Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Selama ini kegiatan pelatihan kecakapan hidup telah umum digunakan untuk meningkatkan keterampilan atau kemampuan seseorang dalam bidang pekerjaan tertentu, di tempat kerja atau di tempatnya beraktivitas. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan cara tersebut telah lama dilakukan di Indonesia. Berbagai inovasi program pendidikan kecakapan hidup juga telah dilaksanakan. Namun demikian berbagai indikator menunjukkan bahwa mutu pendidikan masih belum meningkat secara signifikan. Pendidikan kecakapan hidup relatif rendah dan tidak mengalami peningkatan yang berarti. Dari sisi perilaku keseharian warga belajar, banyak terjadi ketidakpuasan masyarakat. Dari dunia usaha muncul keluhan bahwa lulusan yang memasuki dunia kerja belum memiliki kesiapan kerja yang baik. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan salah satu masyarakat di Kota Yogyakarta yang masih mengganggur karena belum mempunyai kesiapan kerja yang baik setelah mengikuti program pendidikan kecakapan hidup di sebuah lembaga di Yogyakarta. Setiap orang mengalami proses pendidikan melalui hal yang dijumpai dan dikerjakannya. Pendidikan berlangsung secara alamiah walau tanpa kesengajaan. Anak –anak sampai orang dewasa berinteraksi 2 dengan lingkungannya. Lingkungan memberikan ilmu bagi seseorang baik lingkungan sosial, lingkungan budaya, dan lingkungan alam. Telah diketahui bahwa pendidikan atau pembelajaran menurut Ki Hajar Dewantara adalah segenap daya dan upaya yang harus dikembangkan oleh pendidik guna mengembangkan budi pekerti kekuatan batin, pikiran intelek dan jasmani anak didik. Selama ini masyarakat dan praktisi pendidikan menganggap bahwa indikator keberhasilan pembelajaran sebagai inti proses pendidikan adalah nilai ujian. Pandangan seperti itu tidak keliru akan tetapi baru melihat salah satu indikator saja. Apabila keberhasilan hanya dipandang dari indikator itu, maka pembelajaran cenderung lebih menekankan kepada aspek kognitif, sehingga aspek afektif dan psikomotorik terabaikan. Kecakapan hidup sebagai inti dan hasil pendidikan adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk bisa menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya Depdiknas, 2006:22. Kecakapan hidup terdiri dari kecakapan hidup yang bersifat umum Generic Life Skills dan kecakapan hidup yang bersifat khusus Specific Life Skills. Menurut Malik Fadjar 2003 kecakapan hidup yang bersifat umum terdiri dari kecakapan personal dan sosial, sedangkan kecakapan hidup yang bersifat spesifik terdiri dari kecakapan akademik dan vokasioanal. Kecakapan 3 hidup tersebut sesuai dengan empat pilar pendidikan yang dicanangkan UNESCO. Melihat kondisi di lapangan pada bulan September 2014 bahwa kecakapan personal dan sosial Generic Life Skills warga belajar masih rendah, terbukti dengan pengembangan diri warga belajar yang belum baik. Mereka rata-rata masih bingung dengan hasil pelatihan yang diperoleh selama mengikuti program kecakapan hidup di SKB akan dikembangkan ke arah yang sesuai dengan kemampuan dan potensinya. Selain itu rendahnya kecakapan sosial terbukti dengan kerjasama yang kurang antar warga belajar. Kondisi ini terjadi akibat dari komunikasi yang kurang baik antara warga belaja dengan pendidik dan juga warga belajar dengan warga belajar. Rendahnya kecakapan personal dan sosial Generic Life Skills dapat merugikan bagi individu tersebut. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk meningkatkan kecakapan personal dan sosial mengingat pentingnya kecakapan tersebut dapat digunakan untuk mengatasi berbagai macam persoalan hidup secara praktis. Upaya-upaya yang ada saat ini bukan tidak berhasil sama sekali dalam meningkatkan kemampuan, kesanggupan dan keterampilan hidup, akan tetapi kehidupan nyata yang memiliki ciri “berubah” menuntut untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian. Salah satu yang sedang mengupayakan peningkatan kecakapan personal dan sosial Generic Life Skills dalam pendidikan kecakapan hidup bagi warga belajarnya adalah SKB Kota Yogyakarta. Tujuan dari upaya peningkatan tersebut adalah 4 menghasilkan individu yang mampu, sanggup, dan terampil untuk menghadapi tantangan hidup yang sarat kompetisi dan kolaborasi. Mampu dalam arti warga belajar memiliki kualifikasi yang dibutuhkan untuk masa depan, sedangkan sanggup dalam arti warga belajar mau, mempunyai komitmen, bertanggung jawab dan berdedikasi menjalankan kehidupannya. Selain itu warga belajar juga diharapkan terampil, dalam arti cepat, cekat, dan tepat dalam mencapai sasaran hidup yang diinginkan. Hasil yang diharapkan dari upaya peningkatan yang sedang dilakukan SKB Kota Yogyakarta adalah individuwarga belajar diharapkan mampu mengimplikasikan hasil berbagai pelatihan yang diikuti dalam menghadapi tantangan di kehidupan nyata. Apabila warga belajar mampu mengimplikasikan hasil pelatihan yang diperoleh maka nantinya mereka dapat beradaptasi dengan lingkungan masyarakat setelah menyelesaikan pelatihan kecakapan hidup, terutama bekal kecakapan sosial yang bisa membantu dalam adaptasi saat terjun di dunia kerja. Hasil selanjutnya yang diharapkan dari upaya peningkatan tersebut adalah untuk menunjang kecakapan sosial warga belajar yaitu dalam berkomunikasi sehingga tidak terjadi kesalahan komunikasi yang bisa merugikan mereka. Kecakapan sosial dalam bentuk komunikasi sangat diperlukan, karena manusia berinteraksi dengan manusia lain melalui komunikasi, baik secara lisan, tertulis, tergambar, maupun melalui kesan. Dalam upaya peningkatan kecakapan personal dan sosial perlu juga untuk meningkatkan aset kualitas batiniyah, sikap, dan perbuatan warga 5 belajar melalui berbagai jenis pelatihan kecakapan hidup. Peningkatan ini dapat dilakukan dengan cara pengenalan, penghayatan, dan pengamalan nilai-nilai kehidupan sehari-hari yang didapat dalam program pelatihan kecakapan hidup, khususnya kecakapan personal dan sosial Generic Life Skills. Tujuannya adalah agar warga belajar mampu mengembangkan dirinya sendiri dengan kecakapan yang dimiliki setelah mengikuti pelatihan sehingga menjaga kelangsungan hidup dan perkembangnya di masyarakat. Menurut Priyatno 1999: 25, “Pengembangan manusia seutuhnya hendaknya mencapai pribadi-pribadi yang pendiriannya matang, dengan kemampuan sosial yang menyejukkan, kesusilaan yang tinggi, dan keimanan serta ketaqwaan yang dalam. Lebih lanjut Priyatno mengemukakan bahwa permasalahan yang dialami oleh para peserta didik di sekolah seringkali tidak dapat dihindari meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Tekanan yang dialami para peserta pelatihan di tempat kerja atau tempatnya beraktivitas amat beragam dan sangat kompleks serta sangat menggangu aktivitas bekerja karena kurangnya wawasan peserta didik tentang bagaimana pengembangan selanjutnya setelah selesai mengikuti pelatihan. Dengan memberikan wawasan yang luas tentang pengembangan kecakapan personal dan sosial Generic Life Skills, dimaksudkan agar peserta didik dapat meningkatkan kecakapan personal dan sosialnya setelah selesai mengikuti pelatihan kecakapan hidup. Sebab pendidikan dapat 6 mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh aspek kehidupan dan penghidupan Mikarsa, 2004: 2. Upaya peningkatan kecakapan personal dan sosial Generic Life Skills dalam pendidikan kecakapan hidup di SKB Kota Yogyakarta tidak terlepas dari hambatan-hambatan, seperti dalam memberikan motivasi kepada warga belajarnya. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan salah satu pamong di SKB Kota Yogyakarta pada tanggal 13 Agustus 2015, motivasi diperlukan untuk meningkatkan kecakapan personal dan social warga belajar dengan cara menggali sumber daya yang ada pada setiap peserta didik. Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan heredity dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan Sunarto dan Agung Hartono, 2002:4. Manusia hidup untuk belajar learning how to be, hidup untuk belajar berarti memanfaatkan segenap potensi dirinya.Belajar untuk hidup berarti berupaya mendapatkan pekerjaan,dalam arti bahwa belajar untuk hidup lebih essensial lagi. Belajar di SKB bukan hanya mengikuti pelatihan dan apabila sudah selesai pelatihannya juga sudah selesai belajarnya. Akan tetapi belajar dapat digunakan sebagai proses untuk menjadi diri sendiri dalam arti warga belajar mengetahui kemampuan dan potensinya sesuai dengan pelatihan yang diberikan. Dan tak kalah penting dalam pelatihan kecakapan hidup personal dan sosial bahwa sesungguhnya proses belajar itu adalah suatu pengalaman yang dimulai dari peserta pelatihan dan 7 berlangsung dari peserta. Zubaedi 2006 : 24 menyatakan peserta didik tidak dipilihkan, namun mereka diberi kesempatan untuk menentukan sendiri apa yang mau mereka kejar, perjuangkan, dan utamakan dalam hidup mereka. Abad ke-21 adalah era globalisasi dengan ciri-ciri adanya saling keterbukaan dan ketergantungan antarnegara. Akibat saling keterbukaan dan ketergantungan ditambah dengan arus informasi yang sangat cepat maka kompetisi akan semakin ketat terutama pada bidang ekonomi. Disamping itu pengaruh globalisasi ini menuntut masyarakat untuk memiliki pola pikir cosmopolitan dan tindak pikir yang kompetitif, suka bekerja keras, mau belajar untuk meningkatkan keterampilan. Untuk menjawab tantangan sekaligus peluang kehidupan global diperlukan paradigm baru pendidikan Tilaar 2000 mengemukakan pokok-pokok paradigma baru pendidikan sebagai berikut : 1 pendidikan ditujukan untuk membentuk masyarakat Indonesia baru yang demokratis, 2 masyarakat demokratis memerlukan pendidikan yang dapat menumbuhkan individu dan masyarakat yang demokratis, 3 pendidikan diarahkan untuk mengembangkan tingkah laku yang menjawab tantangan internal dan global, 4 pendidikan harus mampu mengarahkan lahirnya suatu bangsa indonesia yang bersatu serta demokratis, 5 dalam menghadapi kehidupan global yang kompetitif dan inovatif, pendidikan harus mampu mengembangkan kemampuan berkompetitif. 8 SKB Kota Yogyakarta merupakan salah satu Sanggar Kegiatan Belajar yang sedang mengupayakan peningkatan kecakapan personal dan sosial Generic Life skills dalam pendidikan kecakapan hidup bagi warga belajarnya. Hal ini menarik dan menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian dan mengumpulkan data di sana. Data yang dikumpulkan mengenai strategi yang digunakan, implementasi strategi dan faktor penghambat yang dihadapi dalam upaya peningkatan kecakapan personal dan sosial Generic Life Skills, selanjutnya digambarkan dan dideskripsikan secara rinci oleh peneliti.

B. Identifikasi Masalah