I.PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.508 pulau dan terbentang sepanjang 3.977 mil antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.
Dengan luas wilayah perairan 5,8 juta km
2
dan bentang garis pantai sepanjang 95.181 km, Indonesia memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Sektor perikanan pada
dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia ditaksir mencapai 6,4 juta ton per tahun
dengan tingkat pemanfaatan saat ini sebesar 4,4 juta ton per tahun 70. Sementara itu, potensi Indonesia di sektor perikanan budidaya sebesar 15,95 juta hektar. Potensi
budidaya ini terdiri atas potensi budidaya air tawar sebesar 2,23 juta hektar, budidaya air payau 1,22 juta hektar, dan potensi budidaya laut sebesar 12,44 juta hektar.
Pemanfaatan potensi sumberdaya budidaya perikanan saat ini baru sekitar 10,1 untuk budidaya air tawar, 40 untuk budidaya air payau, dan 0,01 untuk budidaya
laut. Total produksi perikanan budidaya nasional saat ini baru sekitar 1,6 juta ton per tahun http:www.tribun-timur.com.
Selama ini kegiatan budidaya lebih banyak dilakukan oleh pembudidaya skala kecil yang belum memiliki akses terhadap manajemen usaha, pasar, dan permodalan.
Dalam rangka pemerataan pembangunan, sektor budidaya perikanan dapat dijadikan salah satu sektor penggerak perekonomian. Apabila dibandingkan dengan sektor
perikanan tangkap yang penuh dengan ketidakpastian, sektor budidaya tampak lebih menjanjikan untuk dikembangkan. Dilihat dari penggunaan lahan, modal,
sumberdaya manusia mau pun manajemennya, usaha budidaya memungkinkan masyarakat melakukan usahannya dengan daya dukung yang terbatas.
Saat ini konsumsi ikan masyarakat Indonesia terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi ikan masyarakat Indonesia yang walau pun masih
rendah, tetapi terus mengalami peningkatan. Tingkat konsumsi ikan meningkat dari 21,57 kg per kapita per tahun pada tahun 2000 menjadi 26 kg per kapita per tahun
pada tahun 2005. Jumlah konsumsi ikan masyarakat Indonesia ini masih berada di
bawah standar konsumsi ikan yang dipersyaratkan oleh organisasi pangan dunia FAO sebesar 30 kg per kapita per tahun http:www.tribun-timur.com. Untuk terus
meningkatkan tingkat konsumsi ikan masyarakat, pemerintah mencanangkan program Gerakan Makan Ikan Gemarikan dan pembentukan Forum Peningkatan Konsumsi
Ikan Nasional Forikan. Peningkatan konsumsi ini diharapkan dapat terus terjadi seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
mengkonsumsi ikan. Salah satu ikan konsumsi yang memiliki kandungan gizi tinggi ini adalah ikan lele dumbo.
Ikan lele dumbo Clarias gariepinus, merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan. Ikan lele dumbo banyak dipilih
sebagai komoditas budidaya, karena memiliki tingkat kesulitan pemeliharaan yang rendah. Selain itu beberapa keunggulan lele dumbo sebagai komoditas budidaya
diantaranya ikan ini dapat dipijahkan sepanjang tahun, memiliki fekunditas telur yang tinggi, dapat hidup pada kondisi air yang marjinal, dan memiliki efisiensi pakan yang
tinggi. Budidaya ikan lele dumbo biasa dilakukan di kolam air tenang dan mencakup
dua kegiatan, yaitu pendederan dan pembesaran. Pendederan ialah kegiatan untuk memelihara benih ikan dengan ukuran tertentu yang akan digunakan pada kegiatan
pembesaran. Dalam kegiatan pendederan, biasanya benih baru dipanen pada ukuran antara 3 cm sampai dengan 12 cm. Kegiatan pembesaran merupakan kegiatan untuk
menghasilkan lele ukuran konsumsi, yaitu lele dengan berat sekitar 100gr. Kegiatan pembesaran merupakan kegiatan yang sangat tergantung pada pasokan benih yang
dihasilkan pada kegiatan pendederan. Penelitian ini akan dibatasi hanya pada kegiatan pendederan, karena benih merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada
keberhasilan budidaya ikan lele dumbo ini. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi perikanan
yang cukup besar, dan Kabupaten Bogor merupakan daerah yang memiliki prospek yang cukup baik untuk pengembangan kegiatan budidaya. Potensi budidaya ini dapat
dilihat dari data produksi perikanannya yang menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Produksi Perikanan di Kabupaten Bogor Tahun 2005 – 2006 No
Jenis Usaha 2005
2006 1 Budidaya perikanan air tawar Ton
7.593,00 23.020,50
2 Perairan umum Ton 187,00
120,50 3 Ikan hias Ribuan ekor
72.524,00 75.382,67
4 Pembenihan Ribuan ekor 703.098,00
708.594,00
Sumber : Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor 2006
Kegiatan budidaya perikanan air tawar di Kabupaten Bogor, salah satunya terdapat di Kecamatan Ciseeng. Di Kecamatan Ciseeng ini terdapat beragam
komoditas ikan yang dibudidayakan, mulai dari budidaya ikan hias hingga jenis ikan konsumsi. Untuk jenis ikan konsumsi, lele dumbo adalah komoditas yang banyak
dibudidayakan. Di Kecamatan Ciseeng ini, kegiatan pendederan merupakan kegiatan yang banyak dipilih untuk budidaya komoditas lele dumbo. Kegiatan pendederan
menjadi pilihan, karena tingkat kesulitan pemeliharaan yang rendah serta waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan pendederan ini relatif singkat bila dibandingkan dengan
kegiatan pembesaran. Waktu pemeliharaan kegiatan pendederan ikan lele dumbo yang singkat,
membuat modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar dan perputaran uang juga berlangsung cepat. Di sisi lain, walau pun kegiatan pendederan ikan lele dumbo ini
relatif mudah, tetapi tetap melibatkan penggunaan beberapa faktor produksi. Hal inilah yang membuat alokasi penggunaan input secara efisien sangat penting untuk
memperoleh hasil yang optimal.
1.2 Perumusan Masalah