1 logika sebagai pengembangan kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan terdiri atas enam macam yang disusun
secara hierarkis dari yang sederhana sampai yang kompleks. Yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis sintesis, dan penilaian;
2 etika sebagai pengembangan afektif mencakup kemampuan emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal meliputi lima
macam kemampuan emosional disusun secara hierarkis, yaitu kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai, dan
karakterisasi diri; 3 estetika sebagai pengembangan psikomotorik yaitu kemampuan motorik menggiatkan dan mengkoordinasikan
gerakan. Yaitu gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan jasmani, gerakan terlatih, dan komunikasi nondiskursif.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, guru perlu berpikir secara antisipatif dan proaktif. Guru secara terus menerus belajar
sebagai upaya melakukan pembaharuan atas ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Caranya sering melakukan penelitian baik kajian pustaka,
maupun melakukan penelitian seperti tindakan kelas.
b. Kompetensi Kepribadian
Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan meningkatkan citra diri dan kepribadian seseorang, selama hal itu
dilakukan dengan penuh kesadaran. Kepribadian menurut Zakiah Daradjat dalam Syaiful 2009: 33 disebut sebagai sesuatu yang abstrak,
sukar dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui lewat penampilan,
tindakan, dan ucapan ketika menghadapi suatu persoalan, atau melalui atsarnya saja. Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun
psikis. Sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian seseorang.
Apabila nilai kepribadian seseorang naik, maka akan naik pula kewibawaan orang tersebut. Tentu dasarnya adalah ilmu pengetahuan
dan moral yang dimilikinya. Kepribadian akan turut menentukan apakah para guru dapat disebut sebagai pendidik yang baik atau
sebaliknya, justru menjadi perusak anak didiknya. Dilihat dari aspek psikologi kompetensi kepribadian guru
menunjukkan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian mantap dan stabil, dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa, dan memiliki
akhlak mulia dan perilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik. Nilai kompetensi kepribadian dapat digunakan sebagai sumber
kekuatan, inspirasi, motivasi, dan inovasi bagi peserta didiknya. Guru sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki sikap
dan kepribadian utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh segi kehidupannya. Karenanya guru harus selalu berusaha
memilih dan melakukan perbuatan yang positif agar dapat mengangkat citra baik dan kewibawaannya, terutama di depan murid-muridnya.
Kompetensi kepribadian meliputi 1 kemampuan mengembangkan kepribadian, 2 kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi, dan 3
kemampuan melaksanakan bimbingan dan penyuluhan. Kompetensi
kepribadian terkait dengan penampilan sosok guru sebagai individu yang mempunyai kedisiplinan, berpenampilan baik, bertanggung jawab,
memiliki komitmen, dan menjadi teladan Syaiful Sagala, 2009: 33. Sekali saja guru didapati berbohong, apalagi langsung kepada
muridnya, niscaya hal itu akan menghancurkan nama baik dan kewibawaan sang guru, yang pada gilirannya akan berakibat fatal dalam
melanjutkan tugas proses belajar mengajar. Guru yang demikian niscaya akan selalu memberikan pengarahan kepada anak didiknya
untuk berjiwa baik juga. Hampir sulit ditemukan munculnya guru yang keinginan buruk terhadap muridnya. Dalam menggerakkan murid, guru
juga dianggap sebagai partner yang siap melayani, membimbing, dan mengarahkan murid, bukan sebaliknya justru menjerumuskan.
c. Kompetensi Sosial