Macam-macam Kompetensi Kompetensi Guru dan Implementasinya Terhadap Pembelajaran

langkah melakukan kegiatan-kegiatan khusus dalam menggunakan metode tertentu, seperti teknik bertanya, teknik menjelaskan dan sebagainya. 13 Dari model pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan dalam strategi pembelajaran. Dengan mengutip pmikiran J. R. David, Wina Sanjaya menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Strategi belajar-mengajar meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Untuk melaksanakan strategi tertentu diperlukan seperangkat metode pengajaran. Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega mengetengahkan empat kelompok model pembelajaran, yaitu: model interaksi social adalah adanya komunikasi antara pendidik dengan peserta didik, model pengolahan informasi merupakan cara menyaring data dari peserta didik, model personal-humanistik ialah diskusi dengan cara berhadapan antara pendidik dengan peserta didik dan model modifikasi tingkah laku yakni memberi contoh yang baik terhadap peserta didik seperti cara berpakaian, berprilaku dan berbahasa. Jika kita mencoba menerapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah sebagai berikut : 1 Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik. 2 Mempertimbangkan dan memilih system pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif. 3 Mempertimbangkam dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode, dan teknik pembelajaran. 4 Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan. 14 b Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 13 . Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: CV. Wacana Prima, 2009, h. 154. 14 . Abdul majid, op. cit. h. 129. Metode pembelajaran menekankan pada proses belajar siswa secara aktif dalam upaya memperoleh kemampuan hasil belajar. Metode pembelajaran yang dipilih tentunya menghindari upaya penuangan ide kepada siswa. Guru seharusnya memikirkan bagaimana cara yang membuat siswa dapat belajar secara optimal. Dalam arti sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Metode digunakan oleh guru untuk mengkreasi lingkungan belajar dan mengkhususkan aktivitas di mana guru dan siswa terlibat selama proses pembelajaran berlangsung. Biasanya metode digunakan melalui salah satu strategi, tetapi juga tidak tertutup kemungkinan beberapa metode berada dalam strategi yang bervariasi, artinya penetapan metode dapat divariasikan melalui strategi yang berbeda bergantung pada tujuan yang akan dicapai dan konten proses yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Metode mengajar mempunyai dua aspek, aspek ideal dan aspek teknis, sebagai berikut: 1 Aspek Ideal: secara ideal harus diingat bahwa program belajar-mengajar adalah sarana untuk mencapai tujuan pendidikan. Yang menjadi pedoman utama adalah bagaimana mengusahakan agar mencapai perkembangan peserta didik secara optimal. 2 Aspek Teknis: terdapat bermacam-macam teknik yang dapat digunakan dalam interaksi dam komunikasi itu, antara lain: Tanya jawab, diskusi, ceramah dan lain-lain. 15 Menurut Ibnu Khaldun metode pengajaran sepantasnya melalui tiga langkah berikut ini: 1 Murid belajar dimulai dengan pengetahuan-pengetahuan umum yang sedrhana dengan topic yang dipelajarinya, serta meperhatikan apakah pengetahuan tersebut sesuai dengan taraf pemikiran murid, sehingga tidak berada di luar kemampuan persepsinya. 2 Guru kembali menyajikan kepada murid pengetahuan yang sama, tetapi tarafnya lebih tinggi dari taraf yang disajikannya pada langkah pertama. 15 . Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: PT. Remaja Rosda Karya, 1995, Cet. 2, h. 97. 3 Pendidik kembali untuk ketiga kalinya mengajarkan topic yang sam secara terperinci, mencakup dan mendalam pada segala segi dan lebih terperinci dalam hal pembahasan. c Pengembangan Materi Pembelajaran PAI 1 Pengembangan Kurikulum dan Silabus PAI 1 Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam a Orientasi Pendidikan Islam PAI Pembelajaran PAI justru harus dikembangkan kearah proses internalisasi nilai afektif yang dibarengi dengan aspek kognitif sehingga timbul dorongan yang sangat kuat untuk mengamalkan dan menaati ajaran dan nilai-nilai dasar agama yang telah terinternalisasikan dalam diri peserta didik psikomotorik. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah, menumbuhsuburkan hubungan harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia dan alam semesta. b Dasar Pengembangan Kurikulum PAI As-Syaibani dalam Ahmad Jayadi menetapkan empat dasar pokok dalam mengembangkan kurikulum pendidikan, yaitu: a. Dasar Religius, penyusunan kurikulum pendidikan harus didasarkan pada nilai-nilai agama ilahiah yang tertuang dalam kitab suci Al- Qur’an maupun Al-Sunnah, karena kedua hal tersebut merupakan nilai kebenaran yang universal, abadi dan bersifat futuristic. b. Dasar filsafat, dasar ini memberikan arah dan tujuan pendidikan dengan dasar filosofis sehingga susunan kurikulum mengandung suatu kebenaran dibidang nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini dari suatu kebenaran. c. Dasar psikologis, dasar ini mempertimbangkan tahapan psikis anak didik, yang berkaitan dengan perkembangan jasmaniah, kematangan, bakat-bakat jasmaniah, intelektual, bahasa emosi, social, kebutuhan dan keinginan individu, minat dan kecakapan. d. Dasar Sosiologis, dasar sosiologis memberikan implikasi bahwa kurikulum pendidikan memegang peranan penting terhadap penyampaian dan pengembangan kebudayaan, proses sosialosasi, individu, rekonstruksi masyarakat. 16 c Orientasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Ahmad Jayadi mengemukakan bahwa pengembangan kurikulum pendidikan Islam harus diorientasikan pada: a. Orientasi Pelestarian Nilai-nilai Dalam pandangan Islam, nilai terbagi atas dua macam, yaitu nilai-nilai yang turun dari Allah SWT nilai ilahi dan nilai yang tumbuh serta berkembang dari peradaban manusia sendiri yang disebut dengan nilai insaniah. Kedua nilai tersebut selanjutnya membentuk norma atau kaidah kehidupan yang dianut dan melembaga pada masyarakat yang mendukungnya. b. Orientasi pada kecenderungan masyarakat Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang ditandai oleh munculnya berbagai peradaban dan kebudayaan sehingga masyarakat tersebut mengalami perkembangan yang pesat walaupun perkembangan itu tidak sampai pada titik kulminasi. c. Orientasi pada Tenaga Kerja Manusia sebagai makhluk biologis mempunyai unsur mekanisme jasmani yang membutuhkan kebutuhan-kebutuhan lahiriah, misalnya makanan dan minuman. Q.S. Al Baqarah 168 : ٌݔدع مكل هڰّإ ن۵طيڰّل۴ ت۴ݕطخ ۴ݕعبڰّت اݔ ۵بيط ااح ضرأ۴ يف ۵ڰّم ۴ݕلك س۵ڰّل۴ ۵ݓڱيأ ۵ي نيبم ٦١ “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. Bertempat tinggal yang layak dan salah satu diantara persiapan untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan yang layak adalah melalui ikhtiar pendidikan. 16 . Abdul Majid, op. cit. h. 54. d. Orientasi pada Murid. 1 Orientasi ini merupakan kompas pada kurikulum untuk memenuhi kebutuhan murid yang disesuaikan bakat, minat dan kemampuan. Untuk merealisasikan orientasi pada kebutuhan murid, Benyamin S. Bloom merupakan taksonomi dengan tiga domain, yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotorik. 17 2 Isi Kurikulum Pendidikan Islam, berkaitan dengan isi kurikulum Ahmad Jayadi menjelaskan bahwa isi kurikulum hendaknya mencerminkan pemahaman bahwa semua ilmu itu merupakan produk Allah semata, sedang manusia hanya menginterpretasikannya saja. Q. S. Al-Kahfi 109: ۵ّ۳ج ݕلݔ يبر ت۵ّلك دفّت نأ لبق رحبل۴ دفّل يبر ت۵ّلكل ۴د۴دم رحبل۴ ن۵ك ݕل لق هلثّب ۴ددم ١ “Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu pula. Untuk itu, isi kurikulum pendidikan Islam seharusnya dikembangkan dengan tiga orientasi, yang ketiganya disajikan dengan pendekatan terpadu integrated approach. a. Isi kurikulum yang Berorientasi pada Ketuhanan. Rumusan isi kurikulum yang berkaitan dengan ketuhanan, mengenal Zat, sifat, perbuatan-Nya dan relasinya terhadap manusia dan alam semesta. Bagian ini meliputi ilmu kalam, ilmu metafisika alam, ilmu fiqh, ilmu akhlak tasawwuf, ilmu-ilmu tentang Al- Qur’an dan Al Sunnah tafsir, mustholah, linguistic, ushul fiqh dan sebagainya. b. Isi kurikulum yang berorientasi pada Kemanusiaan Rumusan isi kurikulum yang berkaitan dengan haliah pribadi manusia, baik manusia sebagai makhluk individu, makhluk social, makhluk berbudaya dan makhluk berakal. Bagian ini meliputi ilmu politik, ekonomi, kebudayaan, 17 . Abdul Majid, op. cit. h. 56. sosiologi, antropologi, sejarah, linguistic, psikologi kedokteran, perdagangan, komunikasi, adiministrasi, matematik dan sebagainya. c. Isi kurikulum yang Berorientasi pada Kealaman Rumusan isi kurikulum yang berkaitan dengan fenomena alam semesta sebagai makhluk yang diamanatkan dan untuk kepentingan manusia. Bagian ini meliputi ilmu fisika, kimia, pertanian, perikanan, obat-obatan, astronomi, ruang angkasa, geologi, geofisika, botani, zoology, biogenetic dan sebagainya. 18 d Pengembangan Silabus a. Pengertian Menurut Salim istilah Silabus dapat didefinisikan sebagai “Garis besar, ringkasan, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran”. Silabus digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi , kemampuan dasar yang ingin dicapai dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam mencapai standar kompetensi dan kemampuan dasar. b. Prinsip-Prinsip Pengembangan Silabus Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum dan pembelajaran yang berisikan garis-garis besar materi pembelajaran. Beberapa prinsip yang mendasari pengembangan silabus, antara lain: ilmiah, memperhatikan perkembangan dan kebutuhan siswa, relevansi, sistematis, Konsisten, memadai, actual, kontekstual, fleksible dan menyeluruh. Adapaun penjelassannya sebagai berikut: a Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Untuk mencapai kebenaran ilmiah tersebut, dalam penyusunan silabus dilibatkan para pakar dibidang keilmuan masing-masing mata pelajaran. b Relevansi 18 . Ibid. h.58. Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, social, emosional dan spiritual peserta didik. c Sistematis Karena silabus dianggap sebagai suatu system, sesuai konsep dan prinsip system, penyusunan silabus dilakukan secara sistematis, sejalan dengan pendekatan system. d Konsisten Adanya hubungan yang konsisten ajeg, taat asas antara kompetensi dasar, indicator materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan system penilaian. e Memadai Cakupan indicator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan system penilaian. f Actual dan kontekstual Cakupan indicator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan system penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata dan peristiwa yang terjadi. g Fleksible Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi disekolahmadrasah dan tuntutan masyarakat. h Menyeluruh Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik. 19 Manfaat Silabus merupakan sumber pokok dalam penyusunan rencana pembelajaran, baik rencana pembelajaran untuk satu standar kompetensi maupun satu kompetensi dasar. 19 . Ibid. h. 20 e Penilaian Pembelajaran PAI 1. Prinsip-Prinsip dan Strategi Penilaian Kelas a. Pengertian Penilaian Autentik Authentic Assesment Penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan kompetensi telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Berikut ini adalah prinsip-prinsip penilaian autentik: 1 Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran a part, not a part from instruction. 2 Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata real words problems, bukan masalah dunia sekolah school work-kind of problems. 3 Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar. 4 Penilaian harus bersifat holistic yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran kognitif, afektif dan sensori-motorik. 2 Kompetensi Guru Non-PAI Secara umum Guru diharapkan dapat menjalankan tugasnya secara profesional dengan memiliki dan menguasai keempat kompetensi yang tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu: 1. Kompetensi Social Seorang guru sama seperti manusia lainnya adalah makhluk social, yang dalam hidupnya berdampingan dengan manusia lainnya. Guru diharapkan memberikan contoh yang baik terhadap lingkungannya, dengan menjalankan hak dan kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat sekitarnya. Guru harus berjiwa social tinggi, mudah bergaul, suka menolong, bukan sebaliknya, yaitu individu yang tertutup dan tidak memperdulikan orang-orang disekitarnya. Kompetensi social merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk: a. Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat b. Menggunakan tekhnologi komunikasi dan informasi secara fungsional c. Bergaul dengan baik terhadap peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, dan sebagainya. d. Bergaul secara santun dengan masyarakat. 20 Menurut sukmadinata, „’Diantara kemampuan social dan personal yang paling mendasar yang harus dikuasai oleh guru adalah idealism, yaitu cita-cita luhur yang ingin dicapai dengan pendidikan.” Cita-cita semacam ini dapat terwujud oleh guru melalui: “Pertama, Kesungguhannya mengajar dan mendidik anak murid. Tidak peduli kondisi ekonomi, social, politik dan medan yang dihadapi. Ia selalu semangat memberikan pengajaran bagi muridnya. Kedua, pembelajaran masyarakat melalui interaksi dengan mereka dibeberapa tempat seperti masjid, majelis taklim, mushalla, pesantren, balai desa dan pos yandu. Dalam konteks ini, guru bukan hanya guru bagi muridnya tapi juga guru bagi masyarakat dilingkungannya. Ketiga, guru menuangkan dan mengekspresikan pemikiran dan idenya melalui tulisan, baik dalam bentuk artikel, cerpen, novel,sajak maupun artikel ilmiah. Idealnya, sekolah memfasilitasi guru untuk aktif menulis dan menerbitkan tulisan guru tersebut tentu setelah seleksi penulisan dan naskah. Keterampilan dan kepercayaan diri guru dalam menulis perlu ditumbuhkan melalui pelatihan dan dorongan sekolah. 21 2. Kompetensi Profesional Guru professional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi disini meliputi pengetahuan, sikap, keterampilan professional, baik yang bersifat pribadi, social maupun akademis. Kompetensi professional merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang guru. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pada pasal 28 ayat 3 yang dimaksud dengan kompetensi professional adalah „kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar 20 . BSNP, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,Jakarta, 2006, h. 88. 21 . N. Sy. Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan PraktikCetakan k-8, Bandung: Rosda Karya, h. 193. kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan’. Bagi guru yang merupakan tenaga professional ibidang kpendidikan dalam kaitannya dengan accountability, bukan berarti tugasnya menjadi ringan, tetapi justru lebih berat dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki kualifikasi kemampuan yang lebih memadai. Secara garis besar ada tiga tingkatan kualifikasi professional guru sebagai tenaga kependidikan. Yang pertama adalah tingkatan capability personal maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan percakapan dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses belajar mengajar secara efektif. Tingkatan kedua adalah guru sebagai inovator, yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Tingkatan yang ketiga adalah guru sebagai visioner. Selain menghayati kualifikasi yang pertama dan kedua guru harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas perspektifnya. Guru harus mampu dan mau melihat jauh ke depan dalam menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi oleh sector pendidikan sebagai suatu sistem. 22 Menurut surya dalam Kunandar mengartikan guru yang professional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. 23 3. Kompetensi Pedagogik Pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Dengan perkataan lain bahwa istilah pembelajaran dapat diberi arti sebagai kegiatan sitematik dan sengaja dilakukan oleh pendidik untuk membantu peserta didik agar tercapai tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar terjadi pada diri siswa sebagai akibat dari kegiatan membelajarkan. Pedagogoik berasal dari bahasa Yunani yakni paedos yang artinya anak laki-laki, dan agogos yang artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogic secara harfiah membantu anak laki-laki zaman Yunani kuno yang pekerjaannya menganmtarkan anak majikannya pergi ke sekolah. Sedang istilah pedagogi artinya pendidikan yang 22 . Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Op. Cit. h. 50. 23 . Kunandar, Guru Profesional: Penerapan KTSP dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Rajawali Press, 2007, h.50. lebih menekankan kepada praktek, yang menyangkut kegiatan mendidik, membimbing anak. Pedagogic merupakan suatu teori yang secara teliti, krisis dan objektif mengmbangkan konsep-konsepnya mengenai hakikat manusia, hakikat anak, hakikat tujuan pendidikan serta hakikat proses pendidikan. Secara umum istilah pedagogic dapat diberi makna sebagai ilmu dan seni mengajar anak-anak, sedangkan ilmu mengajar untuk orang dewasa adalah andragogy. Dengan pengertian itu maka pedagogic adalah sebuah pendekatan pendidikan berdasarkan tinjauan psikologis anak. Pendekatan perdagogik muaranya adalah membantu siswa melakukan kegiatan belajar. Dalam perkembangannya, pelaksanaan perkembangan itu dapat menggunaklan pendekatan kontinum, yaitu dimulai dari pendekatan pedagogi yang diikuti oleh pendekatan andragogy. Berdasar pengertian diatas maka yang dimaksud pedagogic adalah ilmu tentang pendidikan anak yang ruang lingkupnya terbatas pada interaksi edukatif antara pendidik dengan siswa. Sedangkan kompetensi pedagogic adalah sejumlah kemampuan guru yang berkaitan dengan ilmu dan seni mengajar siswa. 24 Adapun tugas guru yang utama adalah mengajar dan mendidik murid di kelas dan di luar kelas. Guru selalu berhadapan dengan murid yang memerlukan pengetahuan, keterampilan dan sikap utama untuk menghadapi hidupnya di masa depan. Menurut BSNP, yang dimaksud dengan kompetensi pedagogis adalah kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: pemahaman wawasan, pemahaman tentang peserta didik, pengembangan kurikulum, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidiok dan dialogis, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang di milikinya. 25 4. Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian, yaitu: „Kemampuan kepribadian yang berakhlak mulia, mantap, stabil, dewasa, arif, bijaksana, menjadi teladan mengevaluasi 24 . Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Op. Cit. h.33 25 . Jejen Mustofa, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, Jakarta: Kencana, 2011, Cet. 1, h.31 kinerja sendiri, mengembangkan diri dan religious 26 . Terlihat mubadzir ketika seorang guru mengajarkan kebaikan bila dia sendiri bukan sosok pribadi yang baik. Pribadi guru yang baik, mengajar dan mendidik dengan perkataan dan perilakunya dhadapan murid, disengaja maupun tidak disengaja. Disadari ataupun tidak, peserta didik selalu belajar dari figure guru dan orang-orang yang dianggapnya baik. Dengan demikian, harus banyak sosok guru, kepala sekolah, orang tua, yang benar-benar baik dan soleh, sehingga mereka selalu belajar nilai- nilai dan perilaku baik dari sebanyak mungkin figure. Anak-anak membutuhkan contoh nyata tentang apa itu yang baik melalui sikap dan perilaku orang dewasa. Hal ini lebih efektif dan mudah bagi anak-anak disbanding sekedar ucapan dan tulisan. Seorang guru yang berperilaku tidak baik, padahal di kelas ia selalu menyampaikan nilai-nilai kebaikan pada para siswanya. Akan menghilangkan perannya sebagai pendidik, karena kepercayaan dari siswa, orang tua dan masyarakat akan luntur bahkan hilang. Guru semacam ini tidak akan dapat menjadi teladan para siswa. Padahal, mereka mengharapkan guru berhasil menanamkanm nilai-nilai baik kepada para muridnya. 27

c. Indikator Kompetensi Pedagogik

Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. Seorang guru harus memahami hakikat pendidikan dan konsep yang terkait dengannya. Diantaranya yaitu fungsi dan peran lembaga pendidikan, konsep pendidikan seumur hidup dan berbagai implikasinya, peran keluarga dan masyarakat dalam pendidikan, pengaruh timbal balik antar sekolah, keluarga, masyarakat, sistempendidikan nasional dan inovasi pendidikan. Pemahaman yang benar tentang konsep pendidikan tersebut akan membuat guru sadar posisi strategisnya ditengah masyarakat dan perannya yang sangat besar bagi upaya pencerdasan generasi bangsa. Karena itu, mereka juga sadar bagaimana harus bersikap disekolah dan masyarakat, bagaimana memenuhi kualifikasi statusnya yaitu sebagai guru professional. 26 . BSNP. 2006:88. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2011, Cet. 1, h.43. 27 . Jejen Mustofa, Op. Cit. h. 52 Pemahaman tentang peserta didik. „Guru harus mengenal dan memahami siswa dengan baik, memahami tahap perkembangan yang telah dicapai, kemampuan, unggulan, kekurangan, hambatan yang dihadapi serta factor dominan yang memengaruhinya. 28 Pada dasarnya anak-anak itu ingin tahu dan sebagian tugas guru adalah membantu perkembangan keingintahuan tersebut, sehingga membuat mereka lebih ingin tahu. Guru merupakan organisator pertumbuhan pengalaman siswa. Guru harus dapat merancang pembelajaran yang tidak semata- mata menyentuh aspek kognitif, tetapi juga dapat mengembangkan ketrampilan dan sikap siswa. Maka, guru haruslah individu yang kaya akan pengalaman dari daripada siswadengan cara-cara variatif. Dasar pengetahuan dalam keragaman sangat penting dan termasuk keperbedaan dalam: kecerdasan, emosional, bakat dan bahasa. Pengembangan kurikulum silabus. Setiap guru menggunakan buku sebagai bahan ajar. Buku pelajaran banyak tersedia, demikian pula buku penunjang. Guru dapat mengadaptasi materi yang akan diajarkan dari buku-buku yang telah distandarisasi oleh Depdiknas, tepatnya Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP. Adapun pendapat Eisner mengenai kurikulum adalah „Seluruh pengalaman yang dialami anak di bawah pengawasan sekolah’. Pengalaman ini sebagian besar telah didesain oleh sekolah sebelumnya. Ia juga menjelaskan bahwa, „kurikulum sekolah, pelatihan, kelas dapat dibuat sebagai seri pertunjukan yang dimaksudkan dapat mendidik satu atau lebih siswa’. 29 Secara pedagogis, kompetensi guru-guru dalam mengelola pembelajaran perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini penting, karena pendidikan di Indonesia dinyatakan kurang berhasil oleh sebagian masyarakat, dinilai kering dari aspek pedagogis dan sekolah Nampak lebih mekanis sehingga peserta didik cenderung kerdil karena tidak mempunyai dunianya sendiri. Secara operasional, kemampuan mengelola pembelajaran menyangkut tiga fungsi manajerial, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Perencanaan menyangkut penetapan tujuan, kompetensi dan 28 . Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik, Bandung: Rosda Karya, Cet. K-8, 2006, h.197. 29 . E. W. Eisner, The Educational Imagination on the Design and Evaluation of School Program. Edisi k-3, New Jersey: Merril Prentice Hall, 2002, h. 26. memperkirakan cara mencapainya, Pelaksanaan atau sering juga disebut implementasi adalah proses yang memberikan kepastian bahwa proses belajar mengajar telah memiliki sumber daya manusia dan sarana prasarana yang diperlukan, sehingga dapat membentuk kompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan, Pengendalian atau ada juga yang menyebut evaluasi dan pengendalian, bertujuan menjamin kinerja yang dicapai sesuai rencana atau tujuan yang telah ditetapkan. Perancangan pembelajaran. Guru mengetahui apa yang diajarkan kepada siswanya. Guru menyiapkan metode dan media pembelajaran setiap akan mengajar. Berikut dampak positif perancangamn pembelajaran: Pertama, akan selalu dapat pengatahuan baru dari guru, tidak akan terjadi pengulangan materi yang tidak perlu yang dapat mengakibatkan kebosanan siswa dalam belajar, pengulangan materi itu perlu sebatas penguatan, Kedua yaitu menumbuhkan kepercayaan siswa pada guru, sehingga mereka akan senang dan giat belajar. Guru yang baik akan memotivasi siswa untuk meneladani kebaikan dan kedisiplinannya, meskipun siswa itu tidak mengatakannya pada guru. Perbuatan guru lebih efektif bagi siswa disbanding perkataan. Ketiga adalah belajar akan manjadi aktivitas yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu oleh dan bagi siswa, karena mereka akan merasa tidak sia-sia dating belajar ke kelas. Berbeda perasaan siswa ketika saat berhadapan dengan guru yang mengajar selalu tanpa persiapan. Melihat Ahmad, mengutip dari Ibnu Khaldun, „ Ilmu pengetahuan dalam kaitannya dengan proses pendidikan, sangat tergantung pada guru dan bagaimana mereka menggunakan berbagai metode yang tepat dan baik. Oleh karena itu, guru wajib mengetahui manfaat dari metode yang digunaka’. 30 Di hari pertama masuk kelas, mereka telah memikirkan apa yang seharusnya siswa lakukan dan bagaimana hal itu bisa dilakukan.’ 1 Identifikasi Kebutuhan Kebutuhan merupakan kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan kondisi yang sebenarnya atau sesuatu yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan. 30 . S. M. Ahmad, The Methode of Muslim Learning as Ilustrated in Al Zarnuji’s Ta’lim Al Muta’allim. Tesis. Institut of Islamic Studies. Mc Gill University., 1993, h. 37. Identifikasi kebutuhan bertujuan antara lain untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar dirasakan sebagai bagian dari kehidupan dan mereka merasa memilikinya. 2 Identifikasi kompetensi Kompetensi merupakan sesuatu yang ingin dimiliki oleh peserta didik dan merupakan komponen utama yang harus dirumuskan dalam pembelajaran, yang memiliki peran penting dan menentukan arah pembelajaran. Kompetensi yang jelas akan memberi petunujuk yang jelas pula terhadap materi yang harus dipelajari, penetapan metode dan media pembelajaran, serta memberi petunjuk terhadap penilaian. 3 Penyusunan Program Pembelajaran Penyusunan program pembelajaran akan bermuara pada rencana pelaksanaan pembelajaran RPP, sebagai produk program pembelajaran jangka pendek, yang mencakup komponen program kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program. Komponen program menyangkut kompetensi dasar, materi standar, metode dan tehnik, media dan sumber belajar, waktu belajar dan daya dukung lainnya. Pemahaman dan pemahaman terhadap peserta didik. Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu kompetensi pedagogic yang harus dimiliki guru. Pendidik harus memiliki kualifikasi dan kompetensi sebagai agen pembelajaran learning agen , yaitu „peran pendidik diantaranya: fasilitator, motivator, pemacu, pembagi inspirasi bagi peserta didik’ 31 . Sedikitnya terdapat empat hal yang harus dapat dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu kecerdasan, kreativitas, cacat fisik dan perkembangan kognitif. 1 Tingkat kecerdasan Anak cerdas memiliki usia lebih tinggi dari usianya dan mampu mengerjakan tugas-tugas untuk anak yang usianya lebih tinggi. Misal anak usia lima tahun bisa mengerjakan tugas untuk anak usia delapan tahun, namun tidak bisa mengerjakan tugas lebih dari itu, maka usianya delapan tahun. 31 . BSNP, Op. Cit. h.87.