dan melakukan interaksi sebagai profesi maupun sebagai masyarakat, dan kemampuan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada kompetensi sosial, masyarakat adalah perangkat perilaku yang merupakan dasar bagi pemahaman diri dengan bagian yang tidak
terpisahkan dari lingkungan sosial serta tercapainya interaksi sosial secara objektif dan efisien. Ini merupakan penghargaan guru di
masyarakat, sehingga mereka mendapatkan kepuasan diri dan menghasilkan kerja yang nyata dan efisien, terutama dalam pendidikan
nasional. Kompetensi sosial mencakup perangkat perilaku yang menyangkut: kemampuan interaktif, yaitu kemampuan menunjang
efektivitas interaksi dengan orang lain seperti keterampilan ekspresi diri, berbicara efektif, memahami pengaruh orang lain terhadap diri
sendiri, menafsirkan motif orang lain, mencapai rasa aman bersama orang lain; keterampilan memecahkan masalah kehidupan seperti
mengatur waktu, uang, kehidupan berkeluarga, memahami nilai kehidupan, dan sebagainya. Dengan demikian indikator kemampuan
sosial guru adalah mampu berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik, sesama pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua dan wali
murid, masyarakat
dan lingkungan
sekitar, dan
mampu mengembangkan jaringan.
d. Kompetensi Profesional
Guru adalah faktor penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu meningkatkan mutu guru, berarti juga
meningkatkan mutu pendidikan. Meningkatkan mutu guru bukan hanya dari segi kesejahteraannya, tetapi juga profesionalnya. Menurut UU no.
14 tahun 2005 pasal 1 ayat 1 menyatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah. Sebagai seorang profesional, guru harus memiliki kompetensi keguruan yang cukup. Kompetensi keguruan itu
tampak pada kemampuannya menerapkan sejumlah konsep, asas kerja sebagai guru, mampu mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun
pendekatan pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.
Djojonegoro dalam
Syagala 2008:
41 mengatakan
profesionalisme dalam suatu pekerjaan ditentukan oleh tiga faktor penting, yakni 1 memiliki keahlian khusus uang dipersiapkan oleh
program pendidikan keahlian atau spesialisasi; 2 memiliki kemampuan memperbaiki kamampuan keterampilan dan keahlian
khusus; dan 3 memperoleh penghasilan yang memadai sebagai imbalan terhadap keahlian tersebut. Itulah sebabnya profesi menuntut
adanya 1 keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendasar; 2 keahlian bidang tertentu sesuai
profesinya; 3 menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai; 4 adanya kerusakan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan
yang dilaksanakan; 5 perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan; 6 kode etik sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya; 7 klienobjek layanan yang tetap seperti dokter dengan pasiennya, dan guru dengan siswanya; dan 8 pengakuan oleh
masyarakat karena memang diperlukan jasanya di masyarakat Oemar Hamalik, 2008: 35.
Guru merupakan elemen kunci dalam sistem pendidikan, khususnya di sekolah Depdiknas, 2008: 1. Menurut Suyanto 2007: 7
guru yang profesional harus selalu berubah dari praktek lama dan bahkan juga harus bisa meninggalkan metode lama untuk menghadapi
tantangan profesional kini dan mendatang dengan cara dan metode yang sama sekali baru. Terbentuknya kemampuan dan sikap profesional
guru-guru SMA memang tidak mudah, belum tentu terbentuknya kemampuan profesional guru-guru akan sekaligus terbentuk pula sikap
profesionalnya, karena banyak faktor yang menentukan. Meskipun guru telah terdidik di bidang kependidikan, belum tentu akan secara otomatis
terbentuk juga kemampuan dan sikap profesional ini karena program pendidikan yang dipelajari kemungkinan tidak atau kurang memberikan
penekanan terhadap program pembentukan kemampuan dan sikap professional seorang guru.
3. Kurikulum