3.6.2 Cara Penelitian 3.6.2.1 Persiapan Penelitian
1. Peneliti terlebih dahulu melakukan observasi terhadap populasi yaitu
pasien RSGMP FKG USU yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan bulan Januari
2015 sd bulan Desember 2015.
2. Peneliti mengurus surat Ethical Clearance dari Komisi Etik Bidang
Kesehatan dan izin melakukan penelitian di Departemen Prostodonsia ke Ketua
Departemen Prostodonsia.
3. Peneliti mulai melakukan penelitian dengan menghubungi pasien
RSGMP FKG USU yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan bulan Januari 2015 sd bulan Desember 2015 untuk mendapatkan subjek penelitian yang sesuai dengan
kriteria inklusi.
4. Peneliti menjelaskan mengenai penelitian yang akan dilakukan kepada
subjek penelitian dan menyampaikan Informed Consent yaitu surat persetujuan
setelah memperoleh penjelasan sebagai sampel kepada subjek penelitan.
5. Peneliti mencatat identitas subjek penelitian.
3.6.2.2 Pelaksanaan Penelitian
1. Subjek penelitian didudukkan di dental unit.
2. Peneliti memberikan penjelasan mengenai kuesioner yang akan
digunakan pada saat pemeriksaan. 3.
Peneliti menjelaskan pada subjek penelitian apa yang akan dilakukan dan menunjukkan tahap-tahap penelitian.
3.6.2.2.1 Pemeriksaan Sendi Temporomandibula A. Wawancara
1. Peneliti
melakukan wawancara
dengan menggunakan
kuesioner berdasarkan Helkimo anamnestic index yang telah disediakan untuk memperoleh data
yang diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
2. Kuesioner terdiri dari sepuluh pertanyaan mengenai sulit atau tidaknya
membuka mulut, sulit atau tidaknya menggerakkan rahang ke lateral, nyeri pada otot saat mengunyah, frekuensi sakit kepala, nyeri pada leher atau bahu, nyeri pada area
telinga, bunyi pada daerah sendi, mengunyah di satu sisi, dan nyeri pada wajah di pagi hari. Setiap pertanyaan kuesioner terdiri atas 3 pilihan jawaban, yaitu:
42,58
- Tidak
: skor 0 -
Kadang-kadang : skor 1
- Ya
: skor 2 Penarikan kesimpulan pasien yang mengalami Temporomandibular
Disorder TMD didasarkan pada total skor seluruh pertanyaan.
- Tidak ada TMD
: skor 0 – 3
- Gangguan TMD ringan
: skor 4 – 8
- Gangguan TMD sedang
: skor 9 – 14
- Gangguan TMD berat
: skor 15 - 23 Berdasarkan kesepuluh pertanyaan yang terdapat dalam Helkimo
anamnestic index dapat ditarik kesimpulan pada penelitian ini bahwa jika total skor
yang didapat subjek penelitian sebesar 0-3 menunjukkan bahwa subjek penelitian tidak mengalami TMD. Namun, jika total skor yang didapat subjek penelitian sebesar
4-23, maka subjek penelitian dinyatakan mengalami TMD.
42,58
B. Pemeriksaan Klinis
1. Peneliti melakukan pemeriksaan klinis pada sendi temporomandibula
dengan menggunakan dysfunction index yaitu berdasarkan hasil evaluasi lima tanda
klinis gangguan fungsi sendi dan modified mobility index Helkimo 1974 yang
terdiri dari:
42, 43
a. Pengukuran jarak pembukaan mulut maksimal
Penentuan batas pembukaan mulut maksimal dalam penelitian ini menggunakan modified mobility index yaitu pembukaan mulut diukur dari tepi insisal
I1 rahang atas ke tepi insisal I1 rahang bawah. Pada keadaan yang normal, jarak pembukaan mulut maksimal
≥40 mm. Jika subjek penelitian mengalami jarak
Universitas Sumatera Utara
pembukaan mulut maksimal sebesar 30 mm – 39 mm menandakan bahwa subjek
penelitian mengalami gangguan pembukaan ringan dan jika jarak pembukaan mulut maksimal 30 mm menandakan bahwa subjek penelitian mengalami gangguan
pembukaan parah.
42
Gambar 32
Gambar 32. Jarak Pembukaan Mulut Maksimal.
b. Penurunan fungsi sendi temporomandibula
Dalam pemeriksaan fungsi sendi temporomandibula dilakukan dua jenis pemeriksaan, yaitu auskultasi untuk mengetahui adanya bunyi pada sendi
dengan menggunakan stetoskop dan pengukuran jarak deviasi yang diukur pada saat pasien melakukan gerakan membuka atau menutup mulut.
42
Gambar 33, 34 dan 35
Universitas Sumatera Utara
Gambar 33. Auskultasi dengan Menggunakan
Stetoskop
Gambar 34. Jarak Defleksi saat
Menutup Mulut
Universitas Sumatera Utara
Gambar 35. Defleksi saat Membuka Mulut
c. Nyeri Otot
Pemeriksaan pada otot mastikasi di sekitar wajah dengan palpasi otot maseter, otot temporal dan otot pterigoid.
42
Gambar 36, 37, dan 38
Gambar 36. Palpasi Otot Temporalis. a. Daerah Anterior; b. Daerah Tengah; c. Daerah Posterior
a b
c
Universitas Sumatera Utara
Gambar 37. Palpasi Otot Masseter. a. Daerah Origo; b. Daerah Body
Gambar 38. Pemeriksaan Otot Pterigoid
d. Pemeriksaan pada sendi temporomandibula
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya nyeri sendi dengan melakukan palpasi pada bagian lateral yang berada di anterior tragus atau
sekitar 5 mm dari depan lubang telinga dan posterior sendi temporomandibula yaitu palpasi dengan memposisikan jari kelingking ke dalam lubang telinga pada daerah
external meatus kemudian memposisikannya ke depan sehingga akan terasa pergerakan saat terjadi pembukaan mulut.
42
Gambar 39 a
b
Universitas Sumatera Utara
Gambar 39. Palpasi pada Bagian Lateral a dan Posterior Sendi Temporomandibulab
e. Pergerakan mandibula ke lateral
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya nyeri pada sendi dan jarak pergerakan lateral pada saat pasien menggerakkan mandibula ke
lateral kanan dan lateral kiri.
42
Gambar 40
Gambar 40. Jarak Pergerakan Midline ke Lateral Kanan a dan Kiri b Tanpa Menimbulkan Rasa Nyeri
Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis yang dilakukan, peneliti akan memberikan penilaian pada setiap tanda klinis yang ditemukan pada subjek penelitian.
Penilaian yang diberikan didasarkan pada Helkimo index. Penilaian ini dikelompokkan ke dalam 3 kategori, yaitu:
43
a b
a b
Universitas Sumatera Utara
- Normal : skor 0
- Ringan : skor 1
- Berat : skor 5
Setiap nilai yang terkumpul akan dijumlahkan dan diperoleh total nilai dan kemudian disesuaikan dengan kriteria gangguan fungsi sendi, yang terbagi ke dalam
4 kriteria gangguan, yaitu:
43
- Tidak ada gangguan : skor 0
- TMD ringan
: skor 1-4 -
TMD sedang : skor 5-9
- TMD berat
: skor 10-25 Berdasarkan pemeriksaan klinis menurut Helkimo index dapat ditarik
kesimpulan pada penelitian ini bahwa jika total skor yang didapat subjek penelitian sebesar 0 menunjukkan bahwa subjek penelitian tidak mengalami TMD. Namun, jika
total skor yang didapat subjek penelitian sebesar 1-25, maka subjek penelitian dinyatakan mengalami TMD.
43
3.6.2.2.2 Pemeriksaan Traumatik Oklusi
a. Pemeriksaan Oklusi Statis
1. Peneliti memposisikan kertas artikulasi menggunakan forcep pemegang
kertas artikulasi dan shim stock pada dataran oklusal pasien, lalu menginstruksikan pasien untuk melakukan oklusi sentrik. Kemudian kertas artikulasi dikeluarkan untuk
melihat tanda yang tertinggal di permukaan oklusal gigi. Tanda yang tidak sesuai dengan oklusi normal mengindikasikan terjadinya traumatik oklusi pada oklusi
sentrik. 2.
Setelah itu, letakkan shim stock pada daerah yang mengalami traumatik dengan menggunakan forcep. Instruksikan pasien untuk mengoklusikan gigi secara
oklusi sentrik. Kemudian, peneliti menarik shim stock diantara gigi yang sedang dioklusikan ke arah bukal. Peneliti mengamati seberapa kuat gigi yang sedang
dioklusikan tersebut menahan shim stock pada saat shim stock ditarik ke arah bukal. Cara ini disebut dengan
“close and hold”. Daerah yang menahan tersebut
Universitas Sumatera Utara
menandakan bahwa daerah tersebut mengalami traumatik oklusi dan akan difoto oleh peneliti dengan menggunakan kamera.
18,37
Gambar 42 dan 43
b. Pemeriksaan Oklusi Dinamis
1. Peneliti memposisikan kertas artikulasi menggunakan forcep pemegang
kertas artikulasi dan shim stock pada dataran oklusal pasien, lalu menginstruksikan pasien untuk melakukan oklusi dinamis dengan menggerakkan mandibula ke anterior-
posterior serta lateral kanan dan kiri. Kemudian kertas artikulasi dikeluarkan untuk melihat tanda yang tertinggal di permukaan oklusal gigi. Tanda yang tidak sesuai
dengan oklusi normal mengindikasikan terjadinya traumatik oklusi pada oklusi dinamis.
2. Setelah itu, letakkan shim stock pada daerah yang mengalami traumatik
dengan menggunakan forcep. Instruksikan pasien untuk mengoklusikan gigi secara oklusi dinamis. Kemudian, peneliti menarik shim stock diantara gigi yang sedang
dioklusikan ke arah bukal. Peneliti mengamati seberapa kuat gigi yang sedang dioklusikan tersebut menahan shim stock pada saat shim stock ditarik ke arah bukal.
Cara ini disebut dengan “close and hold”. Daerah yang menahan tersebut
menandakan bahwa daerah tersebut mengalami traumatik oklusi dan akan difoto oleh peneliti dengan mengunakan kamera.
18,37
Gambar 44, 45, 46, dan 47
Gambar 41. Oklusi Subjek Penelitian. a. Oklusi Pada Sisi Kiri; b. Oklusi Pada Sisi Kanan
a b
Universitas Sumatera Utara
Gambar 42. Pemeriksaan Oklusi Sentrik dengan Kertas Artikulasi dan Shim Stock
Gambar 43. Tanda Kertas Artikulasi dan Shim Stock pada Oklusi Sentrik
Gambar 44. Pemeriksaan Oklusi Anteroposterior dengan Kertas Artikulasi dan Shim Stock
Universitas Sumatera Utara
Gambar 45. Tanda Kertas Artikulasi dan Shim Stock pada Oklusi Anteroposterior
Gambar 46. Pemeriksaan Oklusi Lateral dengan Kertas Artikulasi dan Shim Stock
Gambar 47. Tanda Kertas Artikulasi dan
Shim Stock
pada Oklusi
Lateral
Universitas Sumatera Utara
3.6.2.3 Pengolahan Data