Macam-macam Kompetensi Kompetensi Guru dan Implementasinya Terhadap Pembelajaran
langkah melakukan kegiatan-kegiatan khusus dalam menggunakan metode tertentu, seperti teknik bertanya, teknik menjelaskan dan sebagainya.
13
Dari model pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan dalam strategi pembelajaran. Dengan mengutip pmikiran J. R. David, Wina
Sanjaya menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual
tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Strategi belajar-mengajar meliputi rencana, metode dan perangkat
kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Untuk melaksanakan strategi tertentu diperlukan seperangkat metode pengajaran. Dedi
Supriawan dan A. Benyamin Surasega mengetengahkan empat kelompok model pembelajaran, yaitu: model interaksi social adalah adanya komunikasi antara
pendidik dengan peserta didik, model pengolahan informasi merupakan cara menyaring data dari peserta didik, model personal-humanistik ialah diskusi
dengan cara berhadapan antara pendidik dengan peserta didik dan model modifikasi tingkah laku yakni memberi contoh yang baik terhadap peserta didik
seperti cara berpakaian, berprilaku dan berbahasa. Jika kita mencoba menerapkan dalam konteks pembelajaran, keempat
unsur tersebut adalah sebagai berikut : 1
Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2 Mempertimbangkan dan memilih system pendekatan pembelajaran yang
dipandang paling efektif. 3
Mempertimbangkam dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode, dan teknik pembelajaran.
4 Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau
kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
14
b Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
13
. Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: CV. Wacana Prima, 2009,
h. 154.
14
. Abdul majid, op. cit. h. 129.
Metode pembelajaran menekankan pada proses belajar siswa secara aktif dalam upaya memperoleh kemampuan hasil belajar. Metode pembelajaran yang
dipilih tentunya menghindari upaya penuangan ide kepada siswa. Guru seharusnya memikirkan bagaimana cara yang membuat siswa dapat belajar secara
optimal. Dalam arti sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Metode digunakan oleh guru untuk mengkreasi lingkungan belajar dan mengkhususkan
aktivitas di mana guru dan siswa terlibat selama proses pembelajaran berlangsung. Biasanya metode digunakan melalui salah satu strategi, tetapi juga tidak tertutup
kemungkinan beberapa metode berada dalam strategi yang bervariasi, artinya penetapan metode dapat divariasikan melalui strategi yang berbeda bergantung
pada tujuan yang akan dicapai dan konten proses yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.
Metode mengajar mempunyai dua aspek, aspek ideal dan aspek teknis, sebagai berikut:
1 Aspek Ideal: secara ideal harus diingat bahwa program belajar-mengajar
adalah sarana untuk mencapai tujuan pendidikan. Yang menjadi pedoman utama adalah bagaimana mengusahakan agar mencapai perkembangan
peserta didik secara optimal. 2
Aspek Teknis: terdapat bermacam-macam teknik yang dapat digunakan dalam interaksi dam komunikasi itu, antara lain: Tanya jawab, diskusi,
ceramah dan lain-lain.
15
Menurut Ibnu Khaldun metode pengajaran sepantasnya melalui tiga langkah berikut ini:
1 Murid belajar dimulai dengan pengetahuan-pengetahuan umum yang
sedrhana dengan topic yang dipelajarinya, serta meperhatikan apakah pengetahuan tersebut sesuai dengan taraf pemikiran murid, sehingga tidak
berada di luar kemampuan persepsinya. 2
Guru kembali menyajikan kepada murid pengetahuan yang sama, tetapi tarafnya lebih tinggi dari taraf yang disajikannya pada langkah pertama.
15
. Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: PT. Remaja Rosda Karya, 1995, Cet. 2, h. 97.
3 Pendidik kembali untuk ketiga kalinya mengajarkan topic yang sam secara
terperinci, mencakup dan mendalam pada segala segi dan lebih terperinci dalam hal pembahasan.
c Pengembangan Materi Pembelajaran PAI
1 Pengembangan Kurikulum dan Silabus PAI
1 Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam
a Orientasi Pendidikan Islam PAI
Pembelajaran PAI justru harus dikembangkan kearah proses internalisasi nilai afektif yang dibarengi dengan aspek kognitif sehingga timbul dorongan
yang sangat kuat untuk mengamalkan dan menaati ajaran dan nilai-nilai dasar agama yang telah terinternalisasikan dalam diri peserta didik psikomotorik.
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk
jasmaniah maupun rohaniah, menumbuhsuburkan hubungan harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia dan alam semesta.
b Dasar Pengembangan Kurikulum PAI
As-Syaibani dalam Ahmad Jayadi menetapkan empat dasar pokok dalam mengembangkan kurikulum pendidikan, yaitu:
a. Dasar Religius, penyusunan kurikulum pendidikan harus didasarkan pada
nilai-nilai agama ilahiah yang tertuang dalam kitab suci Al- Qur’an maupun
Al-Sunnah, karena kedua hal tersebut merupakan nilai kebenaran yang universal, abadi dan bersifat futuristic.
b. Dasar filsafat, dasar ini memberikan arah dan tujuan pendidikan dengan dasar
filosofis sehingga susunan kurikulum mengandung suatu kebenaran dibidang nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini dari suatu kebenaran.
c. Dasar psikologis, dasar ini mempertimbangkan tahapan psikis anak didik,
yang berkaitan dengan perkembangan jasmaniah, kematangan, bakat-bakat jasmaniah, intelektual, bahasa emosi, social, kebutuhan dan keinginan
individu, minat dan kecakapan. d.
Dasar Sosiologis, dasar sosiologis memberikan implikasi bahwa kurikulum pendidikan memegang peranan penting terhadap penyampaian dan
pengembangan kebudayaan, proses sosialosasi, individu, rekonstruksi masyarakat.
16
c Orientasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Ahmad Jayadi mengemukakan bahwa pengembangan kurikulum pendidikan Islam harus diorientasikan pada:
a. Orientasi Pelestarian Nilai-nilai
Dalam pandangan Islam, nilai terbagi atas dua macam, yaitu nilai-nilai yang turun dari Allah SWT nilai ilahi dan nilai yang tumbuh serta berkembang
dari peradaban manusia sendiri yang disebut dengan nilai insaniah. Kedua nilai tersebut selanjutnya membentuk norma atau kaidah kehidupan yang dianut dan
melembaga pada masyarakat yang mendukungnya. b. Orientasi pada kecenderungan masyarakat
Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang ditandai oleh munculnya berbagai peradaban dan kebudayaan sehingga masyarakat tersebut mengalami
perkembangan yang pesat walaupun perkembangan itu tidak sampai pada titik kulminasi.
c. Orientasi pada Tenaga Kerja Manusia sebagai makhluk biologis mempunyai unsur mekanisme jasmani
yang membutuhkan kebutuhan-kebutuhan lahiriah, misalnya makanan dan minuman.
Q.S. Al Baqarah 168 :
ٌݔدع مكل هڰّإ ن۵طيڰّل۴ ت۴ݕطخ ۴ݕعبڰّت اݔ ۵بيط ااح ضرأ۴ يف ۵ڰّم ۴ݕلك س۵ڰّل۴ ۵ݓڱيأ ۵ي نيبم
٦١
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. Bertempat tinggal yang layak dan salah satu diantara persiapan untuk
mendapatkan pemenuhan kebutuhan yang layak adalah melalui ikhtiar pendidikan.
16
. Abdul Majid, op. cit. h. 54.
d. Orientasi pada Murid. 1
Orientasi ini merupakan kompas pada kurikulum untuk memenuhi kebutuhan murid yang disesuaikan bakat, minat dan kemampuan. Untuk
merealisasikan orientasi pada kebutuhan murid, Benyamin S. Bloom merupakan taksonomi dengan tiga domain, yaitu domain kognitif, afektif
dan psikomotorik.
17
2 Isi Kurikulum Pendidikan Islam, berkaitan dengan isi kurikulum Ahmad
Jayadi menjelaskan bahwa isi kurikulum hendaknya mencerminkan pemahaman bahwa semua ilmu itu merupakan produk Allah semata,
sedang manusia hanya menginterpretasikannya saja. Q. S. Al-Kahfi 109:
۵ّ۳ج ݕلݔ يبر ت۵ّلك دفّت نأ لبق رحبل۴ دفّل يبر ت۵ّلكل ۴د۴دم رحبل۴ ن۵ك ݕل لق هلثّب
۴ددم ١
“Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat-kalimat
Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu pula. Untuk itu, isi kurikulum pendidikan Islam seharusnya dikembangkan
dengan tiga orientasi, yang ketiganya disajikan dengan pendekatan terpadu integrated approach.
a. Isi kurikulum yang Berorientasi pada Ketuhanan.
Rumusan isi kurikulum yang berkaitan dengan ketuhanan, mengenal Zat, sifat, perbuatan-Nya dan relasinya terhadap manusia dan alam semesta. Bagian ini
meliputi ilmu kalam, ilmu metafisika alam, ilmu fiqh, ilmu akhlak tasawwuf, ilmu-ilmu tentang Al-
Qur’an dan Al Sunnah tafsir, mustholah, linguistic, ushul fiqh dan sebagainya.
b. Isi kurikulum yang berorientasi pada Kemanusiaan
Rumusan isi kurikulum yang berkaitan dengan haliah pribadi manusia, baik manusia sebagai makhluk individu, makhluk social, makhluk berbudaya dan
makhluk berakal. Bagian ini meliputi ilmu politik, ekonomi, kebudayaan,
17
. Abdul Majid, op. cit. h. 56.
sosiologi, antropologi, sejarah, linguistic, psikologi kedokteran, perdagangan, komunikasi, adiministrasi, matematik dan sebagainya.
c. Isi kurikulum yang Berorientasi pada Kealaman
Rumusan isi kurikulum yang berkaitan dengan fenomena alam semesta sebagai makhluk yang diamanatkan dan untuk kepentingan manusia. Bagian ini
meliputi ilmu fisika, kimia, pertanian, perikanan, obat-obatan, astronomi, ruang angkasa, geologi, geofisika, botani, zoology, biogenetic dan sebagainya.
18
d Pengembangan Silabus
a. Pengertian
Menurut Salim istilah Silabus dapat didefinisikan sebagai “Garis besar, ringkasan, atau pokok-pokok isi atau
materi pelajaran”. Silabus digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut
dari standar kompetensi , kemampuan dasar yang ingin dicapai dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam mencapai standar
kompetensi dan kemampuan dasar. b.
Prinsip-Prinsip Pengembangan Silabus Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum dan
pembelajaran yang berisikan garis-garis besar materi pembelajaran. Beberapa prinsip
yang mendasari
pengembangan silabus,
antara lain:
ilmiah, memperhatikan perkembangan dan kebutuhan siswa, relevansi, sistematis,
Konsisten, memadai, actual, kontekstual, fleksible dan menyeluruh. Adapaun penjelassannya sebagai berikut:
a Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Untuk mencapai
kebenaran ilmiah tersebut, dalam penyusunan silabus dilibatkan para pakar dibidang keilmuan masing-masing mata pelajaran.
b Relevansi
18
. Ibid. h.58.
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, social, emosional
dan spiritual peserta didik.
c Sistematis
Karena silabus dianggap sebagai suatu system, sesuai konsep dan prinsip system, penyusunan silabus dilakukan secara sistematis, sejalan dengan
pendekatan system. d
Konsisten Adanya hubungan yang konsisten ajeg, taat asas antara kompetensi
dasar, indicator materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan system penilaian.
e Memadai
Cakupan indicator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan system penilaian.
f Actual dan kontekstual
Cakupan indicator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan system penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi dan seni
mutakhir dalam kehidupan nyata dan peristiwa yang terjadi. g
Fleksible Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta
didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi disekolahmadrasah dan tuntutan masyarakat.
h Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
19
Manfaat Silabus merupakan sumber pokok dalam penyusunan rencana pembelajaran, baik rencana pembelajaran untuk satu standar kompetensi maupun
satu kompetensi dasar.
19
. Ibid. h. 20
e Penilaian Pembelajaran PAI
1. Prinsip-Prinsip dan Strategi Penilaian Kelas
a. Pengertian Penilaian Autentik Authentic Assesment
Penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui
berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan kompetensi telah
benar-benar dikuasai dan dicapai. Berikut ini adalah prinsip-prinsip penilaian autentik:
1 Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran a part, not a part from instruction. 2
Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata real words problems, bukan masalah dunia sekolah school work-kind of problems.
3 Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang
sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar. 4
Penilaian harus bersifat holistic yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran kognitif, afektif dan sensori-motorik.
2 Kompetensi Guru Non-PAI
Secara umum Guru diharapkan dapat menjalankan tugasnya secara profesional dengan memiliki dan menguasai keempat kompetensi yang tercantum
dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu:
1. Kompetensi Social
Seorang guru sama seperti manusia lainnya adalah makhluk social, yang dalam hidupnya berdampingan dengan manusia lainnya. Guru diharapkan
memberikan contoh yang baik terhadap lingkungannya, dengan menjalankan hak dan kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat sekitarnya. Guru harus berjiwa
social tinggi, mudah bergaul, suka menolong, bukan sebaliknya, yaitu individu yang tertutup dan tidak memperdulikan orang-orang disekitarnya. Kompetensi
social merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk: a.
Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat
b. Menggunakan tekhnologi komunikasi dan informasi secara fungsional
c. Bergaul dengan baik terhadap peserta didik, sesame pendidik, tenaga
kependidikan, dan sebagainya. d.
Bergaul secara santun dengan masyarakat.
20
Menurut sukmadinata, „’Diantara kemampuan social dan personal yang paling mendasar yang harus dikuasai oleh guru adalah idealism, yaitu cita-cita
luhur yang ingin dicapai dengan pendidikan.” Cita-cita semacam ini dapat terwujud oleh guru melalui:
“Pertama, Kesungguhannya mengajar dan mendidik anak murid. Tidak peduli kondisi ekonomi, social, politik dan medan yang
dihadapi. Ia selalu semangat memberikan pengajaran bagi muridnya. Kedua, pembelajaran masyarakat melalui interaksi dengan mereka dibeberapa tempat
seperti masjid, majelis taklim, mushalla, pesantren, balai desa dan pos yandu. Dalam konteks ini, guru bukan hanya guru bagi muridnya tapi juga guru bagi
masyarakat dilingkungannya. Ketiga, guru menuangkan dan mengekspresikan pemikiran dan idenya melalui tulisan, baik dalam bentuk artikel, cerpen,
novel,sajak maupun artikel ilmiah. Idealnya, sekolah memfasilitasi guru untuk aktif menulis dan menerbitkan tulisan guru tersebut tentu setelah seleksi penulisan
dan naskah. Keterampilan dan kepercayaan diri guru dalam menulis perlu ditumbuhkan melalui pelatihan dan dorongan sekolah.
21
2. Kompetensi Profesional
Guru professional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi
disini meliputi pengetahuan, sikap, keterampilan professional, baik yang bersifat pribadi, social maupun akademis. Kompetensi professional merupakan salah satu
kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang guru. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pada pasal 28 ayat 3 yang dimaksud dengan kompetensi
professional adalah „kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar
20
. BSNP, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,Jakarta, 2006, h. 88.
21
. N. Sy. Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan PraktikCetakan k-8, Bandung: Rosda Karya, h. 193.
kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan’. Bagi guru yang merupakan tenaga professional ibidang kpendidikan dalam kaitannya dengan
accountability, bukan berarti tugasnya menjadi ringan, tetapi justru lebih berat dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu, guru
dituntut memiliki kualifikasi kemampuan yang lebih memadai. Secara garis besar ada tiga tingkatan kualifikasi professional guru sebagai
tenaga kependidikan. Yang pertama adalah tingkatan capability personal maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan percakapan dan keterampilan
serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses belajar mengajar secara efektif. Tingkatan kedua adalah guru sebagai inovator,
yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Tingkatan yang ketiga adalah guru sebagai visioner.
Selain menghayati kualifikasi yang pertama dan kedua guru harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas perspektifnya. Guru harus mampu dan mau
melihat jauh ke depan dalam menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi oleh sector pendidikan sebagai suatu sistem.
22
Menurut surya dalam Kunandar mengartikan guru yang professional akan tercermin dalam pelaksanaan
pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode.
23
3. Kompetensi Pedagogik
Pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Dengan perkataan lain bahwa istilah pembelajaran
dapat diberi arti sebagai kegiatan sitematik dan sengaja dilakukan oleh pendidik untuk membantu peserta didik agar tercapai tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar
terjadi pada diri siswa sebagai akibat dari kegiatan membelajarkan. Pedagogoik berasal dari bahasa Yunani yakni paedos yang artinya anak laki-laki, dan agogos
yang artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogic secara harfiah membantu anak laki-laki zaman Yunani kuno yang pekerjaannya menganmtarkan anak
majikannya pergi ke sekolah. Sedang istilah pedagogi artinya pendidikan yang
22
. Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Op. Cit. h. 50.
23
. Kunandar, Guru Profesional: Penerapan KTSP dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru,
Jakarta: Rajawali Press, 2007, h.50.
lebih menekankan kepada praktek, yang menyangkut kegiatan mendidik, membimbing anak. Pedagogic merupakan suatu teori yang secara teliti, krisis dan
objektif mengmbangkan konsep-konsepnya mengenai hakikat manusia, hakikat anak, hakikat tujuan pendidikan serta hakikat proses pendidikan.
Secara umum istilah pedagogic dapat diberi makna sebagai ilmu dan seni mengajar anak-anak, sedangkan ilmu mengajar untuk orang dewasa adalah
andragogy. Dengan pengertian itu maka pedagogic adalah sebuah pendekatan pendidikan berdasarkan tinjauan psikologis anak. Pendekatan perdagogik
muaranya adalah membantu siswa melakukan kegiatan belajar. Dalam perkembangannya, pelaksanaan perkembangan itu dapat menggunaklan
pendekatan kontinum, yaitu dimulai dari pendekatan pedagogi yang diikuti oleh pendekatan andragogy. Berdasar pengertian diatas maka yang dimaksud
pedagogic adalah ilmu tentang pendidikan anak yang ruang lingkupnya terbatas pada interaksi edukatif antara pendidik dengan siswa. Sedangkan kompetensi
pedagogic adalah sejumlah kemampuan guru yang berkaitan dengan ilmu dan seni mengajar siswa.
24
Adapun tugas guru yang utama adalah mengajar dan mendidik murid di kelas dan di luar kelas. Guru selalu berhadapan dengan murid yang memerlukan
pengetahuan, keterampilan dan sikap utama untuk menghadapi hidupnya di masa depan. Menurut BSNP, yang dimaksud dengan kompetensi pedagogis adalah
kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: pemahaman wawasan, pemahaman tentang peserta didik, pengembangan kurikulum,
perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidiok dan dialogis, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang di milikinya.
25
4. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian, yaitu: „Kemampuan kepribadian yang berakhlak mulia, mantap, stabil, dewasa, arif, bijaksana, menjadi teladan mengevaluasi
24
. Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Op. Cit. h.33
25
. Jejen Mustofa, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar
Teori dan Praktik, Jakarta: Kencana, 2011, Cet. 1, h.31
kinerja sendiri, mengembangkan diri dan religious
26
. Terlihat mubadzir ketika seorang guru mengajarkan kebaikan bila dia sendiri bukan sosok pribadi yang
baik. Pribadi guru yang baik, mengajar dan mendidik dengan perkataan dan perilakunya dhadapan murid, disengaja maupun tidak disengaja. Disadari ataupun
tidak, peserta didik selalu belajar dari figure guru dan orang-orang yang dianggapnya baik. Dengan demikian, harus banyak sosok guru, kepala sekolah,
orang tua, yang benar-benar baik dan soleh, sehingga mereka selalu belajar nilai- nilai dan perilaku baik dari sebanyak mungkin figure. Anak-anak membutuhkan
contoh nyata tentang apa itu yang baik melalui sikap dan perilaku orang dewasa. Hal ini lebih efektif dan mudah bagi anak-anak disbanding sekedar ucapan dan
tulisan. Seorang guru yang berperilaku tidak baik, padahal di kelas ia selalu
menyampaikan nilai-nilai kebaikan pada para siswanya. Akan menghilangkan perannya sebagai pendidik, karena kepercayaan dari siswa, orang tua dan
masyarakat akan luntur bahkan hilang. Guru semacam ini tidak akan dapat menjadi teladan para siswa. Padahal, mereka mengharapkan guru berhasil
menanamkanm nilai-nilai baik kepada para muridnya.
27