Pengaruh Model Pembelajaran Resiprocal Teaching Terintegrasi Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sistem Sirkulasi

(1)

SISTEM SIRKULASI

(Kuasi Eksperimen di SMAN 11 Kota Tangerang Selatan)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

AWWALIA MAULVI LAILI

NIM : 109016100052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Siswa SMA Kelas XI Pada Konsep Sistem Sirkulasi (Kuasi Eksperimen di SMA Negeri 11 Tangerang Selatan). Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Iimu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran resiprocal teaching terintegrasi mind mapping terhadap hasil belajar siswa sma kelas XI pada konsep sistem sirkulasi. Penelitian ini dilakukan di SMAN 11 Tangerang Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian one group pretest-postest design. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random. Sampel penelitian berjumlah 30 siswa untuk kelas eksperimen, dan 30 siswa untuk kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar, yang berupa tes pilihan ganda yang telah di uji validitas dan reabilitasnya. Analisis data kedua kelompok menggunakan uji t, diperoleh hasil thitung 2,06 dan ttabel pada taraf signifikan =0.05 sebesar 1,6716, maka thitung > ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran resiprocal teaching terintegrasi mind mapping terhadap hasil belajar siswa sma kelas XI pada konsep sistem sirkulasi.


(6)

The High School Student Classes XI SMA Negeri 11 Tangerang Selatan). Skrispi, Program Study Of Biology, Science Education Departement,Faculty of Tarbiyah and Teacher of State Islamic University UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

This research was meant to find out the influence of kind of classroom resiprocal teaching integrated mind mapping to study result of the high school student classes XI on the concept of circulatory system. The study is done at SMAN 11 Tangerang Selatan. A method of research that we use is a quasi experiment with design research two group pretest-postest design. The sample done with the teqnique of random. A sample of the study consisted of 30 students to a class of experiment, and 30 students to class of control. An instrument research used is the test result learning by multiple choice test that has been in the test validity of and reability. Analisys of data the two group using t-test, obtained the value of t-count was equal 2,06, while t-table at the level of significant of =0.05 that equal is 1,6716, amounting to then thitung > ttabel. This indicated that there are influence kind of class romom resiprocal teaching integrated mind mapping to study result of the high school student classes XI on the concept of circulatory system.


(7)

iii

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, sang pembawa risalah Islam dan pembawa syafa’at bagi ummatnya di hari akhirat kelak. Skripsi ini disusun dalam rangka memenusi syarat akademis untuk menyelesaikan studi S1 Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, dengan judul “Pengaruh Model Resiprocal Teaching Terintegrasi Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Konsep Sirkulasi.”

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya, disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Semoga menjadi amal baik dan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang lebih baik. Secara khusus ucapan trimakasih tersebut disampaikan kepada:

1. Nurlena, MA, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Zulfiani, M.Pd., Ketua Prodi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, dan Yanti Herlanti, M.Pd, Dosen pembimbing I dan II yang telah memberikan arahannya dan selalu ada ketika peneliti kesulitan dalam penelitian ini.

5. Sukarlin, S.Pd., guru mata pelajaran Biologi, yang telah membantu dan memberikan saran selama penelitian.

6. Teristimewa kepada orang tua, Ayahanda Muhammad Toyib dan Ibunda Rofiatul Hamidah yang telah memberikan doa, dorongan moril dan


(8)

iv

dan materil, sehingga penulis bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Biologi Angkatan 2009, terutama Miftah Sururi, Muhammad Pahrudin yang memberikan pinjaman buku dan selalu membantu, rekan-rekan Biogos Hot, dan rekan-rekan Belajar yang terus memberikan arahan dan solusi dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat Saya tersayang Mutiara Muharram, Lola Novita Sari, Ria Mahardika, Siti Amelia, Endah Maulida, Iftahussa’diyah, Rimba Berlianty, Yunia Andriani yang selalu memberikan dorongan serta masukan-masukan sehingga tetap semangat dan tetap berdoa bersama dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, dari lubuk hati yang paling dalam Saya ucapkan terimakasih atas dukungan dan doanya. Semoga Allah membalas semua kebaikan mereka dengan balasan yang lebih baik. Saya harap skripsi ini menjadi kontribusi yang positif serta menambah pustaka dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan, khususnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(9)

(10)

v

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan masalah ... 7

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitan... 8

BAB II KAJIAN TEORETIS ... 9

A. Kajian Teoritis ... 9

1. Pengertian Belajar ... 9

2. Pengertian Hasil Belajar ... 11

3. Pengertian Konstruktivisme ... 16

4. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 17

5. Pengertian Pengajaran Resiprocal Teaching ... 19

6. Pengertian Mind Map ... 24


(11)

vi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 39

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

B. Metode dan Desain Penelitian ... 39

C. Variabel Penelitian ... 40

D. Populasi dan Sampel ... 40

E. Prosedur Penelitian ... 41

F. Teknik Pengumpulan Data ... 42

G. Instrumen Penelitian ... 42

H. Kalibrasi Instrumen ... 44

I. Teknik Analisis Data ... 47

J. Hipotesis Statistik ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Hasil Penelitian ... 51

B. Pengujian Prasyarat Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 56

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(12)

vii

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 43

Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran... 46

Tabel 4.1 Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen Dan Kontrol ... 51

Tabel 4.2 Data Hasil Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 52

Tabel 4.3 Sebaran Nilai Siswa Bedasarkan KKM ... 53

Tabel 4.4 Rekapitulasi Data Pretest dan Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol Per Indikator ... 53

Tabel 4.5 Kategori N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 55

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 56

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 57

Tabel 4.8 Hasil Uji-t Pretest Dan Postest Dan Nilai Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 58


(13)

viii

Lampiran 2 Soal Instrumen uji validasi ... 83

Lampiran 3 Soal pretest ... 93

Lampiran 4 Hasil Validasi ... 100

Lampiran 5 Soal Posttest... 110

Lampiran 6 RPP Kelas Eksperimen ... 117

Lampiran 7 RPP Kelas Kontrol ... 150

Lampiran 8 Materi Ajar ... 182

Lampiran 9 Lembar Observasi Kelas Eksperimen ... 189

Lampiran 10 Lembar Observasi Kelas Kontrol ... 192

Lampiran 11 Rekapitulasi Data Nilai Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 195

Lampiran 12 Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen ... 197

Lampiran 13 Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol ... 200

Lampiran 14 Uji Homogenitas Hasil Pretest ... 203


(14)

ix

Lampiran 19 Uji Hipotesis Postest ... 213

Lampiran 20 Uji Normal N-Gain ... 215

Lampiran 21 Lembar Diskusi Siswa Kelas Eksperimen ... 219

Lampiran 22 Lembar Diskusi Siswa Kelas Kontrol ... 221

Lampiran 23 Lembar Diskusi Resiprocal Teaching Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 222

Lampiran 24 Rubrik Penilaian Mind Map ... 230

Lampiran 25 Lembar Observasi Sekolah ... 231

Lampiran 26 Dokumentasi Foto Penelitian ... 229

Lampiran 27 Lembar Pengesahan Uji Referensi ... 235


(15)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan, karena pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan.1 Metode perubahan pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku dapat terjadi karena proses pembelajaran.

Kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar mengajar. Proses belajar mengajar yang ada merupakan penentu keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan. Peserta didik yang belajar diharapkan mengalami perubahan, baik dalam bidang pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan sikap. Perubahan tersebut dapat dicapai bila ditunjang berbagai macam faktor. Faktor yang dapat menghasilkan perubahan juga berpengaruh meningkatkan hasil belajar. Oleh karena itu, hasil belajar merupakan faktor yang penting dalam proses belajar mengajar.

Hasil belajar yang baik dapat ditunjang dengan berbagai faktor, antara lain metode pengajaran dan kemampuan guru dalam penerapan model maupun pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran. Proses pembelajaran biologi dikatakan berhasil apabila guru mempunyai kemampuan dasar yang baik. Seorang guru biologi dituntut untuk memahami dan mengembangkan suatu model pengajaran di kelas untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Cara mengajar yang menggunakan model atau teknik yang dilakukan secara tepat diharapkan akan memmemperbesar motivasi

1

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 10.


(16)

berprestasi dan kemandirian peserta didik dalam belajar, sehingga diharapkan akan meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Hal ini berkaitan dengan upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional. Seperti yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 yaitu Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2 Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung dengan bagaimana proses belajar dialami oleh peserta didik.

Namun hasil observasi di SMAN 11 Tangerang Selatan tahun pelajaran 2012/2013 pada hasil belajar konsep sistem sirkulasi menunjukkan bahwa 32,35% peserta didik yang mendapatkan nilai diatas KKM. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum berhasil, setelah melakukan wawancara dengan guru ternyata metode yang dilakukan oleh guru bidang studi lebih banyak menggunakan metode ceramah dan jarang sekali menggunakan media bantu seperti proyektor ataupun laboratorium untuk penelitian. Karena memang sarana dan prasarana di sekolah tersebut masih banyak yang belum terfasilitasi, jadi untuk melaksanakan pembelajaran masih kebanyakan dengan metode ceramah.

Selain hasil observasi di sekolah, adapula hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Efendi dalam jurnlanya menunjukkan bahwa untuk meningkatkan ketuntasan pembelajaran biologi SMA, peserta didik yang mandiri sangat diharapkan. Menurut Palincsar dan Brown (1984:432), Pengajaran Reciprocal Teaching merupakan suatu pendekatan yang melatih keterampilan melalui empat strategi, dengan empat keterampilan tersebut, peserta didik akan menjadi pembelajar yang mandiri, dapat mengerti dan memahami materi bacaan secara

2


(17)

mendalam. Penerapan Pengajaran resiprocal teaching perlu dilakukan sebagai salah satu alternatif strategi pendekatan pembelajaran guna peningkatan ketuntasan hasil belajar biologi peserta didik SMA.3 Selain itu juga penelitian dari Yessi Erma dalam jurnalnya yang menunjukan bahwa dalam proses pembelajaran, peserta didik terbiasa mengandalkan penjelasan dari guru. Mereka hanya mencatat apa yang telah apa yang telah dicatat guru di papan tulis atau yang disuruh oleh guru. Tidak mau menjawab jika ada pertanyaan, cenderung menunggu jawaban dari guru kemudian mencatatmya. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa kemandirian belajar peserta didik masih rendah.4

Belajar adalah cara untuk mengubah perilakunya karena akibat dari pengalaman. Menurut Gagne dalam buku Ratna Willis Dahar, perubahan perilaku terjadi karena pada proses belajar terjadi akibat adanya penggunaan strategi kognitif, karena peserta didik perlu menunjukkan penampilan yang kompleks dalam suatu situasi baru, dimana diberikan sedikit bimbingan dalam memilih dan menerapkan aturan dan konsep.5 Model-model dalam pembelajaran sangat beragam dan dapat diberlakukan dalam proses pembelajaran dikelas. Pemanfaatan model ini, dapat mengurangi kejenuhan pada peserta didik yang biasanya terjadi dalam pembelajaran konvensional. Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau pola yang dapat kita pergunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas dan menentukan perangkat pembelajaran yang akan dipergunakan.6

Jadi, salah satu pencapaian tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan guru dalam penggunaan model. Model mengajar merupakan cara-cara yang digunakan untuk menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta didik untuk mencapai tujuan dalam kegiatan mengajar. Makin tepat model

3

Nur Efendi, Pendekatan Pengajaran Reciprocal Teaching Berpotensi Meningkatkan Ketuntasan Hasil Belajar Biologi Siswa, Jurnal Pedagogia, Vol. 2, No. 1, Februari 2013, h. 86.

4

Yesie Ema Yunita, Penerapan Pendekatan Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Biologi Siswa Kelas Vii-G Smp N 5 Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/ 2011 Pendidikan Biologi Volume 3, Nomor 2, Mei 2011, FKIP UNS, h. 44. 5

Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, (Bandung: Penerbit Erlangga, 2011), h. 118. 6


(18)

yang digunakan maka makin efisisen kegiatan belajar mengajar yang dilakukan antara guru dan peserta didik sehingga hasil belajar akan meningkat. Disinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif, maupun psikomotorik peserta didik. Reciprocal Teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang dilaksanakan agar tujuan pembelajaran tercapai dengan cepat melalui proses belajar mandiri dan peserta didik mampu menyajikannya di depan kelas. Reciprocal Teaching Model pertama kali dikenalkan oleh Palincsar Brown di tahun 1984. Prinsipnya hampir sama dengan mengajarkan kepada orang lain. Mengimplementasikan Reciprocal Teaching diharapkan tujuan pembelajaran tersebut tercapai dan kemampuan peserta didik dalam belajar mandiri dapat ditingkatkan. Reciprocal Teaching cocok diterapkan untuk membantu peserta didik dalam menguasai konsep dan kemandirian belajar tersebut sehingga meningkatkan hasil belajara peserta didik. 7

Dalam Reciprocal Teaching ada tahapan yang dilakukan peserta didik yaitu salah satunya adalah merangkum. Berdasarkan hasil observasi di SMA 11, kebanyakan peserta didik ketika disuruh merangkum, siswa masih merangkum menggunakan catatan konvensional. peserta didik harus mencatat dan menghafal daftar panjang yang dibuat dan seringkali ada yang terlewati dan cenderung melebar dari materi yang diharapkan. Dengan demikian Mind Map dapat digunakan sebagai aletrnatif untuk peserta didik secara mental dapat membangun sebuah gambar yang dapat dibayangkan. Ketika gambar tersebut muncul dalam benak peserta didik, maka seluruh penjelasan yang terkandung di dalamnya akan terjelaskan. Penggabungan Reciprocal Teaching dengan Mind Mapping, diharapkan dapat lebih meningkatkan hasil belajar siswa.

7

Pratiwi Inung dan Ani Widayati, pembelajaran akuntansi melalui reciprocal teaching model untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemandirianbelajar dalam materi mengelola administrasi surat berhargajangka pendek siswa kelas x akuntansi 1 smk negeri 7 Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 2, Tahun 2012, h. 135.


(19)

Seorang ahli psikologi dari Inggris bernama Tony Buzan telah menerapkan konsep pemikiran visual dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Konsepnya dikenal dengan nama Mind Map. Mind Map merupakan alat paling hebat untuk membantu otak berpikir secara teratur. Mind Map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, memetakan pikiran-pikiran kita secara menarik, mudah, dan berdaya guna.8

Model Resiprocal Teaching mengutamakan peran aktif siswa dalam pembelajaran untuk membantu peningkatan mutu belajar dan hasil belajar siswa, bukan hanya aspek-aspek tersebut yang diperhatikan, tetapi siswa juga dapat mengaplikasikan pemahaman konsep. Model pembelajaran Resiprocal Teaching ini bertujuan memahami bagaimana anak-anak belajar mandiri, berkomunikasi, berdiskusi, dan belajar interaksi sosial. Melalui pembelajaran Resiprocal Teaching siswa diharapkan dapat belajar efektif dan bermakna dengan mengkonstruk pemahamannya sendiri sehingga hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan.9

Menurut paham konstruktivisme, para murid menggunakan proses kognitif untuk membentuk pemahaman terhadap materi yang dipelajari berlawanan dengan pandangan bahwa mereka menerima informasi yang ditransmisikan oleh guru. Pendekataan konstruktivisme mendukung kurikulum dan instruksi yang berpusat pada murid dari pada pola berpusat pada guru. Para murid adalah kunci dalam pembelajaran. Paham konstruktivisme fokus pada proses mental dan strategi yang digunakan para murid untuk belajar.10 Salah satu pendekatan konstruktivis yang berdasar pada prinsip-prinsip pembuatan atau pengajuan pertanyaan, serta melalui pengajaran langsung dan pemodelan guru untuk memperbaiki kinerja membaca siswa adalah Reciprocal Teaching. Dengan Reciprocal Teaching guru mengajarkan siswa ketrampilan-ketrampilan kognitif penting dengan

8

Sinulingga K dan Nadeak J, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Bunyi di Kelas VIII S.MP Negeri 3 Tebing Tinggi, Jurnal Online Pendidikan Fisika, ISSN 1301-7651, h.. 41

9

Pratiwi Inung dan Ani Widayati, op. cit, h. 134. 10


(20)

menciptakan pengalaman belajar, melalui pemodelan perilaku tertentu dan kemudian membantu siswa mengembangkan ketrampilan tersebut atas usaha mereka sendiri dengan pemberian semangat, dukungan, dan suatu sistem scaffolding.11 Kita mendeskripsikan sistem scaffolding (dukungan) sebagai teknik perubahan tingkat dukungan selama rangkaian pelajaran dalam satu sesi pengajaran. Anggaplah scaffolding dalam pembelajaran seperti scaffolding yang digunakan untuk membangun jembatan. Scaffolding memberikan dukungan secara bertahap.12

Pembelajaran kooperatif, Resiprocal Teaching merupakan beberapa contoh dari pengajaran dengan mediasi rekan. Model ini juga membuat siswa menyelidiki masalah yang dapat menarik perhatian mereka dan membuat mereka mampu membuat kontribusi yang bermakna dan otentik untuk usaha kelompok yang berdasarkan pengalaman, ketertarikan, pengetahuan, dan ketrampilannya. Menurut Thellen dalam buku Forrest W. Parkay berpendapat bahwa Peran guru disini adalah menciptakan lingkungan yang mengizinkan siswa menentukan apa yang ingin mereka pelajari dan bagaimana. Siswa diberikan soal, kemudian terhadap soal tersebut, mereka akan bereaksi dan mencoba menemukan solusi, ide, dan cara menyelesaikannya. Berdasarkan informasi yang mereka dapatkan, mereka mengidentifikasi masalah yang diselidiki, menganalisis peran yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya dan mengatur peran, tindakan, penyampaian dan mengevaluasi hasilnya.13

Beberapa teori yang telah dipaparkan sebelumnya melandasi penulis untuk menyusun dan melaksanakan sebuah penelitian tentang hasil belajar dalam pembelajaran sains khususnya Biologi. Dalam penelitian ini diharapkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Penggunaan model Resiprocal Teaching dan Mind Map dalam pembelajaran membuat siswa mandiri dalam belajar dan dapat mengkonstruk pemahaman mereka sendiri,

11

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan

Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2011), h. 173.

12

John W. Santrock, Psikologi Pendidikan Educational Psychology, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), h. 54.

13


(21)

sehingga diharapkan dapat membuat hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Oleh karena itu peneliti mengambil judul “pengaruh pembelajaran Resiprocal Teaching terintegrasi Mind Mapping terhadap hasil belajar siswa pada konsep Sistem Sirkulasi”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi masalah yang terjadi, yaitu:

a. Penerapan metode atau model pembelajaran yang kurang tepat oleh guru.

b. Hasil belajar siswa pada konsep sistem sirkulasi masih kurang maksimal.

c. Siswa kesulitan dalam merangkum dan memahami bacaan, serta kurangnya kemandirian dalam belajar.

d. Siswa kurang aktif terlibat dalam proses pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini membatasi permasalahan pada lingkup:

a. Model pembelajaran ini dibatasi dengan menggunakan pembelajaran Resiprocal Teaching yang terintegrasi Mind Mapping.

b. Hasil belajar pada penelitian ini difokuskan pada aspek kognitif (C1-C5) terutama pada konsep Sirkulasi.

c. Penelitian ini dilakukan pada siswa SMA kelas XI.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah:

Apakah penggunaan model pembelajaran Resiprocal Teaching yang terintegrasi Mind Mapping berpengaruh terhadap hasil belajar?


(22)

E. Tujuan dan kegunaan penelitian 1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran Resiprocal Teaching yang terintegrasi Mind Mapping terhadap hasil belajar siswa.

2. Kegunaan penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu :

a. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru bidang studi untuk mempertimbangkan Model Pembelajaran Resiprocal Teaching yang terintegrasi Mind Mapping dalam proses belajar mengajar. b. Bagi siswa model pembelajaran ini dapat membantu siswa agar

lebih memahami dan menguasai materi biologi serta memiliki kemandirian dan memahami konsep dalam belajar

c. Bagi peneliti, dapat memperdalam pengetahuan mengenai Model Pembelajaran Resiprocal Teaching yang terintegrasi Mind Mapping untuk dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.

d. Sebagai bahan perbandingan dan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan mengkaji bahasan yang sama.


(23)

9

Menurut Anthony Robbins dalam Trianto, Robbin mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru.pendapat Robbins juga sama dengan apa yang dikemukakan oleh Jerome Brunner, yang mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimilikinya.1

Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya atau karakteristik sesorang yang lahir. Bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat kaitannya.

Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar.perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, dan kebiasaan yang baru diperoleh perilaku. Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sebagai sumber belajar. Jadi, Trianto mengartikan bahwa belajar disini sebagai proses perubahan prilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri.2

Menurut Hilgard dan Brower dalam Ngalim Purwanto, belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar

1 Trianto,Mendesain Model Pembelajar Inovatif-Progresif, (Jakarta:Prenada Media Group, 2011), h.15.


(24)

kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang. Belajar juga merupakan proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan.3

Menurut Winkel dalam buku purwanto belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.4

Proses belajar dapat melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada belajar kognitif, prosesnya melibatkan perubahan dalam aspek kemampuan berpikr (cognitive), pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan (afective), sedang belajar psikomotorik memberikan hasil kepada siswa berupa ketrampilan (psychomotoric).

Proses belajar merupakan proses yang unik, panjang dan kompleks. Keunikan itu disebabkan karena hasil belajar hanya terjadi pada individu yang belajar, tidak pad orang lain, dan setiap individu menampilkan perilaku belajar yang bebeda. Perbedaan penampilan itu disebabkan karena setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda, seperti minat intelegensi, perhatian, bakat, dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai cara yang khas untuk mengusahakan proses belajar dengan kemampuan yang berbeda dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.5

Beberapa ahli mencoba mengkategorikan jenis-jenis belajar yang dikenal dengan taksonomi belajar, salah satu yang terkenal adalah taksonomi yang disusun oleh Benyamin S. Bloom (Taksonomi Bloom). Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga tingkatan, pertama tujuan umum pendidikan yang menentukan perlu tidaknya suatu program diadakan. Kedua, tujuan yang didasarkan atas tingkah laku, yang dimaksud dengan taksonomi disini ialah

3

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 84. 4 Purwanto, Evaluasi hasil belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h.38-39.


(25)

berhasilnya pendidikan dalam bentuk tingkah laku. Ada tiga macam tingkah lakuyang dikenal umum, yaitu; kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga, tujuan yang lebih jelas dirumuskan secara operasional. Kaum Behavioris menganggap bahwa taksonomi yang dikemukakan Bloom adalah sangat bersifat mental.6

B. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran dengan menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”.

Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished good). Hal yang sama berlaku untuk memberikan batasan bagi istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil pembangunan, termasuk hasil belajar. Dalam siklus input-proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibanding sebelumnya.7

Perubahan yang terjadi itu sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh individu. Perubahan itu adalah hasil yang telah dicapai dari proses belajar. Jadi, untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentu “perubahan” harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan diliar individu. Oleh karena itu, proses belajar telah terjadi dalam diri seseorang hanya dapat disimpulkan dari hasilnya, karena

6

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 115. 7


(26)

aktivitas belajar telah dilakukannya. Misalnya, dari tidak tahu menjadi tahu, darui tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak berilmu menjadi berilmu, dan sebagainya.8

Setiap siswa mempunyai potensi untuk dididik. Potensi itu merupakan perilaku yang dapat diwujudkan menjadi kemampuan nyata. Hasil belajar adalah perwujudan kemampuan akibat perubahan perilaku yang dilakukan oleh usaha pendidikan. Kemampuan menyangkut domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Potensi jiwa yang dapat diubah melalui pendidikan meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Beberapa ahli mencoba mengkategorikan jenis-jenis belajar yang dikenal dengan taksonomi belajar, salah satu yang terkenal adalah taksonomi yang disusun oleh Benyamin S. Bloom (Taksonomi Bloom). Bloom membagi dan menyusun secara hirarkis tingkat hasil belajar tingkat kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Enam tingkatan itu adalah hafalan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).

Taksonomi hasil belajar afektif dikemukakan oleh Krathwohl. Krathwohl membagi hasil belajar afektif menjadi lima tingkat yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.beberapa ahli mengklasifikasikan dan menyusun hirarki hasil belajar psikomotorik. Menurut Harrow hasil belajar psikomotorik dapat diklasifikasikan menjadi enam: gerakan refleks, gerakan, fundamental dasar, kemampuan perseptual, kemampuan fisis, gerakan keterampilan, dan komunikasi tanpa kata. Namun taksonomi yang paling banyak digunakan adalah taksonomi hasil belajar psikomotorik dari Simpson.yang mengklasifikasikan hasil belajar psikomotorik menjadi enam: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan kreativitas.9

8

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar edisi II, (Jakarta: Rineka Cipta:2011), cet. Ke-3, hal.175.

9


(27)

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa

Belajar sebagai suatu aktivitas tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhi proses aktivitas tersebut. Faktor-faktor ini akan menunjang berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai hasil yang optimal. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor dari dalam diri siswa (internal) yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis. Dan faktor yang datang dari luar diri siswa yaitu faktor sosial dan non sosial.

a. Faktor Internal 1) Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis mempunyai pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar siswa, sekurang-kurangnya terdapat dua faktor yang masuk kedalam faktor fisiologis ini, yaitu:

2) Kesehatan

Sehat berarti baik seluruh anggota badan beserta bagian- bagiannya bebas dari penyakit. Dalam proses belajar, siswa akan merasa terganggu jika kesehatannya terganggu, sehingga dapat mempengaruhi kemampuan belajarnya, dan mengurangi semangatnya untuk belajar. Karena itu pemeliharaan kesehatan sangatlah penting bagi setiap orang baik jasmani maupun rohani agar badan tetap kuat, fikiran selalu segar dan fokus serta bersemangat dalam belajarnya.

3) Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai anggota tubuh atau badan, misalnya buta, tulli lumpuh dan lain sebagainya. Cacat tubuh sangat mempengaruhi prestasi belajar, karena apabila salah satu anggota badan dalam keaadan lemah atau kurang baik, maka segala yang diajarkan oleh guru tidak akan diterina dengan baik pula.


(28)

Faktor psikologis sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang mempengaruhi belajar. Faktor itu adalah: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.10

c. Faktor Eksternal 1) Faktor Sosial

Faktor sosial adalah faktor yang menyangkut hubungan antara manusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial. Yang termasuk kedalam faktor ini adalah keluarga, lingkungan sekolah, teman bermain dan masyarakat.

2) Faktor non Sosial

Faktor non sosial dapat diartikan sebagai faktor lingkungan yang bukan sosial, antara lain linkungan alam dan lingkungan fisik seperti keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, dan buku-buku sumber lainnya.

Dengan demikian, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat disimpulkan menjadi dua faktor secara garis besar, yaitu faktor yang datang dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Soemati Soerdjabrata yang mengatakan bahwa:

d. Faktor Pendekatan Belajar

Seperti yang dikatakan Lawson dalam buku Muhibbin Syah, pendekatan belajar dapat dipahami sebagai keefektifan segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasioanl yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang telah dipaparkan diatas, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa.11

10

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 55.

11

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. Ke-11, h. 136.


(29)

D. Pengertian Pembelajaran

Proses pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang satu sama lain saling berinteraksi. Komponen-komponen tersebut adalah, tujuan, materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, media dan evaluasi.12

Menurut pandangan Cambourne dalam Warsono dan Hariyanto proses pembelajaran dapat didefinisikan sebagai menjalin hubungan, mengidentifikasi pola-pola belajar, mengorgaisasikan bagian-bagian kecil pengetahuan, perilaku aktivitas yang semula tidak berkaitan, menjadi suatu pola baru yang utuh menyeluruh bagi peserta didik. Definisi tersebut dimulai dengan frasa menjalin hubungan, yang menegaskan perlunya siswa berinteraksi selama pembelajaran. Dengan demikian sesuai pendangan Cambourne tersebut, dalam definisi belajar peserta didik harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran.13

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sistem pembelajaran, diantaranya yaitu:14

1) Faktor Guru

Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan. Maka keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran.

2) Faktor Siswa

Aspek latar belakang meliputi jenis kelamin siswa, tempat kelahiran, tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi siswa, dari keluarga yang bagaimana siswa berasal, dan lain-lain. Sedangkan dilihat dari sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar, pengetahuan dan sikap.

12

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), h.58.

13

Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 2.

14


(30)

3) Faktor Sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung serta langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya.

E. Pengertian Konstruktivisme

Teori Pembelajaran konstruktivisme (Constructivist Theory of Learning) menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan tersebut tidak lagi sesuai.15Teori belajar konstruktivisme dipelopori oleh J. Piaget dan Vygotsky. Belajar menurut pandangan konstruktivisme berarti membangun, yaitu siswa dapat mengkonstruksi sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam pembelajarannya.16

Menurut Dwi Larasati, pendekatan konstruktivisme berasumsi bahwa siswa belajar sedikit demi sedikit dari konteks yang terbatas kemudian siswa mengkonstruksi sendiri pemahamannya dan pemahaman tersebut diperoleh dari pengalaman belajar yang bermakna.17Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Darma dalam Nazila Ramadhani pada jurnal Pendidikan Fisika, yaitu philosofi konstruktivisme menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered) yang memebrikan ruang seluas-luasnya bagi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka secara mandiri sesuai dengan pengalaman, kemampuan dan tingkat perkembangan individual siswa, baik perkembangan kognitif, afektif maupun psikomotorik. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir, bahwa pengetahuan dibangun

15

Trianto, Mendesain Model Pembelajar Inovatif-Progresif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hal. 28.

16

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 119.

17

Larasati Dwi, Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Pada Pembelajaran Teorema Phytagoras di Kelas 8 SMP, Jurnal Inovatif Volume 3, Nomor 1, September 2007, h. 47.


(31)

oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.18

F. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. Selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan ketrampilan0ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan dan tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu di antara teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan materi. Belajar belum selesai jika salah satu anggota kelompok ada yang belum menguasai materi pembelajaran.19 Menurut Johnson & Johnson, kooperatif adalah cara belajar yang menggunakan kelompok kecil, maka siswa bekerja dan belajar satu sama lain.20

Dalam suasananya pembelajaran kooperatif, kehadiran dan partisipasi tiap anggota harus diberdayakan atau dimanfaatkan, dimana pada setiap siswa ada tanggung jawab, ada pembagian tugas, harus ada interaksi dan

18

Ramadhani Nazila, Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivisme 5E terhadap Hasil Belajar Fisiska di SMA Laksamana Martadinata, Jurnal Fisika ISSN 2252-732X, Vol. 1 No. 1 Juni 2012, h. 47.

19

Trianto, op. cit, hal.56-57. 20

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, op. cit, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 130.


(32)

komunikasi antar siswa, ada hubungan yang saling menguntungkan diantara anggota kelompok. Komunikasi dan interaksi memungkinkan terjadinya pertukaran informasi yang membantu meningkatkan pemikiran serta memberikan gagasan-gagasan baru dalam disi siswa. Hal ini memang dapat terjadi karena dalam kelompok kecil yang dibentuk itu terdiri dari siswa-siswa yang latar belakang kemampuan akademis serta pengalaman yang heterogen. Dalam hal ini agar proses pembelajaran kooperatif dapat berlangsung, dari siswa diperlukan adanya will dan skill, yaitu kemauan dan ketrampilan untuk kerjasama.21

Pembelajaran kooperatif ini membagi beberapa kelompok, sehingga terjadi kerjasama dalam proses pembelajaran. Di dalam kelompok inilah siswa dilatih untuk saling melengkapi dan mengajar teman satu kelompok. Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok. Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka menurut Johnson & Johnson dan Suton, terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:22 (1) Saling ketergantungan positif, (2) Tanggung jawab perseorangan, (3) a\Adanya tatap muka, (4) Komunikasi antar anggota dan, (5) Evaluasi proses kelompok

Pembelajaran kooperatif menggunakan model pembelajaran gotong royong juga mempunyai karakteristik tersendiri. Karakteristik kooperatif ini sangat membantu dalam pembelajaran student centre, secara umum pembelajaran kooperatif mempunyai lima karakteristik, yaitu:23

1) Siswa melakukan proses pembelajaran dengan tugas-tugas umum atau aktivitas untuk menyelesaikan

21

Isjoni dkk., Pembelajaran Visioner: Perpaduan Indonesia-Malaysia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal. 67.

22

Trianto, op. cit, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hal. 60-61 23


(33)

2) Siswa saling ketergantungan secara positif, dalam hal ini aktivitas diatur sehingga siswa membutuhkan siswa lain untuk mencapai hasil bersama.

3) Siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2-5 orang

4) Siswa menggunakan prilaku kooperatif dan pro sosial

5) Setiap siswa secara mandiri bertanggung jawab untuk pekerjaan pembelajaran mereka. Dari hal-hal inilah pembelajaran akan berlangsung aktif dan tidak monoton berpusat pada ceramah diberikan guru kepada murid yang diajar.

Pembelajaran kooperatif ini mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan pembelajaran lainnya, dari paparan sebelumnya menunjukkan adanya berbagai keunggulan pembelajaran kooperatif, menurut Anita Lie keunggulannya antara lain sebagai berikut:24

1) Memudahkan siswa dalam menyelesaikan soal

2) Memungkinkan pada siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan.

3) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia

4) Meningktakan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.

5) Meningkatkan motivasi belajar siswa

6) Meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar.

G. Pengertian Pembelajaran Resiprocal Teaching

Model pembelajaran Resiprocal Teaching dikembangkan oleh Palincsar dan Brown untuk mengajar siswa strategi-strategi kognitif serta membantu mereka dalam memahami bacaan.25 Palincsar dan Brown mencetuskanempat

24

Ibid, h. 135. 25

Jennifer R.Seymour, dkk., Reciprocal Teaching procedures and principles: two teachers’ developing understanding, journal Teaching and Teacher Education, 19, 2003, (www.elsevier.com), h. 327.


(34)

strategi Resiprocal Teaching agar meningkatkan kemampuan membaca siswa yaitu: (1) Merangkum bacaan, (2) Mengajukan pertanyaan, (3) Memprediksi jawaban pemecahan masalah atau soal, (4) Mengklarifikasi atau menjelaskan istilah-istilah yang sulit dipahami atau dihafalkan26

Menurut Palinscar, Resiprocal Teaching mengacu kepada aktivitas pengajaran yang terjadi dalam bentuk dialog antara guru dengan murid terkait segmen dari satu teks bacaan yang distrukturkan dalam empat strategi: membuat ringkasan, mengajukan pertanyaan, melakukan klarifikasi, dan melakukan prediksi. Selama pengajaran guru dan murid bertukar peran dalam memimpin dialog, sehingga menjadikan pengajaran ini suatu pengalaman pembelajaran kelompok yang menarik. Tentu saja teori scaffolding juga berperan menjadi landasan konsep Resiprocal Teaching.27

Menurut Nur dan Wikandari dalam buku Trianto, Resiprocal Teaching merupakan satu pendekatan terhadap pengajaran siswa akan strategi-strategi belajar.28 Reciprocal Teaching dikatakan dapat mendukung kemampuan membaca karena dapat memperluas zona perkembangan proksimal para siswa, sebagaimana yang didefinisikan oleh Vygotsky.29

The distance between the actual development level as determined by independent problem solving and the level of potential development as determined through problem solving under adult guidance or in collaboration with more capable peers … the zone of proximal development today will be the actual development level tomorrow.

Jika diartikan yaitu, jarak antara tingkat perkembangan aktual seperti yang ditentukan oleh pemecahan masalah independen dan tingkat perkembangan potensial ditentukan melalui pemecahan dibawah bimbingan orang dewasa atau bekerjasama dengan rekan-rekan lebih mampu

26

Petter E Doolittle, dkk., Reciprocal Teaching for Reading Comprehension in Higher Education: A Strategy for Fostering the Deeper Understanding of Texts, vol. 17, 2006, h. 106.

27

Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 86.

28

Trianto, op. cit, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 173.

29Kylie Meyer, Diving into Reading’:Revisiting Reciprocal Teaching in the Middle Years, Literacy Learning:the Middle Years Volume 18, Number 1, February 2010, h. 42.


(35)

menyelesaikan masalah ... zona pembangunan proksimal hari ini akan menjadi tingkat pembangunan yang sebenarnya untuk yang akan datang.

Reciprocal Teaching memiliki beberapa komponen utama, yaitu:

Specifically, reciprocal teaching consists of three main components, (a) the teaching and learning of specific readingcomprehension strategies, (b) the dialogue between a instructor and studens where the instructor models why, when, and where to use these reading comprehensions strategies, and (c) the appropriating of the role of the instructor by the students, that is students begin to model the reading comprehension strategies for other students.30

Jika diartikan, reciprocal teaching mempunyai 3 komponen utama, yaitu: 1) Strategi pengajaran dan pembelajaran yang spesifik dalam

memahami teks.

2) Adanya dialog diantara guru dengan siswa dimana guru memodelkan ketika menggunakan strategi dalam memahami teks. 3) Pemeranan yang tepat yang dilakukan oleh guru kepada siswa,

maka siswa dapat memulai model strategi pemahaman terhadapt suatu teks kepada siswa yang lain.

Resiprocal Teaching terutama dikembangkan untuk membantu guru menggunakan dialog-dialog belajar yang bersifat kerja sama untuk mengajarkan pemahaman bacaan secara mandiri di kelas. Melalui Resiprocal Teaching siswa diajarkan empat strategi pemahaman pengaturan diri spesifik, yaitu perangkuman, pengajuan pertanyaan, pengklarifikasian, dan prediksi. Penggunaan pendekatan ini dipilih karena beberapa sebab, yaitu: (1) Merupakan kegiatan yang secara rutin digunakan pembaca, (2) Meningkatkan pemahaman maupun memberi pembaca peluang untuk memantau pemahaman sendiri, (3) Sangat mendukung dialog bersifat kerja sama.31

30

Peter E. Doolittle, David Hicks, Cheri F. Triplett, dkk, op.cit, pp.106-107. 31Trianto, op. cit, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 173.


(36)

H. Strategi Dalam Model Pembelajaran Reciprocal Teaching

Reciprocal Teaching merupakan suatu model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu teks yang di dalamnya guru serta siswa memegang peranan penting. Reciprocal Teaching mempunyai 4 strategi utama dalam penerapannya, yaitu merangkum, membuat pertanyaan, memprediksi, dan mengklarifikasi.32

1) Merangkum

Kegiatan merangkum memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengidentifikasi informasi yang penting dari suatu bacaan dan saling menggabungkan informasi penting dari suatu teks. Untuk dapat merangkum dengan efektif, siswa harus merecall pengetahuannya dan menyusunnya dalam suatu urutan yang membahas informasi penting dalam teks.33 Dalam membuat rangkuman dibutuhkan kemampuan untuk dapat membedakan hal-hal yang penting dan kurang penting atau tambahan saja serta menentukan intisari dari suatu teks. Pada tahap ini siswa harus mengambil inti atau bagian yang penting dari suatu teks dan harus mencakup semua inti materi yang terdapat pada bacaan tersebut. Kegiatan merangkum ini juga dapat membantu siswa untuk memahami materi dengan mengenali ciri dan kata utama dari suatu teks bacaan. Kegiatan merangkum ini bertujuan untuk membiasakan siswa dalam merangkum suatu materi sehingga lama kelamaan siswa akan mahir merangkum.

2) Membuat pertanyaan

Bertanya adalah strategi yang penting untuk menjadi pembaca yang baik. Siswa belajar untuk menjadi pembaca yang baik. Siswa belajar untuk membuat pertanyaan mengenai ide utama, detail, atau informasi penting, kesimpulan dari teks sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemahaman membaca siswa.34 Pertanyaan yang dibuat sendiri dapat memacu siswa untuk mengetahui tingkat pemahamannya terhadap suatu teks yang diberikan,

32

Lori D. Oczkus, Reciprocal Teaching At Work: Powerful Strategies for Improving Reading Comprehension, 2012, p. 14. (http://www.amazon.com).

33

Ibid., p. 18. 34


(37)

karena pertanyaan yang diajukan juga harus dijawab oleh diri sendiri dan atau juga dapat dijawab oleh temannya. Kegiatan pertukaran informasi tentang suatu teks yang sedang dibahas dapat meningkatkan pemahaman siswa. Bertanya merupakan strategi yang tepat untuk mengetahui pemahaman siswa. Gurur juga dapat mengetahui tingkat pemahaman siswa dari jawaban yang diberikan siswa.

3) Memprediksi

Memprediksi berarti menggabungkan antara pengetahuan yang sudah ada sebelumnya dalam diri siswa dengan pengetahuan baru dari teks untuk membuat prediksi.35 Pada tahapan ini siswa dilatih untuk melibatkan pengetahuan yang sudah ada untuk digabungkan dengan informasi yang diperolehnya dari suatu teks bacaan. Memprediksi berarti memperkirakan jawaban dari suatu pertanyaan atau masalah tertentu. Kegiatan memprediksi mengharuskan siswa untuk memiliki pengetahuan tentang suatu teks yang diberikan ataupun berbagai sumber dan dari pengetahuan siswa itu sendiri.

4) Mengklarifikasi

Mengklarifikasi yaitu mengidentifikasi hal-hal yang tidak jelas, sulit, dan tidak familiar dari teks.36 Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menuliskan hal-hal yang tidak jelas dan tidak dimengerti dari suatu teks yang telah dibaca.

I. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Resiprocal Teaching

Setiap pendekatan pembelajaran memiliki kelebihan-kelebihan masing-masing. Adapaun kelebihan-kelebihan dari Pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching sebagai berikut :

1) Melatih kemampuan siswa belajar mandiri. Melalui pembelajaran Reciprocal Teaching ini, diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan belajar mandiri, siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri, dan guru cukup berperan sebagai

35

Peter E. Doolittle, David Hicks, Cheri F. Triplett, dkk, op.cit, p.107. 36


(38)

fasilitator, mediator, dan manajer dari proses pembelajaran. Reciprocal teaching juga melatih siswa untuk menjelaskan kembali kepada pihak lain. Dengan demikian, penerapan pembelajaran ini dapat dipakai untuk melatih siswa dalam meningkatkan kepercayaan diri mereka.

2) Selama kegiatan pembelajaran, siswa membuat rangkuman. Jadi siswa terlatih untuk menemukan hal-hal penting dari apa yang siswa pelajari dan ini merupakan ketrampilan penting untuk belajar, sehingga dapat dikatakan bahwa Reciprocal Teaching dapat meningkatkan hasil belajar yang rendah.

3) Selama kegiatan pembelajaran, siswa membuat pertanyaan dan menyelesaikan pertanyaan tersebut, sehingga dikatakan bahwa reciprocal teaching dapat mempertinggi kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. 37

Adapun Kekurangan Pembelajaran Reciprocal Teaching menurut Nur Efendi, yaitu : (1) Butuh waktu yang lama, (2) sangat sulit diterapkan jika pengetahuan siswa tentang materi kurang, (3) adakalanya siswa tidak mampu dan semakin tidak suka dengan pembelajaran tersebut, (4) tidak mungkin seluruh siswa akan mendapat giliran untuk menjadi “guru siswa”.38

J. Pengertian Mind Map

Mind Map adalah sistem belajar dan berpikir yang paling banyak digunakan diseluruh dunia. Sistem ini dipopulerkan oleh Dr. Tony Buzan di awal tahun 1970-an yang didasari pada riset tentang bagaimana cara kerja otak yang sebenarnya. Otak manusia sering mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk, dan perasaan. Lebih dari 300

37 Yesie Ema Yunita, Penerapan Pendekatan Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Biologi Siswa Kelas Vii-G Smp N 5 Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/ 2011 (Pendidikan Biologi Volume 3, Nomor 2, Mei 2011, FKIP UNS), h. 52. 38

Efendi Nur, Pendekatan Pengajaran Reciprocal Teaching Berpotensi Meningkatkan Ketuntasan Hasil Belajar Biologi Siswa, Jurnal Pedagogia, Vol. 2, No. 1, Februari 2013, h. 87.


(39)

juta orang di dunia sudah pernah membuat, menggunakan, melihat, dan membaca buku tentang Mind Map.39

Mind Map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar otak. Mind Map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita dan bentuknya sangat sederhana.

Mind Map juga merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan kita menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi yang lebih mudah dan lebih bisa diandalkan dari pada menggunakan teknik pencatatan tradisional.40

Menurut Windura dalam Muhammad Chomsi Imaduddin , Mind Map adalah suatu teknis grafis yang dapatmenyelaraskan proses belajar dengan cara kerja alami otak. Mind map melibatkanotak kanan sehingga proses pembuatannya menyenangkan, dan mind map merupakancara paling efektif dan efisien untuk memasukkan, menyimpan, dan mengeluarkandata dari otak kita.41

Menurut Herdy dalam Sang Ayu Putu Diah Geminastiti Mind Mapping memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima. Mind mapping yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap harinya. Suasana

39

Sutanto Windura, Teknik Berpikir dan Belajar Sesuai Cara Kerja Alami Otak, (Jakarta: Gramedia, 2013), h.12-13.

40

Tony Buzan, Buku Pintar Mind Mapp, (Jakarta: Gramedia, 2009), cet. Ke 7, h. 4-5. 41

Muhammad Chomsi Imaduddin, Efektifitas Metode Mind Mapping Untuk meningkatkan Prestasi Belajar Fisikapada Siswa Kelas VIII, (Humanitas, Vol. IX No.1 Januari 2012), h. 66.


(40)

menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran.42

Strategi pembelajaran Mind Map dikembangkan sebagai metode efektif untuk mengembangkan gagasan-gagasan melalui rangkaian-rangkaian peta-peta. Salah satu penggagas metode ini adalah Tony Buzan. Untuk membuat Mind Map menurut Buzan, seseorang biasa memulainya dengan menulis gagasan utama ditengah halaman dan dari situlah ia bisa membentangkannya ke seluruh arah untuk menciptakan semacam diagram yang terdiri dari kata kunci-kata kinci, fra-frasa, konsep-konsep, fakta-fakta, dan gambar-gambar.an pemikiran siswa. Mind Map bisa digunakan untuk mebentuk, menvisualisasi, mendesain, mencatat, memecahkan masalah, membuat keputusan, merevisi, dan mengklarifikasi topik utama, sehingga siswa bisa mengerjakan tugas-tugas yang banyak sekalipun. Pada hakikatnya, Mind Map digunakan untuk membrainstorming suatu topik sekaligus menjadi strategi ampuh bagi belajar siswa.43

Menurut Michael Michalko dalam Tony Buzan, Mind Map adalah alternatif pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran linier. Mind Map menggapai ke segala arah dan menangkap berbagai pikiran dari segala sudut.44

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Mind Map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi kedalam otak dan memudahkan pengguna untuk mengingat atau mengambil informasi ketika dibutuhkan kembali.

42

Sang Ayu Putu Diah Geminasti, dkk., Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Mind Mapping Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Gugus VII Kecamatan Gianyar, Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (vol, 2, No. 1 Tahun 2014), h. 3.

43

Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-isu Metodis dan Paradigmatis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 307.

44


(41)

K. Cara Pembuatan Mind Map

Mind Map merupakan cara mencatat yang kreatif, efektif, dan memetakan pikiran-pikiran, secara menarik, mudah, dan berdaya guna bagi setiap siswa untuk menghasilkan gagasan , mencatat apa yang dipelajari atau merencanakan tugas baru. Dalam membuat Mind Mapp diperlukan beberapa hal yaitu kertas kosong tak bergaris, pena atau spidol berwarna, otak dan imajinasi. Pembuatan sangat mudah dan menyenangkan. Terdapat tujuh langkah cara membuat mind mapp.45

1) Memulai dari bagian tengah kertas kosong yang diletakkan memanjang, hal ini dikarenakan pada bagian-bagian tengah kertas memberikan kebebasan kepada otak untuk menyebar kesegala arah dan mengungkapkan sesuatu yang akan ditulis dengan lebih bebas. 2) Menggunakan sebuah gambar untuk gagasan sentral. Karena sebuah

gambar bermakna seribu kata dan membantu dalam penggunaan imajinasi. Sebuah gambar yang terletak di tangah-tengah akan lebih menarik, membuat fokus dan membantu memusatkan pikiran dan membuat otak semakin aktif.

3) Menggunakan warna pada seluruh mind mapp. Otak memiliki keterkaitan dengan warna, sama halnya dengan gambar. Warna-warna yang terdapat Mind Mapp membuat lebih hidup dan menambah energi kepada pemikiran kreatif.

4) Hubungkan cabang-cabang utama gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (atau tiga, atau empat) hal sekaligus. Bila kita menghubungkan cabang-cabang, kita akan lebih mudah mengerti dan mengingat.

5) Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Karena garis lurus akan membosankan otak.

45


(42)

6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Karena kata kunci tunggal memberi banyak daya fleksibilitas kepada Mind Mapp.

7) Gunakan gambar. Karena seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna seribu kata.

Dalam menggunakan Mind Map ada beberapa langkah persiapan yang harus dilakukan, antara lain:46

1) Mencatat hasil ceramah dan menyimak poin-poin atau kata kunci dari ceramah tersebut

2) Menunjukkan jaringan-jaringan dan relasi-relasi diantara berbagai poin/gagasan/kata kunci ini terkait dengan materi pelajaran

3) Membrainstoming semua hal yang sudah diketahui sebelumnya mengenai topik tersebut.

4) Merencanakan tahap-tahap awal pemetaan gagasan dengan memvisualisasikan semua aspek dari topik yang dibahas.

5) Menyusun gagasan dan informasi dengan membuatnya bisa diakses pada satu lembar saja

6) Menstimulasi pemikiran dan solusi kreatif atas permasalahan-permasalahan yang terkait dengantopik bahasan.

7) Mereview pelajaran untuk mempersiapkan tes atau ujian.

L. Manfaat Mind Map

Mind Map akan membantu siapapun dalam meningkatkan kecepatan berpikir, memberikan kelenturan tidak terbatas, dan menjelajah jauh dari pemikiran sendiri. Mind Map dapat membantu kita dalam sangat banyak hal. Beberapa diantaranya yaitu: (1) Merencana, (2) Berkomunikasi, (3) Menjadi lebih kreatif, (4) Menghemat waktu, (5) Menyelesaikan masalah, (6)

46


(43)

Memusatkan perhatian, (7) Menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran, (8) Mengingat dengan lebih baik, (9) Belajar lebih cepat dan efisien47

Dapat disimpulkan bahwa Mind Map dapat bermanfaat untuk menggali pengetahuan siswa, membuat perencanaan kegiatan, memudahkan siswa memahami konsep sehingga tercipta pembelajaran bermakna dan kreativitas siswa dikembangkan.

M.Kelebihan dan Kelemahan Mind Mapping

Adapun Kelebihan dan Kekurangan Mind Mapping Menurut Sinulingga dan Josevina, yaitu : (1) permasalahan yang disajikan terbuka, (2) Siswa berkelompok untuk menanggapi, (3) Dapat melatih siswa untuk saling bekerja sama dalam diskusi, (4) sangat cocok untuk mengulang kembali pengetahuan awal siswa. Kelemahan Mind Mapping yaitu: (1) banyak membutuhkan waktu, (2) sulit untuk mengalokasikan waktu, (3) Tuntutan bagi siswa terlalu membebani.48

N. Rubric AssassmentMind Mapping

Sebuah peta pikiran mempunyai ciri khas yaitu ide sentral dan format hirarkis atau cabang pohon, dengan ide-ide bercabang menjadi subbagian dari ide sentral itu. Meskipun, dalam prakteknya, tidak ada struktur wajib. Kebanyakan mahasiswa teknik akan akrab dengan struktur diagram seperti peta konsep, diagram pohon kesalahan, diagram logika, dll. Perbedaan utama antara peta pikiran dan jenis-jenis diagram adalah bahwa tidak ada cara yang benar atau salah dibentuk untuk menyelesaikan peta pikiran. Sebagai contoh peta konsep biasanya akan mengambil bentuk diagram dari atas ke bawah

47 Tony Buzan, op. cit, (Jakarta: Gramedia, 2009), cet. Ke 7, h. 7. 48

Sinulingga K dan Nadeak J, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Bunyi di Kelas VIII SMP Negeri 3 Tebing Tinggi, Jurnal Online Pendidikan Fisika, ISSN 1301-7651, h. 43.


(44)

(top down) di mana masing-masing tingkat memiliki tingkatan yang lebih rendah dan diperluas dalam suatu hirarki.49

Untuk menilai Mind Map bukanlah hal mudah, seperti yang diungkapkan dalam jurnal Robbie Oconnor:

The key strength of mind maps is that they allow the learner flexibility to associate different concepts using colour, shapes or images without constraining the learner to a fixed format or structure. Unfortunately, this also can make them difficult to assess.

Yang artinya adalah kekuatan utama dari peta pikiran adalah memungkinkan fleksibilitas pelajar untuk mengasosiasikan konsep yang berbeda dengan menggunakan warna, bentuk atau gambar tanpa membatasi pelajar ke format tetap atau struktur. Sayangnya, hal ini juga bisa membuat mereka sulit untuk menilai. Untuk menilai Mind Map digunakan rubrik assessment yang diadopsi dari Jurnal Robbie Oconnor. Karakteristik utama yang digunakan untuk menilai peta pikiran tercantum di bawah ini:50

Tabel 2.1 Rubrik AssesmentMind Map

Aspek yang Dilihat

Unggul Sangat

Bagus

Baik Jelek

Kelengkapan Peta benar-benar mendefinisikan subjek

yang dibahas, semua topik dan sub topik yang terwakili dalam peta. Peta lengkap tapi kehilangan satu atau dua poin penting. Peta menunjukkan dasar pemahaman topik. Banyak poin yang hilang dari peta pikiran. Organisasi dan Tata Letak

Peta dibuat dengan poin dan topik terkait dengan tepat. Umpan balik dengan topik yang digunakan juga sangat Peta memiliki koneksi yang memadai dengan beberapa cabang. Peta terorganisir hanya dengan beberapa jumlah cabang dan poin. Peta ini disusun dengan jumlah poin yang sangat sedikit. 49

Robbie Oconnor, The Use Of Mind Maps as an Assessment Tool, International Conference on Engaging Pedagogy 2011 (ICEP11) NCI, Dublin, Ireland, December 16, 2011. P. 4.

50


(45)

Aspek yang Dilihat

Unggul Sangat

Bagus

Baik Jelek

tepat. Meskipun

ada beberapa poin yang hilang. Kebenaran Mengintegrasikan

poin-poin peta dengan benar dan mencerminkan pemahaman yang tepat tentang materi pelajaran dengan tidak ada kesalah pahaman arti. Peta memiliki subjek masalah yang tidak akurat. Peta memiliki banyak subyek masalah yang tidak akurat. Peta tidak benar dan mengandung kesalah pahaman tentang topik.

O. Garis Besar Tahap-Tahap Pembelajaran Resiprocal Teaching Terintegrasi Mind Mapping

Adapun secara garis besar, tahap-tahap pembelajaran Resiprocal Teaching integrasi Mind Mapping yang akan diterapkan dalam penelitian ini dibagi 3 menjadi tahap, yaitu :

1) Tahap Penjelasan

Pada tahap ini guru bertindak sebagai model di depan kelas, memulai pelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Pada tahap ini guru memberikan penjelasan secara garis besar materi pelajaran dalam bentuk Mind Mapp dengan mengacu pada materi yang hendak diselesaikan.

2) Tahap Kegiatan Kelompok

Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok atau lebih. Kemudian guru menjelaskan model pembelajaran Resiprocal Teaching, lalu guru membagi tugas masing-masing siswa dalam setiap kelompok tugas berupa 4 tahapan Resiprocal Teaching. Setiap kelompok mempunyai peranan masing-masing,


(46)

yaitu: (1) Merangkum materi dalam bentuk Mind Mapp, (2) Membuat pertanyaan, (3) Membuat prediksi jawaban yang akan dibahas, (3) Mengklasifikasikan hal-hal yang sulit dan mengajukan komentar jika menemukan hal yang sulit.

3) Tahap Presentasi dan Pengarahan

Guru mengawasi berlangsungnya diskusi kelompok dengan memberi bimbingan secara mendalam. Kemudian dilanjutkan dengan memilih salah satu siswa untuk berperan sebagai “guru-siswa”. Siswa dilatih atau diarahkan berperan sebagai “guru-siswa” dan menjelaskan kembali dalam bentuk Mind Mapp yang telah dibahasnya bersama kelompok , sepanjang kegiatan ini siswa didorong untuk ikut serta berperan dalam berinteraksi antara “guru -siswa” dengan siswa yang berada di kelas.

P. Hasil Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, dilakukan juga oleh:

a. Hasil penelitian Yesie Ema Yunita, penerapan pendekatan pengajaran terbalik (reciprocal teaching) untuk meningkatkan kemandirian belajar biologi siswa kelas VII-G SMP N 5 Karanganyar tahun pelajaran 2010/ 2011, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pengajaran Reciprocal Teaching dapat membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien serta memungkinkan siswa untuk melakukan pembelajaran secara aktif dan mandiri tanpa bergantung dengan guru, tidak hanya membaca dan mendengar tetapi juga memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih berdiskusi, berpartisipasi, bekerjasama, serta memecahkan masalah-masalah tertentu berkaitan dengan materi pembelajaran yang akhirnya dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa..51

b. Muhammad Chomsi Imaduddin , dalam jurnalnya yang berjudul “Efektifitas Metode Mind Mapping Untuk meningkatkan Prestasi Belajar Fisika pada Siswa Kelas VIII”. Metode Mind Mapping berpengaruh positif

51

Yesie Ema Yunita, Penerapan Pendekatan Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Biologi Siswa Kelas Vii-G Smp N 5 Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/ 2011 (Pendidikan Biologi Volume 3, Nomor 2, Mei 2011, FKIP UNS).


(47)

terhadap peningkatan prestasi belajar fisika dibandingkan dengan metode konvensional yang telah ia terapkan di kelompok kontrol, sehingga ada perbedaan prestasi belajar fisika yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, prestasi belajar fisika kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Kegiatan siswa membuat Mind Map dari buku yangbaru dibacanya, akan meningkatkan pemahaman, ingatan, dan juga mind map tersebutdapat digunakan kelak dalam belajar menghadapi ujian, serta siswa menjadi lebihaktif dan kreatif dalam proses KBM pelajaran fisika.52

c. Suratno, dalam skripsinya yang berjudul “Strategi Kooperatif Gabungan Jigsaw IV-Reciprocal Teaching Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa Sma Di Jember”. Dalam penelitiannya Suratno dapat disimpulkan bahwa Strategi Gabungan JigsawIV-RT dan strategi RT mempunyai posisi setara dalam meningkatkan hasil belajar kognitif biologi. Strategi Gabungan JigsawIV-RT dan strategi RT lebih berpotensi meningkatkan hasil belajar kognitif dibanding strategi Jigsaw.53

d. Yustina, dkk., dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Teknik Mind Mapping Dalam Strategi Quantum Learning Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA2 SMA Nurul Falah Pekanbaru Tahun 2009/2010”. Dapat disimpulkan dari hasil penelitiannya yaitu meningkatnya hasil rata-rata skor hasil belajar dan motivasi belajar siswa setelah belajar dengan menggunakan Teknik Mind Mapping Dalam Strategi Quantum Learning. Selain itu juga daya serap siswa terhadap pelajaran meningkat pada siklus dua dibandingkan dari siklus satu.54

e. Menurut Jennifer R.Seymour and Helena P. Osana (2003) dalam jurnalnya yang berjudul “Reciprocal Teaching procedures and principles:

52

Muhammad Chomsi Imaduddin, Efektifitas Metode Mind Mapping Untuk meningkatkan Prestasi Belajar Fisikapada Siswa Kelas VIII, (Humanitas, Vol. IX No.1 Januari 2012)

53

Suratno, Strategi Kooperatif Gabungan Jigsaw IV-Reciprocal Teaching Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa SMA di Jember.Skripsi.

54 Yustina, dkk., “Penerapan Teknik

Mind Mapping Dalam Strategi Quantum Learning Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA2 SMA Nurul Falah Pekanbaru”,Skripsi Universitas Riau, Riau, 2010.


(48)

two teachers’ developing understanding”, bependapat bahwa strategi Reciprocal Teaching dapat membantu anak dalam mengingat pelajaran Biologi dan dapat membantu mereka dalam memahami bacaan, dengan melalui 4 tahapan yaitu; merangkum bacaan, mengajukan pertanyaan, memprediksi pemecahan masalah atau soal, mengklarifikasi atau menjelaskan istilah-istilah yang sulit dipahami atau dihafalkan.55

f. Menurut Petter E. Doolittle, William Dee Nichols dan A Young, yang jurnalnya berjudul “Reciprocal Teaching for Reading Comprehension in Higher Education: A Strategy for Fostering the Deeper Understanding of Texts”, berkesimpulan bahwa pengajaran timbal balik, bila digunakan dengan tepat, adalah strategi yang mencakup masing-masing kriteria instruksi strategi yang efektif. Selain itu, contoh kasus yang telah dibahas sebelumnya menyediakan berbagai model berbasis teks penggunaan strategi yang efektif. Pengajaran timbal balik adalah strategi pemahaman bacaan yang efektif dalam masalah waktu, penggunaan, dan penelitian empiris. Pada akhirnya, pengajaran timbal balik memberikan jalan suara secara teoritis untuk mengembangkan pemahaman yang lebih dalam teks-teks dalam lingkungan akademik pendidikan tinggi.56

g. Menurut Efendi Nur, yang Jurnalnya berjudul Pendekatan Pengajaran Reciprocal Teaching Berpotensi Meningkatkan Ketuntasan Hasil Belajar Biologi Siswa, Jurnal Pedagogia, Vol. 2, No. 1, Februari 2013, berkesimpulan bahwa Penerapan Pengajaran Resiprok mempunyai dampak positif : (1) meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, (2) rasa harga diri menjadi lebih tinggi, (3) memperbaiki sikap terhadap sekolah, (4) memperbaiki kehadiran, (5) penerimaan terhadap perbedaan individu, (6)

55 Jennifer R.Seymour, dkk., Reciprocal Teaching procedures and principles: two teachers’ developing understanding, journal Teaching and Teacher Education, 19, 2003, (www.elsevier.com).

56

Petter E Doolittle, dkk., Reciprocal Teaching for Reading Comprehension in Higher Education: A Strategy for Fostering the Deeper Understanding of Texts, vol. 17, 2006.


(49)

sikap apatis kurang, (7) pemahaman yang lebih mendalam, (8) motivasi besar, (9) hasil belajar lebih tinggi.57

h. Penelitian Pratiwi Inung dan Ani Widayati, pembelajaran akuntansi melalui reciprocal teaching model untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemandirianbelajar dalam materi mengelola administrasi surat berharga jangka pendek siswa kelas X akuntansi 1 smk negeri 7 Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012, Meningkatnya kemandirian belajar dan penguasaan konsep berbanding lurus dengan respon positif (baik) siswa terhadap pembelajaran dengan Reciprocal Teaching Model yang ditunjukkan oleh hasil angket yang disebarkan kepada seluruh siswa kelas X Akuntansi 1.

i. Hasil penelitian Sinulingga K dan Nadeak J, pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe stad berbasis Mind Mapping terhadap hasil belajar siswa pada konsep bunyi di kelas viii SMP Negeri 3 Tebing Tinggi, model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis mind mapping berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, dan aktivitas belajar siswa juga meningkat.58

j. Hasil penelitian Yustina, Rosmaini S dan Yessi Wulandari, penerapan teknik Mind Mapping dalam strategi Quantum Learning untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA2 SMA Nurul Falah Pekanbaru tahun 2009/2010, Pelaksanaan pembelajaran menggunakan Tekink Mind Mapping dalam Strategi Quantum Learning dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Biologi Siswa Kelas IPA2 SMA Nurul Falah.59

k. Hasil penelitian Wiratamasari Sarwinda, Pengaruh strategi pembelajaran Think Pair Share dipadu Reciprocal Teaching dan kemampuan

57

Nur Efendi, Pendekatan Pengajaran Reciprocal Teaching Berpotensi Meningkatkan Ketuntasan Hasil Belajar Biologi Siswa, Jurnal Pedagogia, Vol. 2, No. 1, Februari 2013, h. 87. 57

Sutanto Windura, Teknik Berpikir dan Belajar Sesuai Cara Kerja Alami Otak.

58

Sinulingga K dan Nadeak J, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Bunyi di Kelas VIII SMP Negeri 3 Tebing Tinggi, Jurnal Online Pendidikan Fisika, ISSN 1301-7651.

59

Yustina, dkk., “Penerapan Teknik Mind Mapping Dalam Strategi Quantum Learning Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA2 SMA Nurul Falah Pekanbaru”, Skripsi Universitas Riau, Riau, 2010.


(50)

akademik yang berbeda terhadap hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir kreatif pada siswa SMA Negeri 1 Batu dan SMA Negeri 1 Grati, ada pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dengan kemampuan akademik terhadap hasil belajar kognitif siswa dan ada pengaruh strategi pembelajaran terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. (6) Hasil penelitian Suratno, strategi kooperatif gabungan Jigsaw IV-Reciprocal Teaching dalam meningkatkan hasil belajar kognitif biologi siswa SMA di Jember, Strategi Gabungan Jigsaw IV-RT dan strategi RT lebih berpotensi meningkatkan hasil belajar kognitif dibanding strategi Jigsaw.

Q. Kerangka Berpikir

Dalam meningkatkan mutu pendidikan maka mutu pembelajaran harus ditingkatkan dengan menggunakan model-model pembelajaran serta inovasi-inovasi yang baru agar mudah dan sesuai untuk digunakan dalam pembelajaran. Tidak ada model pembelajaran yang jelek, masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Penerapannya tergantung pada konteks situasi, kondisi atau kebutuhan siswa.

Salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan dikembangkannya keterampilan konsep berpikir siswa dalam kemandirian belajar adalah model pembelajaran Resiprocal Teaching yang terintegrasi Mind Mapping. Model pembelajaran model pembelajaran Resiprocal Teaching merupakan pembelajaran yang aktif serta menuntut siswa untuk berpikir kritis dalam kemandirian belajar. Hal ini diharapkan sejalan dengan kemampuan kognitif siswa sehingga akan berdampak pada hasil belajar siswa.

Pada pembelajaran kooperatif yang merupakan turunan dari pembelajaran konstruktivisme didalamnya ada berbagai macam model pembelajaran, diataranya yaitu Model Resiprocal Teaching dan Mind Mapping. Berbagai hasil penelitian yang sudah diutarakan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dengan Model Resiprocal Teaching dan Mind Mapping mampu menciptakan pembelajaran yang aktif,


(51)

mandiri, kreatif, dan efisien. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Untuk memperjelas integrasi antara Resiprocal Teaching dan Mind Mapping dengan hasil belajar siswa ditunjukkan dengan ilustrasi kerangka pemikiran sebagai berikut:

R. Konsep Sistem Sirkulasi

Konsep Sistem Sirkulasi pada kelas 11 SMA, pada Standar Kompetensi yang ke tiga, yaitu memahami stuktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas. Kompetensi Dasar 3.2 yaitu menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi system peredaran darah.

Pembelajaran Konstruktivisme

Pembelajaran Kooperatif

Resiprocal Teaching Mind Mapping

Integrasi antara Resiprocal Teaching dan Mind Mapping

Pembelajaran menyenangkan, aktif, mandiri, efisien.


(52)

Sistem sirkulasi pada tingkat SMA lenih luas dibandingkan dengan tingkat SMP, yaitu meliputi sistem peredaran darah, sistem limfatik (peredaran getah bening) dan sistem peredaran darah hewan.60

Pada Sistem Sirkulasi tingkat SMP, Standar Kompetensi pada materi tingkat SMP yaitu memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia dan Kompetensi Dasar pada jenjang SMP yaitu mendeskripsikan sistem peredaran darah pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.

Materi Sirkulasi pada jenjang SMP hampir sama seperti pada jenjang SMA, hanya saja tidak ada subbab sistem limfatik dan sistem peredaran darah hewan.

S. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, kerangka teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut “Terdapat pengaruh hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Resiprocal Teaching yang terintegrasi Mind Mapping.

60


(53)

39

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA 11 Tangerang Selatan, kelas XI semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

B. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian kuasi-eksperimen (quasi-experiment research) karena menggunakan kelompok subjek secara utuh yang sudah terbentuk secara alami dalam kelas dengan tidak menentukan subjek penelitian secara acak untuk diberikan perlakuan dalam penelitian.

Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok pertama atau kelompok eksperimen diberikan perlakuan dalam pembelajaran dengan menggunakan model Resiprocal Teaching terintegrasi Mind Mapping, dan kelompok kedua adalah kelompok kontrol yang diberikan perlakuan dalam pembelajaran dengan menggunakan model Resiprocal Teaching.

Adapun desain penelitiannya adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelompok Pretest Treatment

(Variabel Bebas)

Posttest

Eksperimen Kontrol

T1 T1

X X0

T2 T2

Keterangan:

Y1 : Pretest yang diberikan terhadap kedua kelompok (eksperimen dan kontrol) sebelum kegiatan pembelajaran

X : Perlakuan terhadap kelas eksperimen yaitu menggunakan model pembelajaran Resiprocal Teaching yang terintegrasi Mind Mapping.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Metode Mind Mapping terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat Optik

0 26 211

Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, NHT dan TGT pada Konsep Sistem Peredaran Darah Manusia (Kuasi Eksperimen di MTs.N.13 JAKARTA)

0 19 286

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING (PETA KONSEP) TERHADAP HASIL BELAJAR PENGOLAHAN MAKANAN KONTINENTAL SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 SIMANINDO.

1 12 25

PENGARUH STRATEGI MIND MAPPING DENGAN MEDIA BENDA KONKRET TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA Pengaruh Mind Mapping dengan Media Benda Konkret Terhadap Hasil Belajar Siswa.

0 3 17

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSSING DENGAN MEDIA MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA MATERI HIDROLISI GARAM.

2 12 18

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas Viii Smp Negeri 2 Boyolali Tahun Pelajaran 2013

0 3 16

PENGARUH MEDIA MIND MAPPING PADA MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP KEMANDIRIAN SISWA DAN HASIL BELAJAR KIMIA SMA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON.

0 2 25

Pengaruh Model Pembelajaran Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa | Marxy | JKPM (Jurnal Kajian Pendidikan Matematika) 1 SM

0 2 10

PENGARUH MODEL ARIAS DISERTAI MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA SUB MATERI INVERTEBRATA DI SMA

0 0 15

PENGARUH STRATEGI QUANTUM LEARNING TEKNIK MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATERI SISTEM EKSKRESI

0 0 11