Analisis Sensitivitas Analisis Finansial

Dari hasil analisis kriteria investasi pada usaha pendederan ikan lele dumbo di Kecamatan Ciseeng dengan menggunakan tiga skenario ini menunjukkan bahwa usaha pada skenario ketiga memberikan manfaat terbesar. Pada skenario ketiga ini diperoleh nilai NPV, Net BC, dan IRR terbesar. Pada kondisi sebenarnya, analisis kriteria investasi dengan skenario ketiga paling layak untuk dilaksanakan. Hal ini karena pada kondisi sebenarnya, yang menjadi hambatan pembudidaya melakukan perluasan usaha adalah masalah permodalan, karena itu skenario usaha dengan menggunakan lahan sewa dan sebagian modal berasal dari pinjaman bank layak untuk dilaksanakan.

5.6.3 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh perubahan biaya terhadap kriteria investasi. Pada usaha pendederan ikan lele dumbo di Kecamatan Ciseeng ini, analisis sensitivitas akan dilakukan dengan menggunakan metode switching value. Dalam analisis sensitivitas dengan menggunakan metode switching value ini, harga benih akan dinaikkan sedikit demi sedikit hingga nilai NPV negatif yang berarti usaha sudah tidak menguntungkan lagi. Harga benih dipilih sebagai komponen yang dinaikkan dalam melakukan analisis sensitivitas dengan metode switching value ini, karena harga benih merupakan faktor produksi yang paling besar biayanya dan amat penting untuk kelangsungan usaha. Analisis sensitivitas pada skenario pertama menunjukkan bahwa kenaikan harga benih sebesar 157,55 baru akan menyebabkan nilai NPV menjadi negatif dan usaha tidak lagi memberikan keuntungan. Pada skenario pertama ini harga benih dinaikkan dari Rp19,30 per ekor menjadi Rp49,70 yang menyebabkan nilai NPV menjadi sebesar Rp17.461,49. Nilai Net BC pada analisis sensitivitas pada skenario pertama sebesar 1,00, artinya setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan untuk usaha pendederan lele dumbo ini tidak akan menghasilkan manfaat. Nilai Net BC ini menunjukkan bahwa kenaikan harga benih sebesar 157,55 akan menurunkan manfaat bersih proyek sebesar Rp5,48 dari setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan. Nilai IRR setelah terjadi kenaikan harga benih sebesar 157,55 menjadi 0,00, hal ini berarti usaha pendederan lele dumbo tidak lagi memberikan manfaat. Kondisi usaha pada skenario pertama setelah dilakukan analisis sensitivitas dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi pada Skenario 1 Setelah Terjadi Kenaikan Harga Benih Sebesar 157,55 No Kriteria Investasi Sebelum Kenaikan Harga Benih Setelah Kenaikan Harga Benih 157,55 Perubahan 1 NPV Rp 1.105.752.421,46 17.461,49 1.105.769.882,95 2 Net BC 6,48 1,00 5,48 3 IRR 99,13 0,00 99,13 Sumber : Data Primer Tahun 2007 Analisis sensitivitas pada skenario kedua menunjukkan bahwa NPV akan bernilai negatif bila kenaikan harga benih mencapai 167,41 dari Rp19,30 per ekor menjadi Rp51,61. Pada kondisi ini nilai NPV mengalami perubahan sebesar Rp1.174.986.655,96 menjadi Rp5.350,21. Nilai Net BC pasca kenaikan harga benih menjadi 1,00 yang artinya setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan untuk usaha pendederan ikan lele dumbo ini tidak menghasilkan manfaat. Nilai Net BC ini menunjukkan bahwa kenaikan harga benih sebesar 167,41 akan menurunkan manfaat bersih proyek sebesar Rp13,00 dari setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan. Nilai IRR setelah terjadi kenaikan harga benih sebesar 167,41 menjadi 0,00, hal ini berarti usaha pendederan lele dumbo tidak lagi memberikan manfaat. Kondisi usaha secara lengkap setelah dilakukan analisis sensitivitas pada skenario kedua dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17.Perbandingan Nilai Kriteria Investasi pada Skenario 2 Setelah Terjadi Kenaikan Harga Benih Sebesar 167,41 No Kriteria Investasi Sebelum Kenaikan Harga Benih Setelah Kenaikan Harga Benih 167,41 Perubahan 1 NPV Rp 1.174.981.305,75 5.350,21 1.174.986.655,96 2 Net BC 14,00 1,00 13,00 3 IRR 238,40 0,00 238,40 Sumber : Data Primer Tahun 2007 Pada skenario ketiga, analisis sensitivitas dilakukan dengan menaikkan harga benih sebesar 167,41 dari Rp19,30 per ekor menjadi sebesar Rp51,61. Kondisi usaha setelah dilakukan analisis sensitivitas ini memiliki nilai NPV sebesar Rp5.350,21 yang berarti mengalami perubahan sebesar Rp1.174.986.655,96 dari nilai semula yang sebesar Rp1.174.981.305,75. Nilai NPV yang lebih kecil dari nol ini menunjukkan bahwa usaha tidak layak lagi untuk dijalankan. Tabel 18. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi pada Skenario 3 Setelah Terjadi Kenaikan Harga Benih Sebesar 167,41 No Kriteria Investasi Sebelum Kenaikan Harga Benih Setelah Kenaikan Harga Benih 167,41 Perubahan 1 NPV Rp 1.174.981.305,75 5.350,21 1.174.986.655,96 2 Net BC 34,23 1,00 33,23 3 IRR 603,00 0,00 603,00 Sumber : Data Primer Tahun 2007 Berdasarkan pada Tabel 18, nilai Net BC pasca kenaikan harga benih mengalami perubahan sebesar 33,23. Nilai Net BC sebelum dilakukan analisis sensitivitas adalah sebesar 34,23 dan berubah menjadi 1,00 setelah terjadi kenaikan harga benih sebesar 167,41. Nilai Net BC sebesar 1,00 ini berarti bahwa setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan untuk usaha pendederan ikan lele dumbo ini tidak memberikan manfaat. Nilai IRR setelah terjadi kenaikan harga benih sebesar 167,41 menjadi 0,00, hal ini berarti usaha pendederan ikan lele dumbo tidak lagi memberikan manfaat. Dari hasil analisis sensitivitas yang dilakukan dengan menaikkan harga benih menggunakan metode switching value pada analisis kriteria investasi, diperoleh hasil bahwa usaha pendederan lele dumbo ini cukup tahan terhadap perubahan harga. Pada analisis sensitivitas yang dilakukan pada ketiga skenario usaha, diperoleh persentase kenaikan harga benih terbesar pada skenario kedua dan ketiga sebesar 167,41 yang mengakibatkan usaha tidak layak dijalankan. Hasil analisis sensitivitas pada skenario kedua dan ketiga menunjukkan bahwa pada kedua skenario ini, daya tahan usaha terhadap kenaikan harga benih sebagai komponen input terpenting sama, yaitu sebesar 167,41.

5.7 Implikasi Pengembangan