48
F. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
1. Penelitian Fira Mujiastuti 2012 yang berjudul “Meningkatkan Hasil
Belajar  IPA  Melalui  Metode  Guided  Discovery  Learning  Siswa  Kelas
IVA SDN Ngentakrejo Tahun Ajaran 20112012” yang menyimpulkan bahwa  pembelajaran  IPA  melalui  metode
guided  discovery  learning
dapat  meningkatkan  hasil  belajar  IPA  siswa  kelas  IVA  SDN Ngentakrejo.  Peningkatan  hasil  belajar  IPA  ditandai  dengan
meningkatnya  nilai  hasil  belajar  ranah  kognitif,  afektif,  dan psikomotor,  dari  sebelum  tindakan  ke  siklus  II  berturut-turut  adalah
kognitif  persentase  ketuntasan  41,67  dengan  rata-rata  60,625 menjadi persentase ketuntasan 83,33 dengan rata-rata 71,04, afektif
dari  kategori  cukup  menjadi  baik  sekali,  dan  psikomotor  dari kategori kurang menjadi baik sekali.
2.
Penelitian  Irfan  Setiadi  2011  yang  berjudul  “Upaya  Meningkatkan
Prestasi  Belajar  IPS  Menggunakan  Model  Pembelajaran  Guided Discovery  pada  Siswa  Kelas  IV  Sekolah  Dasar  Negeri  Plumbon
Temon  Kulon  Progo”  yang  menunjukkan  bahwa  penggunaan  model pembelajaran
guided  discovery
yang  diterapkan  dalam  pembelajaran IPS  dapat  meningkatkan  prestasi  belajar  siswa  kelas  IV  SD  Negeri
Plumbon.  Peningkatan  prestasi  belajar  IPS  siswa  ditunjukkan  dengan adanya  peningkatan  nilai  rata-rata  sebesar  27,95.  Nilai  rata-rata  pada
kondisi awal sebelum tindakan sebesar 47,12 meningkat menjadi 72,50 pada siklus I dan meningkat menjadi 75,07 pada akhir siklus II.
49
G. Kerangka Berpikir
IPS  merupakan  mata  pelajaran  yang  mengkaji  tentang  manusia  dan lingkungan  sekelilingnya  yang  di  dalamnya  juga  mempelajari  tentang
gejala-gejala  dan  masalah  sosial  yang  ada  di  masyarakat.  Mata  pelajaran IPS  penuh  dengan  isu-isu  sosial  dan  konsep-konsep  abstrak.  Hal  ini
kurang  sesuai  dengan  karakteristik  siswa  SD  yang  masih  berada  pada tahap  operasional  konkret,  siswa  SD  belum  mampu  memahami  hal-hal
abstrak.  Oleh  karena  itu  dalam  membelajarkan  IPS  di  Sekolah  Dasar diperlukan  sebuah  metode  yang  mampu  mengkonkritkan  konsep-konsep
tersebut. Selain  itu,  siswa  SD  juga  mempunyai  keingintahuan  yang  tinggi,  hal
ini  harus  difasilitasi  oleh  guru  dengan  melibatkan  siswa  secara  langsung dalam proses pembelajaran. Keterlibatan siswa secara aktif akan membuat
siswa  terpenuhi  rasa  ingin  tahunya,  dan  mampu  memahami  pengetahuan secara  mendalam  sehingga  pada  akhirnya  hasil  belajar  siswa  akan
meningkat.  Keaktifan  siswa  yang  diamati  adalah  melakukan  petunjuk sesuai  LKS,  memanfaatkan  sumber  belajar  yang  ada,  menjawab
pertanyaan  yang  diajukan  guru,  melakukan  diskusi,  mengajukan pertanyaan pada siswa lain atau guru, memecahkan masalah, dan menarik
kesimpulan. Hasil  observasi  menunjukkan  bahwa  keaktifan  dan  hasil  belajar  IPS
pada  siswa  kelas  VA  SD  N  Golo  Yogyakarta  masih  rendah.  Keaktifan siswa yang rendah dapat terlihat ketika guru menjelaskan di depan, siswa
50
hanya  duduk  dan  mendengarkan  penjelasan  guru.  Kondisi  tersebut berlangsung  dari  awal  hingga  akhir  proses  pembelajaran.  Hal  ini
disebabkan  oleh  guru  yang  kesulitan  menemukan  metode  yang  tepat digunakan untuk membelajarkan IPS, sehingga guru menggunakan metode
ceramah.  Metode  ceramah  tidak  memberikan  kesempatan  pada  siswa untuk  ikut  terlibat  dalam  proses  pembelajaran,  sehingga  yang  terjadi
adalah  kegiatan  belajar  mengajar  hanya  berlangsung  satu  arah.  Hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri Golo yang tergolong rendah bisa dilihat
dari  nilai  Ulangan  Tengah  Semester  siswa  kelas  VA  pada  mata  pelajaran IPS.  Hanya  1  siswa  yang  mencapai  KKM  dan  26  siswa  belum  mencapai
KKM. Salah satu metode pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan
siswa  adalah  dengan  kegiatan  penemuan.  Melalui  kegiatan  penemuan, siswa  akan  terdorong  untuk  mencari  pengetahuannya  sendiri.  Penemuan
akan  memaksimalkan  keterlibatan  siswa  dalam  proses  pembelajaran. Namun,  karena  siswa  sekolah  dasar  masih  membutuhkan  bimbingan  dari
orang  yang  lebih  dewasa,  dalam  hal  ini  guru,  maka  hendaknya  metode pembelajaran penemuan yang digunakan adalah penemuan terbimbing.
Metode  penemuan  terbimbing  dapat  digunakan  guru  untuk memfasilitasi  keingintahuan  siswa  yang  tinggi,  siswa  diberi  kesempatan
untuk  aktif  mencari  pengetahuannya  sendiri,  namun  tetap  dengan bimbingan dan arahan dari guru. Pengetahuan yang diperoleh dengan jerih
payahnya  sendiri,  tentu  saja  akan  bisa  dipahami  oleh  siswa.  Pengetahuan
51
tersebut  akan  lebih  melekat  pada  ingatan  siswa,  sehingga  pada  akhirnya hasil belajar siswa akan meningkat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode
penemuan  terbimbing  sangat  tepat  jika  diterapkan  untuk  meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
H. Hipotesis Tindakan