Flavor Pewarna MINUMAN RINGAN

Siklamat bersifat mudah larut dalam air dan intensitas kemanisannya ±30 kali kemanisan sukrosa. Menurut peraturan Menteri kesehatan RI No. 722MenkesPerIX88, kadar maksimum asam siklamat yang diperbolehkan dalam pangan dan minuman berkalori rendah dan penderita diabetes melitus adalah 3 gkg bahan pangan dan minuman. Menurut WHO, batas konsumsi harian siklamat yang aman ADI adalah 11 mgkg berat badan. Aspartam memiliki daya kemanisan 100-200 kali sukrosa. Konsumsi harian yang aman acceptable daily intake untuk orang dewasa adalah 40 mgkg berat badan. Peraturan Menteri Kesehatan No. 722 Tahun 1988 tidak menyebutkan jumlah aspartam yang boleh ditambahkan ke dalam bahan pangan. Di Indonesia, meskipun ada beberapa pembatasan dalam peredaran dan produksi siklamat, tetapi belum ada larangan dari pemerintah mengenai penggunaannya. Karena itu, masyarakat Indonesia setiap hari juga mengkonsumsi sakarin, siklamat, atau aspartam dalam jumlah tertentu baik secara terpisah ataupun gabungan dari dua atau tiga jenis pemanis sintetis tersebut Winarno, 1994.

3. Flavor

Flavor mempunyai beberapa fungsi sehingga dapat memperbaiki, membuat produk pangan tersebut lebih bernilai atau diterima dan lebih menarik. Sifat utama flavor adalah memberi ciri khas suatu pangan. Perbedaan pokok berbagai merek minuman ringan yang terdapat di pasaran adalah karena perbedaan profil flavornya, sedangkan komponen lainnya dapat dianggap sama Potter, 1978. Flavor yang digunakan dalam minuman ringan dapat berasal dari konsentrat sari buah, ekstrak flavor alami, dan flavor sintetik Varnam dan Jane, 1981. Flavor yang digunakan untuk minuman ringan harus memenuhi persyaratan tertentu antara lain mudah larut, kompak, memiliki cita rasa yang menyenangkan, tidak menimbulkan after taste serta stabil terhadap asam, panas, dan cahaya Potter, 1978. Menurut Djubaedah 1980, penambahan esens pada pembuatan minuman ditambahkan sedikit demi sedikit jangan sampai berlebihan. Penambahan yang berlebihan akan menyebabkan rasa pahit.

4. Pewarna

Penggunaan zat warna pada minuman akan meningkatkan daya tarik dan penerimaan produk tersebut. Pewarna yang digunakan dapat berasal dari senyawa alami dan senyawa sintetis. Beberapa pewarna alami ikut menyumbangkan nutrisi karotenoid, riboflavin, dan kobalamin, merupakan bumbu kunir dan paprika atau pemberi rasa karamel ke bahan olahannya Cahyadi, 2006. Tabel 2. Sifat-sifat Bahan Pewarna Alami Kelompok Warna Sumber Kelarutan Stabilitas Karamel Coklat Gula dipanaskan Air Stabil Anthosianin Jingga Merah Biru Tanaman Air Peka terhadap panas dan pH Flavonoid Tanpa kuning Tanaman Air Stabil terhadap panas Leucoantho sianin Tidak berwarna Tanaman Air Stabil terhadap panas Batalain Kuning, merah Tanaman Air Sensitif terhadap panas Quinon Kuning-hitam Tanaman Bakteria lumut Air Stabil terhadap panas Xanthon Kuning Tanaman Air Stabil terhadap panas Karotenoid Tanpa kuning- merah TanamanHewan Lipida Stabil terhadap panas Klorofil Hijau, cokelat Tanaman Lipida dan air Sensitif terhadap panas Heme Merah, cokelat Hewan Air Sensitif terhadap panas Sumber : Tranggono, et al., 1989 Winarno 1990 menyatakan bahwa suatu zat pewarna buatan harus melalui berbagai prosedur pengujian sebelum dapat digunakan sebagai pewarna pangan. Zat pewarna yang diizinkan penggunaannya dalam pangan disebut sebagai permitted color atau certified color. Pewarna sintetis mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan pewarna alami dalam hal kestabilan warna, intensitasnya, dan keseragaman warna produk, tetapi jika digunakan secara berlebihan akan berbahaya. Di Indonesia peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722MenkesPerIX88 mengenai bahan tambahan pangan. Seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat warna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna tekstil dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Akibat dari penyalahgunaan ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan bahan pewarna disebabkan karena ketidaktahuan masyarakat mengnai zat warna pangan, zat warna untuk industri jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk pangan, dan warna dari zat pewarna tekstil biasanya lebih menarik Cahyadi, 2006. Menurut Joint FACWHO Expert Committeeon Food Additivies JECFA zat warna buatan dapat digolongkan dalam beberapa kelas berdasarkan rumus kimianya, yaitu azo, triarilmetana, quinolin, xanten, dan indigoid. Sedangkan berdasarkan kelarutannya dikenal dua macam pewarna buatan yaitu, dyes dan lakes. Dyes adalah zat pewarna yang umunya bersifat larut dalam air, sehingga larutannya menjadi berwarna dan dapat digunakan untuk mewarnai bahan. Pelarut yang dapat digunakan selain air adalah propilen glikol, gliserin, atau alkohol, sedangkan dalam semua jenis pelarut organik dyes tidak dapat larut. Zat warna ini stabil dalam berbagai macam penggunaan bahan pangan. Dalam bentuk kering, tidak memperlihatkan adanya kerusakan, tetapi warna ini dapat tidak stabil bila dalam bahan pangan terkandung bahan-bahan pereduksi atau diproses pada suhu tinggi, juga jika zat warna tersebut kontak dengan logam. Dalam minuman yang mengandung asam askorbat bahan pereduksi perubahan warnanya menjadi pucat. Lakes merupakan pewarna yang dibuat melalui proses pengendapan dan absorpsi dyes pada radikal Al atau Ca yang dilapisi dengan aluminium hidrat. Lakes tidak larut pada hampir semua jenis pelarut dan stabil pada pH 3,5-9,5. Dibandingkan dengan dyes, lakes pada umumnya bersifat lebih stabil terhadap cahaya, kimia, dan panas sehingga harga lakes lebih mahal daripada dyes Cahyadi, 2006. Tabel 3. Bahan Pewarna Sintetis yang Diizinkan di Indonesia Pewarna Nomor Indeks Warna C.I.No. Batas Maksimum Penggunaan Amaran Amaranth : CI food red 2 16185 Secukupnya Biru berlian Brilliant blue FCF: CI food blue 1 42090 Secukupnya Eritrosin Erithrosin : CI food red 3 45430 Secukupnya Hijau CFC Fast green FCF: CI food green 3 42053 Secukunya Hijau S Food green S: CI food green 4 44090 Secukupnya Indigotin Indigotin : CI food blue 2 73015 Secukupnya Ponceau 4R Ponceau 4R : CI food red 7 16255 Secukupnya Kuning Kuinnelin Quineline yellow : CI food yellow 13 15980 Secukupnya Kuning FCF Sunset yellow FCF: CI food yellow 6 - secukupnya Riboflavin Riboflavine 1940 Secukupnya Tartazine Yellow : CI food yellow 5 - Secukupnya Sumber: Peraturan Menkes RI No. 722MenkesPerIX88 Pada umumnya pewarna yang ditambahkan ke dalam minuman adalah pewarna sintetik. Pewarna sintetik yang paling banyak digunakan antara lain: tartrazine, sunset yellow FCF, carmoisine, indigotin, green S, dan karamel Green, 1978. Pewarna pangan yang digunakan untuk minuman beraroma apel ini adalah adalah tartazine, carmoisine, sunset yellow, brown HT dan indigotine. Indigotine merupakan pewarna pangan FDC Blue No. 2 yang diizinkan digunakan di Indonesia. Indigotineindigo carmine C 16 H 8 N 2 O 8 S 2 Na 2 merupakan garam disodium dari asam 5,5- indigotindisulfonik. Pewarna jenis dyes ini termasuk kedalam kelompok indigoid dari pewarna makanan. Sintetik indigo ini sering digunakan karena komposisinya yang homogen. Indigotine berwarna biru, coklat kemerah-merahan, mudah larut dalam air dan tidak tahan terhadap cahaya sehingga warnanya cepat hilang. Indigotine tidak bereaksi jika kontak dengan alumunium atau tembaga di dalam air ataupun larutan asam Jacobs, 1951. Menurut Fardiaz et al., 1990 indigo carmine merupakan pewarna pangan sintetik yang bewarna biru, coklat, kemerah-merahan, mudah larut dalam air, dan sedikit larut dalam alkohol 95, sangat tidak tahan cahaya, karena itu warnanya cepat hilang. Tartazine termasuk kedalam pewarna pangan FDC Yellow No.5 yang diizinkan digunakan. Tartazine C 16 H 9 N 4 O 9 S 2 Na 3 berwarna oranye- kuning, mudah larut dalam air membentuk larutan kuning-emas, sedikit larut dalam alkohol 95, larut dalam glikol dan gliserol. Tartazine tahan terhadap cahaya, asam asetat, asam hidoklorik, dan larutan sodium hidroksida 10 Jacobs, 1951. Sunset yellow C 16 H 10 N 2 O 7 S 2 Na 2 merupakan pewarna pangan yang diizinkan digunakan FDC Yellow No. 6. Zat warna ini mudah larut dalam air membentuk larutan oranye-kuning, sedikit larut dalam alkohol 95, larut dalam glikol dan gliserol. Sunset yellow tidak tahan terhadap cahaya Jacobs, 1951. Carmoisine adalah zat warna pangan yang berwarna merah dan brown HT berwarna cokelat yang termasuk kelas azo, satu kelompok dengan tartazine dan sunset yellow. Semua pewarna pangan yang digunakan dalam minuman beraroma apel adalah pewarna yang termasuk kelompok dyes, yaitu zat warna yang mudah larut dalam air tapi umumnya tidak tahan terhadap cahaya, panas, dan bahan kimia.

5. Pengasam