Analisis Usaha Analisis Finansial

5.6.1 Analisis Usaha

Kegiatan usaha merupakan kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu kesatuan dengan menggunakan sumberdaya – sumberdaya yang dimiliki baik sebagian mau pun seluruhnya yang dikorbankan dari penggunaan masa sekarang untuk memperoleh manfaat di masa depan Gittinger JP 1986. Analisis usaha pada usaha pendederan ikan lele dumbo ini meliputi analisis keuntungan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya RC, analisis Payback Period PP, dan analisis Break Event Point BEP. 1 Analisis Keuntungan Usaha Analisis keuntungan usaha digunakan untuk menghitung besarnya keuntungan yang diperoleh pada usaha pendederan ikan lele dumbo di Kecamatan Ciseeng ini. Pada analisis usaha pendederan ikan lele dumbo ini, biaya yang harus dikeluarkan pembudidaya dibagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Pada kondisi aktual, biaya tetap yang dikeluarkan sebesar Rp8.044.672,87 dengan biaya variabel Rp100.261.616,70 Sementara itu pada kondisi optimal setelah dilakukan efisiensi terhadap penggunaan input, biaya tetap yang harus dikeluarkan sebesar Rp8.044.672,87 dengan biaya variabel sebesar Rp199.693.768,98. Pada kondisi aktual, total biaya yang dibutuhkan selama satu tahun sebesar Rp108.306.289,57 dengan total penerimaan sebesar Rp164.008.123,50. Pada kondisi aktual ini keuntungan yang diperoleh pembudidaya sebesar Rp55.701.833,93 untuk jangka waktu satu tahun. Dengan asumsi dalam satu tahun terdapat sepuluh musim tanam, maka keuntungan per musim tanam pada kondisi aktual ini sebesar Rp5.570.183,39. Pada kondisi optimal, total biaya usaha yang diperlukan sebesar Rp207.738.441,85 dengan total penerimaan sebesar Rp521.461.726,00. Pada kondisi optimal ini keuntungan yang diperoleh pembudidaya sebesar Rp 313.723.284,15 untuk jangka waktu satu tahun. Bila diasumsikan dalam satu tahun terdapat sepuluh musim tanam, maka pada kondisi optimal ini keuntungan yang diperoleh pembudidaya sebesar Rp31.372.328,41 per musim tanam. Hasil analisis keuntungan usaha secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Biaya Usaha dan Penerimaan Usaha Pendederan Lele Dumbo di Kecamatan Ciseeng pada Luas Lahan 4.426,67 m 2 Tahun 2007 Keterangan Kondisi Aktual Kondisi Optimal Biaya tetap Penyusutan 1.071.206,42 1.071.206,42 PBB 1.379.645,63 1.379.645,63 Pemeliharaan 221.333,50 221.333,50 Ember 24.733,32 24.733,32 Seser 35.750,00 35.750,00 Sewa kolam 5.312.004,00 5.312.004,00 Total Biaya Tetap 8.044.672,87 8.044.672,87 Biaya variabel Benih Ikan Lele 60.648.287,32 145.214.209,08 Kapur 610.174,85 2.146.677,32 Pupuk 5.523.255,32 5.523.255,32 Pakan 21.282.619,72 10.027.211,87 TK1 Persiapan 2.799.764,79 2.799.764,79 TK2 Pemeliharaan 6.351.547,29 5.731.884,14 TK3 Panen 3.045.967,41 28.250.766,46 Total Biaya Variabel 100.261.616,70 199.693.768,98 Total Biaya 108.306.289,57 207.738.441,85 Penerimaan Penjualan Benih 164.008.123,50 521.461.726,00 Total Penerimaan 164.008.123,50 521.461.726,00 Keuntungan 55.701.833,93 313.723.284,15 Sumber : Data Primer Tahun 2007 2 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu cukup menguntungkan. Pada penelitian ini diketahui bahwa pada kondisi aktual, nilai R-C sebesar 1,51 yang artinya bahwa setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan pada usaha pendederan ikan lele dumbo ini akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp1,51. Pada kondisi optimal, nilai R-C yang diperoleh sebesar 2,51 yang artinya bahwa setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan pada usaha pendederan lele dumbo ini akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp2,51. Dari nilai RC ratio pada kondisi aktual dan optimal yang lebih besar dari satu dapat disimpulkan bahwa usaha pendederan ikan lele dumbo di Kecamatan Ciseeng ini menguntungkan dan masih dapat ditingkatkan. 3 Analisis Payback Period PP Analisis Payback Period ini bertujuan untuk mengetahui seberapa cepat investasi yang ditanamkan pada usaha pendederan ikan lele dumbo di Kecamatan Ciseeng ini dapat kembali. Pada kondisi aktual diperoleh Payback Period selama 2,62 tahun yang artinya bahwa modal yang dikeluarkan untuk usaha ini dapat kembali dalam waktu 2,62 tahun. Pada kondisi optimal waktu pengembalian investasinya lebih cepat bila dibandingkan pada kondisi aktual. Hal ini dapat dilihat dari nilai Payback Period pada kondisi optimal sebesar 0,46 tahun, yang artinya bahwa modal yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha dapat kembali dalam waktu 5,52 bulan. 4 Analisis Break Event Point BEP Break event point merupakan suatu nilai di mana hasil penjualan output produksi sama dengan biaya produksi. Pada kondisi break event point ini pengusaha mengalami impas. Perhitungan BEP ini digunakan untuk menentukan batas minimum volume penjualan agar suatu perusahaan tidak rugi. Pada kondisi aktual nilai BEP produksi untuk usaha pendederan lele dumbo di Kecamatan Ciseeng sebesar Rp20.627.366,33, artinya titik impas pada usaha lele dumbo ini terjadi pada saat nilai penerimaan dan biaya yang harus dikeluarkan sebesar Rp20.627.366,33. Pada kondisi ini pembudidaya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menanggung kerugian. BEP volume pada kondisi aktual yang diperoleh sebesar 217.836 ekor. Nilai BEP volume ini menunjukkan batas minimum volume penjualan agar pembudidaya tidak mengalami kerugian. Nilai BEP produksi pada kondisi optimal dimana telah dilakukan efisiensi terhadap input yang digunakan sebesar Rp12.975.278,50, ini artinya titik impas terjadi pada saat nilai penerimaan dan biaya yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan usaha sebesar Rp12.975.278,50. Nilai BEP pada kondisi optimal yang menunjukkan batas minimum volume penjualan agar pembudidaya tidak mengalami kerugian adalah sebesar 137.234 ekor.

5.6.2 Analisis Kriteria Investasi