitas tempat orang berinteraksi dengan orang lain. Vygotsky percaya bahwa kemampuan kognitif berasal dari hubungan sosial dan kebudayaan. Oleh karena itu perkembangan anak tidak bisa dipisahkan dari kegiatan sosial dan kultural. Menurut Vygotsky berpendapat bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas- tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya atau tugas tersebut berada dalam zone of proximal development ZPD. ZPD adalah serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian, tetapi dapat dipelajari dengan bantuan orang dewasa atau anak yang lebih mampu. Terdapat dua implikasi utama teori Vygotsky menurut Slavin. Pertama, dikehendakinya susunan kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masing zone of proximal development mereka. Kedua, pendekatan Vygotsky alam pengajaran menekankan scaffolding sehingga siswa semakin lama semakin bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri. Trianto, 2014:76-77 Dengan model Numbered Heads Together berbantuan media gambar ilustrasi, siswa mengerjakan tugas secara berkelompok sehingga tugas-tugas yang sulit yang berada pada ZPD zone of proximal depelopment dapat dipecahkan siswa dalam diskusi kelompok.

2.1.11 Penerapan Model Numbered Heads Together Berbantuan Media

Dokumen yang terkait

Penerapan model cooperative learning teknik numbered heads together untuk meningkatkan hasil belajar akutansi siswa ( penelitian tindakan kelas di MAN 11 jakarta )

0 6 319

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER BERBANTUAN MULTIMEDIA PADA SISWA KELAS IVB SDN TAMBAKAJI 04 SEMARANG

0 38 380

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IVA SDN GISIKDRONO 03 KOTA SEMARANG

1 15 263

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL TALKING STICKBERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN MANGKANGKULON 02 KOTA SEMARANG

0 9 206

PENERAPAN MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER BERBANTUAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN PURWOYOSO 01 KOTA SEMARANG

0 7 230

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL LEARNING CYCLE BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN MANGKANGKULON 1 KOTA SEMARANG

0 9 447

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL COOPERATIVE SCRIPT BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN MANGKANGKULON 01 KOTA SEMARANG

0 14 264

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER BERBANTUAN PUZZLE PADA SISWA KELAS IV B SDN SAMPANGAN 02 SEMARANG

0 4 242

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER BERBANTUAN MEDIA KOMIK PADA SISWA KELAS IVA SDN SAMPANGAN 02 SEMARANG

0 6 363