Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Keterbukaan Dalam Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

G. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin

Lingkungan Berdasarkan penjelasan yang telah dijelaskan sebelumnya, menyatakan bahwa perusahaan termasuk perusahaan publik yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL memiliki kewajiban untuk memiliki izin lingkungan sebagai prasyarat untuk memiliki izin usaha. Yang akan dijelaskan dalam poin ini adalah bagaimana kewajiban bagi perusahaan publik yang telah memiliki izin lingkungan. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan telah mengatur kewajiban pemegang izin lingkungan. Berdasarkan Pasal 53 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan menyatakan bahwa terdapat 3 tiga hal yang wajib bagi perusahaan untuk melaksanakannya sebagai pemegang izin lingkungan, yaitu: 174 a. menaati persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam Izin Lingkungan dan Izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; b. membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan terhadap persyaratan dan kewajiban dalam Izin Lingkungan kepada Menteri, gubernur, atau bupatiwalikota; dan c. menyediakan dana penjaminan untuk pemulihan fungsi lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya dijelaskan dalam Pasal 53 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan bahwa laporan pelaksanaan 174 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, Pasal 53 ayat 1. terhadap persyaratan dan kewajiban izin lingkungan disampaikan secara berkala setiap 6 enam bulan.

H. Menurut Beberapa Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal

Peraturan BAPEPAMOtoritas Jasa Keuangan Ketentuan mengenai kewajiban keterbukaan Perusahaan Publik berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dapat dilihat dalam Peraturan BAPEPAM Sekarang OJK, antara lain: 1. Peraturan Nomor IX.B.1, yang ditetapkan melalui Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-49PM1996 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Perusahaan Publik; Ketentuan ini berisi pengaturan mengenai kewajiban perusahaan publik untuk menyampaikan pernyataan pendaftaran yang isinya berisi informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi keputusan pemodal, baik yang diketahui atau layak diketahui. Ketentuan yang berkaitan dengan lingkungan hidup dalam peraturan ini hanya menentukan, bahwa pendapat dan laporan pemeriksaan dari segi hukum dalam pernyataan pendaftaran, perusahaan publik harus memuat pendapat dari konsultas hukum mengenai “semua izin dan persetujuan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan usaha atau kegiatan usaha yang direncanakan perusahaan publik”. Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal menetapkan standar pemeriksaan hukum dan pendapat hukum, antara lain pendapat dan pemeriksaan hukum berkenaan dengan izin dan persetujuan seperti, antara lain izin lingkungan, izin-izin usaha, Undang-Undang Gangguan, lokasi mendirikan bangunan, penggunaan bangunan untuk pabrik, analisis mengenai dampak lingkungan dan pengolahan limbah. 175 2. Perubahan Peraturan Nomor IX.C.1, yang ditetapkan melalui Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-42PM2000 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran dalam Rangka Penawaran Umum; Ketentuan ini mengatur hampir sama dengan yang ada pada Peraturan Nomor IX.B.1, namun perbedaannya yang diatur dalam hal ini adalah kewajiban menyampaikan pernyataan pendaftaran bagi emiten. Berdasarkan ketentuan ini, emiten dalam rangka penawaran umum wajib menyampaikan laporan pemeriksaan dan pendapat dari segi hukum dalam isi pernyataan pendaftaran. Seperti izin lingkungan, pengolahan limbah dan persyaratan lingkungan lainnya. 3. Peraturan Nomor X.K.6, yang ditetapkan melalui Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor KEP-431BL2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik; Dalam setiap pelaksanaan kegiatan usaha yang dilakukan, perusahaan publik memiliki kewajiban untuk mengungkapkan informasi penting dalam laporan tahunan dan laporan keuangan perseoran kepada pemegang saham dan instansi pemerintah yang terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku secara tepat waktu, akurat, jelas dan secara objektif. 176 Ketentuan ini mengatur kewajiban bagi emiten atau perusahaan publik dalam menyampaikan laporan tahunan annual report, dimana isi laporan tahunan wajib memuat salah satunya mengenai tanggung jawab sosial perusahaan. Pembahasan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan meliputi kebijakan, 175 Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 179. 176 M. Irsan Nasarudin, dkk, Op.Cit., hlm. 104. jenis program, dan biaya yang dikeluarkan antara lain terkait aspek, salah satunya adalah lingkungan hidup, seperti penggunaan material dan energi yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang, sistem pengolahan limbah perusahaan, sertifikasi di bidang lingkungan yang dimiliki, dan lain-lain. 4. Perubahan Peraturan Nomor VII.G.7, yang ditetapkan melalui Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor KEP- 347BL2012 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik; Seperti yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya bahwa perusahaan publik memiliki kewajiban, salah satunya dalam menyampaikan laporan keuangan. Dalam ketentuan ini, pengaturan mengenai kaitan kewajiban keterbukaan perusahaan publik dengan perlindungan lingkungan hidup terdapat pada bagian pengungkapan lainnya dimana di dalamnya ada pembahasan mengenai kontinjensi. Dijelaskan bahwa Peraturan Pemerintah yang berdampak terhadap Emiten atau Perusahaan Publik, misalnya masalah lingkungan hidup, diungkapkan uraian singkat tentang peraturan dan estimasi dampak keuangannya. Maksud dari ketentuan ini adalah kondisi yang bagaimana terkait lingkungan hidup yang harus diungkapkan sehingga suatu perusahaan bisa menderita kerugian atau laba. Salah satu contoh dari penerapan ketentuan ini apabila suatu perusahaan melakukan pelanggaran terhadap hukum lingkungan seperti pencemaran lingkungan. Konsekuensinya jika terbukti perusahaan tersebut melakukan pencemaran lingkungan, maka perusahaan yang bersangkutan wajib mengganti kerugian yang diderita warga dan melakukan rehabilitasi lingkungan. Tetapi bila tidak terjadi kegiatan perusahaan yang mencemari lingkungan, maka tidak akan ada kerugian, melainkan laba.

I. Menurut Beberapa Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

Ketentuan mengenai kewajiban bagi perusahaan dalam melaksanakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dapat dilihat dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup yang mengatur secara teknis atau operasional, antara lain: 1. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha danatau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup; Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri ini bahwa setiap usaha danatau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki Amdal. Terdapat dua kategori mengenai jenis rencana usaha danatau kegiatan yang wajib memiliki Amdal, yaitu potensi dampak penting dan ketidakpastian kemampuan teknologi yang tersedia untuk menanggulangi dampak penting negatif yang akan timbul. 177 Ketentuan lainnya mengenai wajib Amdal yang harus dipatuhi adalah bagi perusahaan yang mempunyai rencana usaha danatau kegiatan yang dilakukan di dalam kawasan lindung danatau berbatasan langsung dengan 177 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha danatau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Lampiran I menyebutkan bahwa: “Potensi dampak penting bagi setiap jenis usaha danatau kegiatan tersebut ditetapkan berdasarkan: 1 besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha danatau kegiatan; 2 luas wilayah penyebaran dampak; 3 intensitas dan lamanya dampak berlangsung; 4 banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak; 5 sifat kumulatif dampak; 6 berbalik atai tidak berbaliknya dampak; dan kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; danatau 7 referensi internasional yang diterapkan beberapa negara sebagai landasan kebijakan tentang Amdal.” kawasan lindung. 178 Namun terdapat pengecualian mengenai kewajiban memiliki Amdal bagi rencana usaha danatau kegiatan yang telah diatur sebelumnya, yaitu: 179 a. eksplorasi pertambangan, minyak dan gas bumi, dan panas bumi; b. penelitian dan pengembangan di bidang ilmu pengetahuan; c. yang menunjang pelestarian kawasan lindung; d. yang terkait kepentingan pertahanan dan keamanan negara yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup; e. budidaya yang secara nyata tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup; dan f. budidaya yang diizinkan bagi penduduk asli dengan luasan tetap dan tidak mengurangi fungsi lindung kawasan dan di bawah pengawasan ketat. 2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2013 tentang Audit Lingkungan Hidup; Perusahaan wajib melaksanakan audit lingkungan hidup jika usaha danatau kegiatan yang dilakukan tersebut merupakan kegiatan tertentu yang berisiko tinggi terhadap lingkungan hidup danatau menunjukkan ketidaktaatan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Selaras dengan kewajiban audit lingkungan hidup untuk usaha danatau kegiatan tertentu yang berisiko terhadap lingkungan hidup, berdasarkan Pasal 24 ayat 2 dijelaskan bahwa penanggung jawab usaha danatau kegiatan menunjuk tim audit lingkungan hidup paling lambat 30 tiga puluh hari kerja sebelum berakhirnya periode audit lingkungan hidup. Selain itu kewajiban audit 178 Ibid., Pasal 3 ayat 1. 179 Ibid., Pasal 3 ayat 4. lingkungan hidup yang harus dilakukan bagi penanggung jawab usaha danatau kegiatan yang menunjukkan ketidaktaatan ditetapkan berdasarkan: 180 a. hasil pengawasan oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup; b. usulan dari menteri atau kepala lembaga pemerintah nonkementerian yang membidangi usaha danatau kegiatan; danatau c. usulan dari gubernur atau bupatiwalikota. 180 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2013 tentang Audit Lingkungan Hidup, Pasal 29 ayat 1. BAB III TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PUBLIK DALAM PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM HUKUM PASAR MODAL INDONESIA

A. Keterbukaan Dalam Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Sebagai Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 1. Keterbukaan Dalam Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup a. Arti Penting Prinsip Keterbukaan Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakikatnya menyajikan keterangan, catatan, atau gambaran, baik untuk keadaan masa lalu, saat ini, maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. 181 Jika perusahaan publik memberikan informasi yang salah dan setengah benar, maka hal ini berkaitan dengan kualitas informasi. Artinya, informasi yang disampaikan tidak akurat atau tidak benar atau menyesatkan, yang semata-mata ditujukan sebagai window dressing untuk menarik investor, hal mana tergolong sebagai kejahatan korporasi. 182 Para investor, khususnya investor professional dan investor institusional selalu aktif mengumpulkan berbagai informasi dan memanfaatkannya untuk memahami harga-harga saham yang ditawarkan dalam pasar perdana maupun pasar sekunder. Informasi yang dikumpulkan adalah informasi yang mengandung 181 Pandji Anoraga dan Piji Pakarti, Op.Cit., hlm. 87-88. 182 M. Irsan Nasarudin, dkk, Op.Cit., hlm. 227. 73 fakta material. 183 Pada Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal telah memberikan pengertian yang tegas mengenai apa yang dimaksud dengan informasi atau fakta material, yang berbunyi bahwa “informasi atau fakta material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga Efek pada Bursa Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau Pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.” 184 Informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi harga saham telah mengalami perkembangan yang signifikan selaras dengan kasus-kasus yang terjadi di pasar modal. Informasi yang dapat dikategorikan mengandung fakta material adalah mencakup seluruh faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham yang dipercaya investor dapat mempengaruhi harga saham. 185 Menurut Bismar Nasution, terdapat 3 tiga pendapat pengadilan di Amerika Serikat yang berkaitan satu sama lain mengenai penentuan fakta material. 186 Kedua , TSC Industries, Inc v Northway, 426 U.S. 438 1976 menetapkan dengan melakukan pendekatan “Standar Reasonable Shareholder” bahwa sesuatu Pertama , SEC v. Texas Gul Sulphur, 401 F. 2d 833 2d. Cir. 1968 menetapkan bahwa standar untuk penentuan fakta material adalah didasarkan pada test “kemungkinanukuran” “probabilitymagnitude” fakta material atas informasi yang bisa berpengaruh kuat pada kemungkinan perusahaan di masa mendatang. 183 Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 65. 184 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 angka 7. 185 Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 72. 186 Ibid., hlm. 66-69. yang menentukan fakta material sangat tergantung dari tanggapan investor potensil atau pemegang saham institusional yang rasional, sebagaimana dinyatakan dalam Mils v. Electric Autolite, 396 U.S. 375 1970. Menguji sesuatu yang menjadi penentuan fakta material adalah ditentukan oleh pertimbangan yang matang untuk kepentingan pemegang saham yang rasional. Ketiga , Basic, Inc v. Levinson 485 U.S. 224 1988 yang telah disahkan oleh pengadilan menetapkan bahwa standar fakta material ditetapkan berdasarkan fact-specific secara case-by-case yang bersumber dari keputusan pengadilan dalam kasus Northway dan kasus Texas Gulf Sulphur. Lebih lanjut pengadilan berpendapat bahwa suatu penipuan fakta material dilihat dari apakah pernyataan mempengaruhi keputusan investor yang rasional untuk berinvestasi. Sebab berdasarkan fraud-on-the-market theory, suatu pernyataan dikatakan menyesatkan hanya apabila pernyataan tersebut dapat membelokkan keputusan investor professional untuk berinvestasi. Dengan kata lain dalam melakukan keterbukaan atas informasi atau fakta material, perusahaan publik atau emiten harus melihat relevansi informasi tersebut kepada harga efek dan keputusan pemodal, dan apakah informasi tersebut seharusnya diketahui oleh investor. 187 Penyampaian informasi atau fakta material kepada investor juga dibatasi memang hanya menyangkut peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam perusahaan atau usaha perusahaan yang bersangkutan. 188 187 Hamud M. Balfas, Op.Cit., hlm. 182. 188 Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 71. Selain peristiwanya sendiri, yang harus diinformasikan itu haruslah cukup penting dan material sehingga mewajibkan perusahaan publik atau emiten untuk memberitahu investor. Peristiwa yang tidak cukup material dan tidak memberikan dampak apa pun terhadap perusahaan publik atau emiten tidak perlu sama sekali diberitahu. 189 Alasan utama mengapa suatu disclosure diperlukan adalah agar pihak investor dapat melakukan suatu informed decision untuk membeli atau tidak membeli efek. Hal tersebut dikarenakan, suatu informed decision akan merupakan suatu landasan bagi terbentuknya suatu harga pasar yang wajar, dan harga pasar akan wajar apabila dapat merefleksikan intrinsic value dari efek, sedangkan instrinsic value tersebut sangat bergantung pada seberapa efisien tersedianya informasi tentang perusahaan yang bersangkutan. 190 Oleh karena itu, diperlukan sistem keterbukaan wajib mandatory disclosure system sebagai ketentuan umum anti-fraud dari hukum pasar modal, yang menyatakan “tell the truth and don’t leave out anything important”, yang menjelaskan bahwa kegagalan untuk mengungkapkan to disclose fakta material dianggap sebagai penipuan. 191 Setidak-tidaknya terdapat 3 tiga fungsi prinsip keterbukaan dalam pasar modal menurut Bismar Nasution. 192 Pertama , Prinsip keterbukaan berfungsi memelihara kepercayaan publik terhadap pasar. Tidak adanya keterbukaan dalam pasar modal membuat investor tidak percaya terhadap mekanisme pasar. Sebab prinsip keterbukaan mempunyai peranan penting bagi investor sebelum mengambil keputusan untuk melakukan 189 Hamud M. Balfas, Op.Cit., hlm. 183. 190 Munir Fuady, Pasar Modal Modern Tinjauan Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996, hlm. 79-80. 191 Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 213. 192 Ibid., hlm. 7-9. investasi karena melalui keterbukaan bisa terbentuk suatu penilaian judgement terhadap investasi, sehingga investor secara optimal dapat menentukan pilihan terhadap portofolio mereka. Makin jelas informasi perusahaan, maka keinginan investor untuk melakukan investasi semakin tinggi. Sebaliknya ketiadaan atau kekurangan serta ketertutupan informasi dapat menimbulkan ketidakpastian bagi investor, dan konsekuensinya menimbulkan ketidakpercayaan investor dalam melakukan investasi melalui pasar modal. Kedua , Prinsip keterbukaan berfungsi untuk menciptakan mekanisme pasar yang efisien. Filosofi ini didasarkan pada konstruksi pemberian informasi secara penuh sehingga menciptakan pasar modal yang efisien, yaitu harga saham sepenuhnya merupakan refleksi dari seluruh informasi yang berperan dalam meningkatkan supply informasi yang benar, agar ditetapkan harga pasar yang akurat. Hal ini menjadi penting berkaitan dengan pasar modal sebagai lembaga keuangan yang beroperasi berdasarkan informasi. Tanpa informasi, peserta pasar tidak dapat mengevaluasi produk-produk lembaga keuangan tersebut. Ketiga , Prinsip keterbukaan penting untuk mencegah penipuan fraud. Sangat baik untuk dipahami ungkapan yang pernah diungkapkan Barry A.K. Rider: “Sun light is the best disinfectant and electric light the best policeman.” Dengan perkataan lain, Rider mengatakan bahwa “More disclosure will inevitably discourage wrongdoing and abuse .” Informasi yang didistribusikan kepada masyarakat harus bersifat tulus, terbuka, integritas dan tepat waktu. 193 Pada umumnya, masalah keterbukaan informasi pada perusahaan publik lebih berkaitan dengan masalah keuangan. 194 Namun, perusahaan publik juga memiliki tanggung jawab dalam melakukan keterbukaan informasi bukan hanya pada informasi keuangan tetapi juga pada informasi non keuangan, jadi masyarakat dapat mempelajari dalam menentukan keputusan investasi mereka. 195 Sehubungan dengan tanggung jawab setiap perusahaan publik dalam melaksanakan prinsip keterbukaan masalah perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, didasarkan pada ketentuan bahwa setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup Keterbukaan pada informasi non keuangan ini juga termasuk dalam masalah perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. 196 193 Tulus berarti informasi yang disampaikan sesuai dengan kenyataan, bukan merupakan rekayasa pihak emiten atau perusahaan publik seperti rekayasa keuangan. Makna terbuka adalah informasi yang disampaikan bukan hanya informasi yang baikbagus tentang perusahaan, tetapi juga informasi buruk tentang kinerja perusahaan. Jadi dapat dikatakan terbuka adalah memaparkan semua informasi material tentang perusahaan. Integritas berarti penyampaian informasi bersifat konsisten dan bertanggung jawab. Informasi selalu disampaikan bukan tergantung dari keinginan seseorang. “Hari ini menyampaikan informasi besok lusa mungkin tidak” penyampaian informasi yang demikian bersifat tidak konsisten dan tidak bertanggung jawab, karena akan menyesatkan masyarakat pemodal. Dan yang terakhir harus tepat waktu jangan sampai informasi yang disampaikan sudah basi atau sudah menjadi rahasia umum. Lihat Syprianus Aristeus, Op.Cit., hlm. 76-77. 194 Risa Vetri Ferman, Loc.Cit., hlm. 483. 195 Perhatikan juga bahwa perlunya mempertahankan sistem keterbukaan wajib sebagai dasar penerapan keterbukaan bagi BUMNBUMD berguna untuk mengatur pemberian informasi mengenai keadaan keuangan dan informasi lainnya kepada investor atau stakeholders. Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi I, Bandung: BooksTerrace Library, 2009, hlm. 196. dan kewajiban bagi setiap orang untuk 196 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 65 ayat 2 menyebutkan bahwa: “Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.” Lalu pada Penjelasan Pasal 65 ayat 2 menyatakan bahwa: “Hak atas informasi lingkungan hidup merupakan suatu konsekuensi logis dari hak berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup yang berlandaskan pada asas keterbukaan. memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup tersebut 197 . Oleh karena itu, setiap perusahaan publik atau emiten harus melaksanakan prinsip keterbukaan dalam menangani masalah perlindungan lingkungan hidup, sekaligus juga tidak boleh melakukan misrepresentation atau omission dan pernyataan-pernyataan yang menyesatkan investor berkaitan dengan keterbukaan masalah perlindungan lingkungan hidup ini. Misrepresentation adakalanya disebut juga dengan misstatement, yaitu suatu perbuatan yang membuat pernyataan yang salah, khususnya berkaitan dengan data internal yang dapat menyesatkan investor. Selain itu, pernyataan menyesatkan juga dapat muncul karena adanya omission, yaitu penghilangan informasi fakta material, baik dalam dokumen-dokumen maupun dalam perdagangan saham. Dengan demikian pelanggaran prinsip keterbukaan dalam bentuk “pernyataan menyesatkan” harus dipertanggungjawabkan secara hukum. 198 Keterbukaan perlindungan lingkungan hidup oleh setiap perusahaan publik wajib disampaikan kepada investor sepanjang masalah-masalah lingkungan hidup tersebut mengandung fakta material, yakni informasi atau fakta penting yang Hak atas informasi lingkungan hidup akan meningkatkan nilai dan efektivitas peran serta dalam pengelolaan lingkungan hidup, di samping akan membuka peluang bagi masyarakat untuk mengaktualisasikan haknya atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Informasi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat ini dapat berupa data, keterangan, atau informasi lain yang berkenaan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang menurut sifat dan tujuannya memang terbuka untuk diketahui masyarakat, seperti dokumen analisis mengenai dampak lingkungan hidup, laporan, dan evaluasi hasil pemantauan lingkungan hidup, baik pemantauan penataan maupun pemantauan perubahan kualitas lingkungan hidup dan rencana tata ruang.” 197 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 68 huruf menyebutkan bahwa: “Setiap orang yang melakukan usaha danatau kegiatan berkewajiban: a. memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka dan tepat waktu.” 198 Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi I, Op.Cit., hlm. 198. dapat mempengaruhi harga efek di Bursa Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut. 199 Gerard Caron memberikan pendapat mengenai masalah fakta materiel yang dimaksudkan dalam konteks lingkungan hidup berikut ini: 200 Lebih lanjut Caron mencatat: “disclosure is important because the potential for corporate liability based on environmental damage is substansial. Untuk itu, Caron mengutip pendapat pengadilan dalam kasus Texas Gulf Sulphur, bahwa: “the cental goal of the federal securities laws is to ensure that buyers and sellers of securities will be adequately informed of material information affecting the value of the securities traded ”. “Material facts include not only “information disclosing the earnings and distributions of a company but also those facts which affect the probable future of the company ...Thus, a publicly held corporation is required to disclose, for instance, legal proceedings instituted against it when there is a substantial likehood that reasonable investors would attach importance to that information in making their investment decisions. The general materiality standard may also mandate disclosure even where a claims has only been threatened against a corporation. Furthermore, this standard of disclosure may be satisfied where a corporation has a violated the law, and knows it is thereby subject to yet unasserted legal claims. ” 201 199 Pentingnya elemen fakta material dalam keterbukaan masalah-masalah lingkungan hidup dapat dicermati dari pendapat pengadilan dalam Grossman v. Waste Management, Inc, 589 F. Supp 395 N.D. III. 1984. Dalam Waste Management terdapat dakwaan pelanggaran berkenaan dengan kegagalan untuk mengungkapkan aspek lingkungan dan perbuatan melanggar hukum dalam pendaftaran di SEC, serta gagal untuk mengungkapkan pembukuan keuangan yang potensial atau Waste Management tidak menyampaikan fakta yang penting dan potensil berbahaya kepada publik. Selain itu, terdapat gugatan berkenaan dengan keterbukaan masalah-masalah lingkungan hidup adalah Endo v. Albertine, 812 F. Supp 1479 N.D. III. 1933. Pemegang saham menggugat laporan perusahaan yang dibuat dalam prospektus. Prospektus tersebut tidak memuat informasi fakta materiel yang berkaitan dengan tanggung jawab lingkungan hidup. Oleh karena itu, prospektus tersebut dikatakan sebagai suatu yang salah dan menyesatkan. Lihat Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 102-104. 200 Gerard A.Caron, SEC Disclosure Requirements for Contingent Environmental Liability, Boston College Environmental Affairs Law Review , Vol. 14, 1987, hlm. 732. 201 Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 102. Sejalan dengan pendapat tersebut. Bob Reid, pada waktu dia bekerja di perusahaan Shell, mengatakan bahwa tidak ada perusahaan yang memiliki masa depan yang aman, kecuali bila perusahaan tersebut peduli terhadap lingkungan hidup. Relevan dengan pendapat Reid tersebut, pialang James Capel bahkan menerbitkan indeks penghijauan. 202 Tuntutan pelaksanaan prinsip keterbukaan dalam hubungannya dengan perlindungan lingkungan hidup ini sangat kuat, mengingat bahaya yang dapat ditimbulkan dari kerusakan lingkungan hidup, seperti pencemaran dan kerugian lingkungan environmental damage and pollution . 203 Leo Herzel dan Richard Shepro juga mengatakan, bahwa dalam satu pandangan mengenai keterbukaan perlindungan lingkungan hidup environmental disclosure adalah lebih penting dibandingkan dengan keterbukaan tradisional perusahaan. 204 Kasus nyata yang terjadi di Amerika Serikat, dimana perusahaan Pacific Gas and Electric PGE Corporation yang mengetahui bahwa salah satu stasiun kompressornya di Hinckley telah mencemarkan air di daerah tersebut. Perusahaan itu tidak mengumumkannya tetapi justru meyakinkan para penduduk setempat degan memberikan laporan pemeriksaan air di Hinckley yang hasilnya menunjukkan bahwa air di daerah mereka aman untuk dikonsumsi. Akibatnya para pengguna air yang telah terkontaminasi menderita berbagai macam penyakit dan bahkan sampai meninggal dunia industrial poisoning. Kasus ini menjadi salah satu kasus corporate crime terbesar dengan penjatuhan sanksi pidana berupa 202 Ibid., hlm. 95. 203 Ibid. 204 Ibid. pembayaran ganti rugi dengan jumlah yang terbesar dalam sejarah Amerika Serikat. 205 b. Keterbukaan Merupakan Prinsip Good Corporate Governance Kasus ini juga dapat dikategorikan sebagai salah satu contoh dari pernyataan yang menyesatkan mengenai keterbukaan masalah perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penting untuk setiap perusahaan publik melaksanakan keterbukaan masalah perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup mengingat dampak yang timbul dapat mengakibatkan kerugian yang kompleks, baik bagi perusahaan itu sendiri, investor, pasar modal, masyarakat dan lingkungan hidup. Pengelolaan perusahaan yang baik good corporate governance adalah apabila organ-organ perseroan terbatas, yaitu RUPS, Komisaris, dan Direksi dalam menjalankan fungsinya selalu mengacu kepada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Anggaran Dasar Perusahaan, dan Peraturan Perusahaan. 206 Pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal sebenarnya telah memenuhi penerapan prinsip good corporate governance dengan memasukkan ketentuan mengenai keterbukaan informasi. Secara asumtif, jika GCG dan keterbukaan informasi terwujud dalam budaya perusahaan corporate Termasuk perusahaan publik yang juga menjalankan fungsinya harus sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Peraturan BAPEPAM, Peraturan Bursa Efek, dan ketentuan lainnya. 205 Bismar Nasution, Kejahatan Korporasi dan Pertanggungjawabannya, disampaikan dalam ceramah di jajaran Kepolisian Daerah Sumatera Utara, bertempat di Tanjung Morawa Medan, pada tanggal 27 April 2006, hlm. 1. 206 Erman Rajagukguk, Pengelolaan Perusahaan yang Baik: Tanggung Jawab Pemegang Saham, Komisaris dan Direksi , hlm. 28. culture yang sahamnya listing di bursa efek, tentunya akan menambah kepercayaan perusahaan confidence dan kepercayaan investor trust, yang pada gilirannya akan meningkatkan, memperkuat akuntabilitas pengelolaan perusahaan good management practices and good corporate citizenship, kinerja perusahaan dan pasar modal Indonesia. 207 Meluasnya kebutuhan terhadap GCG dilatarbelakangi oleh banyak hal, beberapa diantaranya yaitu berkembanganya equity market yang mengharuskan perusahaan dan pelaku pasar lainnya untuk lebih transparan, fair, dan terbuka dalam pembuatan keputusan perusahaan serta semakin meningkatnya keterlibatan masyarakat stakeholders baik langsung maupun tidak langsung, terkhusus kaitannya dengan lingkungan hidup. 208 Pengelolaan perusahaan yang baik good corporate governance , tidak hanya berarti mencari keuntungan sebesar-besarnya untuk perusahaan, tetapi juga menjalankan tanggung jawab sosial dari perusahaan corporate social responsibilities. Perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial, salah satu kewajibannya adalah untuk tidak merusak lingkungan. 209 Organization for Economic Cooperation and Development telah merumuskan paling sedikit 4 empat unsur penting dalam prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan corporate governance, yang semuanya bermuara pada prinsip keterbukaan disclosure. Keempat prinsip tersebut adalah: 210 1 fairness keadilan. Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk hak-hak pemegang saham minoritas dan para 207 M. Irsan Nasarudin, dkk, Op.Cit., hlm. 233. 208 I Putu Gede Ary Suta, Op.Cit., hlm. 435-436. 209 Erman Rajagukguk, Loc.Cit., hlm. 28. 210 Hamud M. Balfas, Op.Cit., hlm. 231-232. pemegang saham asing, serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor. 2 transparency transparansi. Mewajibkan adanya suatu informasi terbuka, tepat waktu serta jelas, dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan. 3 accountability akuntabilitas. Menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris. 4 responsibility pertanggungjawaban. Memastikan dipatuhinya peraturan serta kententuan yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial. Peran serta publik pada dunia usaha mendapat tempatnya di dalam industri pasar modal, karena perusahaan-perusahaan yang telah go public mendapatkan dananya dari masyarakat. Walaupun pengendali perusahaan biasanya masih tetap dipegang oleh segelintir orang, kepentingan masyarakat tetap merupakan bagian integral yang harus dipenuhi, mengingat mereka juga merupakan stakeholder dari perusahaan. 211 211 Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance: Mengesampingkan Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha , Jakarta: Kencana, 2008, hlm. 101. Berdasarkan Indonesian Code for Good Corporate Governance yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Indonesia tentang corporate governance policies pada bulan April 2001, memuat hal-hal yang bersangkutan dengan: 212 1 Pemegang saham dan hak mereka; 2 Fungsi Dewan Komisaris perusahaan; 3 Fungsi Direksi perusahaan; 4 Sistem audit; 5 Sekretaris perusahaan; 6 The stakeholders; 7 Prinsip pengungkapan informasi perusahaan secara transparan; 8 Prinsip kerahasiaan; 9 Etika bisnis dan korupsi; dan 10 Perlindungan terhadap lingkungan hidup. Berkaitan dengan perlindungan terhadap lingkungan hidup, direksi wajib menjaga agar perusahaan dan sarana produksinya selalu mematuhi ketentuan hukum yang bersangkutan dengan perlindungan lingkungan hidup dan kesehatan, baik perlindungan bagi karyawan maupun masyarakat sekitar. 213 Keterbukaan atau transparansi merupakan prinsip dari good corporate governance yang diakomodasikan ke dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. 214 212 Siswanto Sutojo dan E. John Aldridge, Good Corporate Governance Tata Kelola Perusahaan Yang Sehat , Jakarta: PT. Damar Mulia Pustaka, 2008, hlm. 23-24. 213 Ibid., hlm. 28. 214 M. Irsan Nasarudin, dkk, Op.Cit., hlm. 236. Perusahaan publik perlu dan harus dalam menyampaikan keterbukaan disclosure atas informasi dan fakta material yang terjadi oleh perusahaan walaupun informasi yang disampaikan merupakan informasi buruk bad news dalam keterbukaan nantinya dapat menyebabkan turunnya harga saham perusahaan publik tersebut, sehingga secara tidak langsung sebenarnya dapat menurunkan shareholder value yang harus dicapai oleh direksi. 215 Keterbukaan perusahaan sangat diperlukan agar masyarakat investor mengetahui dengan pasti apa yang dikerjakan oleh direksi perusahaan dan ke arah mana perusahaan tersebut bergerak. Kewajiban membuka informasi bagi perusahaan publik terhadap masyarakat ditujukan juga demi pertumbuhan pasar modal. 216 Tanggung jawab lingkungan juga telah berkembang dengan ukuran yang begitu luas dimana hal ini menjadi penting sebagai pertimbangan investor untuk membeli, menjual, atau menahan saham pada perusahaan publik tersebut. 217 Ketentuan mengenai tanggung jawab perusahaan publik atau emiten dalam melaksanakan kewajiban prinsip keterbukaan terdapat dalam Pasal 80 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Berdasarkan Pasal 80 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal ditegsakan bahwa terdapat empat kelompok orangpihak yang dapat dimintakan pertanggungjawaban sehubungan dengan informasi yang dimuat dalam suatu pernyataan pendaftaran yang disampaikan kepada BAPEPAM Sekarang OJK dalam suatu penawaran umum. 218 Keempat kelompok tersebut adalah: 219 1 Setiap Pihak yang menandatangani pernyataan pendaftaran; 215 Shareholders value adalah konsep yang menggambarkan bahwa tujuan dari manajemen perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan yang tergambar dari meningkatnya harga saham perusahaan tersebut. Baca dalam Hamud M. Balfas, Op.Cit., hlm. 210. 216 Yulfasni, Hukum Pasar Modal, Jakarta: Badan Penerbit IBLAM, 2005, hlm. 72. 217 John W Bagby, Paula C. Murrray dan Eric T Andrews, How Green Was My Balance Sheet?: Corporate Liability and Environmental Disclosure , Virginia Evironmental Law Journal, Vol. 14, 1995, hlm. 35. 218 Hamud M. Balfas, Op.Cit., hlm. 401. 219 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 80 ayat 1. 2 Direktur dan komisaris Emiten pada waktu Pernyataan Pendaftaran menjadi efektif; 3 Penjamin Pelaksana Emisi Efek; dan 4 Profesi Penunjang Pasar Modal atau Pihak lain yang memberikan pendapat atau keterangan dan atas persetujuannya dimuat dalam Pernyataan Pendaftaran. Keempat kelompok ini oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dinyatakan wajib bertanggung jawab, baik secara sendiri- sendiri maupun bersama-sama, atas kerugian yang timbul apabila pernyataan pendaftaran yang disampaikan dalam rangka penawaran umum tersebut memuat informasi yang tidak benar mengenai fakta material atau tidak memuat informasi tentang fakta material sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya sehingga informasi dimaksud menyesatkan. 220 Berdasarkan ketentuan di atas, maka dapat ditafsirkan bahwa emiten atau perusahaan publik memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan kewajiban prinsip keterbukaan. Tanggung jawab perusahaan publik atas kewajiban keterbukaan mandatory disclosure tersebut dibebankan kepada direksi seperti yang disebutkan dalam Pasal 80 ayat 1 pada huruf b dan sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang menyatakan bahwa direksi mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. 221 220 Hamud M. Balfas, Op.Cit., hlm. 401. 221 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1 angka 5 jo Pasal 92 ayat 1 dan ayat 2. Ketentuan lebih lanjut diatur dalam Pasal 97 ayat 2 yang menentukan direksi wajib melakukan pengurusan perseroan dengan itikad baik duty of care dan penuh tanggung jawab duty of loyalty sebagaimana prinsip fiduciary duty. 222 Hal yang sama juga dibebankan kepada dewan komisaris. Pada Pasal 108 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa dewan komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi nasihat kepada direksi. 223 Pada dasarnya, pelaksanaan keterbukaan di pasar modal dilakukan melalui 3 tiga tahap, yaitu: 224 1 Keterbukaan pada saat melakukan penawaran umum primary market level yang didahului dengan pengajuan pernyataan pendaftaran emisi ke BAPEPAM Sekarang OJK dengan menyertakan semua dokumen penting yang dipersyaratkan dalam Peraturan Nomor IX.C.1. tentang Pedoman Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran antara lain: prospektus, laporan keuangan yang telah diaudit akuntan, perjanjian emisi, legal opinion , dan sebagainya. 2 Keterbukaan setelah emiten mencatat dan memperdagangkan efeknya di bursa secondary market level. Emiten wajib menyampaikan laporan 222 Ibid., Pasal 97 ayat 2. 223 Ibid., Pasal 108 ayat 1 jo Pasal 114 ayat 2 yang menyatakan bahwa: “Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 ayat 1 untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.” 224 M. Irsan Nasarudin, dkk, Op.Cit., hlm. 236. keuangan secara berkala dan terus menerus continuously disclosure kepada BAPEPAM Sekarang OJK dan Bursa, termasuk laporan keuangan berkala yang diatur dalam Peraturan Nomor X.K.2. 3 Keterbukaan karena terjadi peristiwa penting dan laporannya harus disampaikan secara tepat waktu timely disclosure, yakni peristiwa yang dirinci dalam Peraturan Nomor X.K.1. Pelaksanaan prinsip keterbukaan yang paling awal dalam mekanisme pasar modal sudah dimulai pada saat perusahaan memasuki tahap pra-pencatatan pernyataan pendaftaran. 225 Dalam kedua Peraturan BAPEPAM di atas mengatur mengenai kewajiban perusahaan publik atau emiten dalam mempersiapkan pernyataan pendaftaran yang dibantu oleh profesi penunjang pasar modal Tanggung jawab perusahaan perusahaan publik atau emiten dalam melaksanakan keterbukaan perlindungan lingkungan hidup sebelum pernyataan pendaftaran menjadi efektif diatur dalam Peraturan BAPEPAM No. IX.B.1 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Perusahaan Publik dan Peraturan BAPEPAM No. IX.C.1 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran dalam Rangka Penawaran Umum. 226 225 Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 91. 226 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 64 ayat 1 menyebutkan bahwa: “Profesi Penunjang Pasar Modal terdiri dari: a. Akuntan; b. Konsultan Hukum; c. Penilai; d. Notaris; dan e. Profesi lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.” yaitu konsultan hukum untuk melakukan legal audit atau legal due diligence. Legal audit yang dilakukan berkaitan dengan aspek perusahaan yang diperlukan dalam menjalankan kegiatan usahanya dalam hal perlindungan lingkungan hidup yaitu kelengkapan persyaratan administrasi, diantaranya berupa izin lingkungan, izin-izin usaha, Undang-Undang Gangguan, pengolahan limbah, dan juga analisis mengenai dampak lingkungan. 227 Setelah pernyataan pendaftaran dinyatakan efektif oleh BAPEPAM Sekarang OJK, maka perusahaan publik atau emiten memiliki tanggung jawab melaksanakan kewajiban keterbukaan dalam menyampaikan informasi penting yang berkaitan dengan tindakan atau efek perusahaan tersebut pada waktu yang tepat kepada BAPEPAM Sekarang OJK dan masyarakat dalam bentuk laporan berkala dan laporan peristiwa penting. 228 Karena pentingnya informasi-informasi ini dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi, maka emiten wajib menyediakan secara berkelanjutan terus menerus informasi tersebut yaitu sepanjangan emiten masih merupakan perusahaan publik. 229 Emiten yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif mempunyai kewajiban menyampaikan laporan keuangan secara berkala yang terdiri dari laporan tahunan dan laporan tiap semester. 230 227 Asril Sitompul, Op.Cit., hlm. 57. 228 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 86 ayat 1 yang menyebutkan bahwa: “Emiten yang Pernyataan Pendaftarannya telah menjadi efektif atau Perusahaan Publik wajib: a. menyampaikan laporan secara berkala kepada Bapepam dan mengumumkan laporan tersebut kepada masyarkat; dan b. menyampaikan laporan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat tentang peristiwa material yang dapat mempengaruhi harga Efek selambat-lambatnya pada akhir kerja ke-2 kedua setelah terjadinya peristiwa tersebut.” Lihat juga pada M. Irsan Nasarudin, dkk, Op.Cit., hlm. 226. 229 Hamud M. Balfas, Op.Cit., hlm. 208. 230 Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 152. Keterbukaan berkala yang diwajibkan atas emiten atau tersebut tidak hanya menyangkut laporan keuangan tetapi juga menyangkut informasi lain mengenai jalannya perusahaan emiten. 231 Tanggung jawab perusahaan publik atau emiten dalam melaksanakan kewajiban keterbukaan informasi secara berkala berkaitan dengan perlindungan lingkungan hidup diatur dalam Peraturan BAPEPAM No.X.K.6 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. Ketentuan ini mengatur mengenai penyampaian laporan tahunan yang wajib memuat isi tentang tanggung jawab sosial perusahaan 232 Mengenai pelaporan peristiwa penting insidentil, emiten atau perusahaan publik wajib menyampaikan peristiwa-peristiwa material yang dapat mempengaruhi harga saham kepada BAPEPAM Sekarang OJK atau masyarakat, harus segera dilaporkan paling lambat akhir hari kerja kedua setelah keputusan atau terjadinya suatu peristiwa. Selanjutnya, rincian dari informasi atau fakta material mengenai peristiwa yang harus segera dilaporkan emiten atau perusahaan , meliputi kebijakan, jenis program, dan biaya yang dikeluarkan dimana salah satu aspeknya adalah lingkungan hidup. Selanjutnya dijelaskan bahwa emiten atau perusahaan publik dapat menyampaikan informasi tersebut pada laporan tahunan atau laporan tahunan tersendiri seperti laporan keberlanjutan sustainability report atau laporan tanggung jawab sosial perusahaan corporate social responsibility report. Selain itu, perusahaan publik atau emiten juga harus menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan Perubahan Peraturan BAPEPAM Nomor VII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik. 231 Hamud M. Balfas, Op.Cit., hlm. 209. 232 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 66 ayat 2. publik yang telah diatur dalam Peraturan BAPEPAM No. X.K.1 tentang Keterbukaan Informasi yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik, yaitu sebagai berikut: 233 1 Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau pembentukan usaha patungan; 2 Pemecahan saham atau pembagian dividen saham; 3 Pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya; 4 Perolehan atau kehilangan kontrak penting; 5 Produk atau penemuan baru yang berarti; 6 Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen; 7 Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran Efek yang bersifat utang; 8 Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang material jumlahnya; 9 Pembelian, atau kerugian penjualan aktiva yang material; 10 Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting; 11 Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direktur dan komisaris perusahaan; 12 Pengajuan tawaran untuk pembelian Efek perusahaan lain; 13 Penggantian Akuntan yang mengaudit perusahaan; 14 Penggantian Wali Amanat; 15 Perubahan tahun fiscal perusahaan. Sesuai dengan rincian yang telah dikemukakan di atas, tidak ada satu pun ketentuan yang ditemukan dalam informasi atau fakta material yang harus diumumkan segera kepada publik berkaitan dengan keterbukaan masalah perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, khususnya mengenai pencemaran dan kerusakan lingkungan. 234 233 Peraturan BAPEPAM Nomor X.K.1 tentang Keterbukaan Informasi yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik. 234 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1 angka 14 menyebutkan bahwa: “Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy, danatau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.” Pasal 1 angka 17 menyebutkan bahwa: “Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung danatau tidak langsung terhadap sifat, fisik danatau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.” Jika ditinjau lebih lanjut, sebenarnya keterlambatan perusahaan dalam melaporkan pertanggungjawaban berupa kerusakan lingkungan merupakan pelanggaran kewajiban pengungkapan yang sebanding dengan kegagalan total untuk mengungkapkan informasi material. 235 Menurut J. Barros dan J.M. Johnston, terdapat 4 empat kriteria kegiatan yang erat kaitannya dengan aktivitas pembangunan yang dilakukan manusia, yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan, yaitu: 236 1 Kegiatan-kegiatan industri, dalam bentuk limbah, zat-zat buangan yang berbahaya seperti logam berat, zat radio aktif dan lain-lain; 2 Kegiatan pertambangan, berupa terjadinya perusakan instalasi, kebocoran, pencemaran buangan penambangan, pencemaran udara dan rusaknya lahan bekas pertambangan; dan 3 Kegiatan transportasi, berupa kepulan asap, naiknya suhu udara kota, kebisingan kendaraan bermotor, tumpahan bahan bakar, berupa minyak bumi dari kapal tanker; dan 4 Kegiatan pertanian, terutama akibat residu pemakaian zat-zat kimia untuk memberantas serangga, tumbuhan penggangu, seperti insektisida, pestisida, herbisida, fungisida, dan juga pemakaian pupuk anorganik. Berdasarkan penjelasan di atas mengenai tanggung jawab perusahaan publik dalam melaksanakan keterbukaan informasi berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang dibebankan kepada direksi dan dewan komisaris, berarti manakala suatu perusahaan publik telah beroperasi secara tidak layak dengan melakukan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup atau 235 Gerard A.Caron, Loc.Cit., hlm. 750. 236 Deni Bram, Hukum Lingkungan Hidup, Bekasi: Gramata Publishing, 2014, hlm. 8 memberikan penyataan informasi yang menyesatkan berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, sehingga merugikan pihak ketiga atau bahkan merugikan pemegang saham investor adalah tepat bila pihak direksi sebagai eksekutif perusahaan dan dewan komisaris sebagai pengawas dimintakan pertanggungjawabanya berdasarkan doktrin fiduciary duty 237 , kecuali apabila direksi dan dewan komisaris tersebut telah menjalankan tugasnya dengan benar sesuai dengan prinsip-prinsip bisnis yang layak business judgement rule . 238 Mengenai peraturan pasar modal di Indonesia yang mengatur tanggung jawab perusahaan publik dalam melaksanakan keterbukaan masalah perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia seharusnya dapat sejajar dengan peraturan yang berlaku di pasar modal Amerika Serikat. Saat ini, peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan masalah-masalah lingkungan hidup di pasar modal Amerika adalah tindakan SEC mengadopsi sistem keterbukaan secara 237 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 97 ayat 3 menyebutkan bahwa: “Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2.” Pasal 97 ayat 4 menyebutkan bahwa: “Dalam hal direksi terdiri dari atas 2 dua anggota Direksi atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Direksi.” Selanjutnya hal yang sama mengenai pertanggungjawaban untuk Dewan Komisaris diatur dalam Pasal 114 ayat 3 jo ayat 4. 238 Munir Fuady, Doktrin-doktrin Modern dalam Corporate Law dan Eksistensinya dalam Hukum Indonesia , Bandung: Citra Aditya Bakti, 2014, hlm. 185-186. Lihat juga dalam Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 97 ayat 5 menyebutkan bahwa: “Anggota Direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 apabila dapat membuktikan: a. kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; b. telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan; c. tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan d. telah mengambil tindakan untuk timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.” Hal yang sama mengenai Dewan Komisaris diatur dalam Pasal 114 ayat 5. komprehensif pada tahun 1982. Di samping itu, SEC juga memodifikasi syarat- syarat untuk keterbukaan masalah-masalah lingkungan hidup serta menetapkan syarat-syarat keterbukaan yang berlaku saat ini bagi perusahaan yang melaporkan. 239 Ketika mengundangkan Securities Act of 1933 dan Securities Exchange Act of 1934 240 , kongres memberikan kuasa kepada SEC dengan wewenang dalam menentukan kaedah-kaedah dan keperluan peraturan-peraturan untuk menjalankan undang-undang. 241 Berdasarkan wewenang tersebut, dalam rangka memfasilitasi keseragaman sehubungan dengan kewajiban keterbukaan perusahaan, SEC mengundangkan Regulation S-K, yang berisi beberapa ketentuan yang secara khusus membahas persyaratan keterbukaan lingkungan hidup. 242 Terdapat 4 empat Item dari Regulation S-K yang mengatur persyaratan berkenaan dengan keterbukaan tanggung jawab lingkungan hidup yang sebagian besar berpotensi dalam keterbukaan masalah perubahan iklim. 243 239 Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 100. 240 Securities Act of 1933 bertujuan adalah untuk menjamin penerapan prinsip keterbukaan semua fakta material dalam penawaran saham, untuk mencegah penipuan dan misrepresentasi dalam penawaran atau penjualan saham. Sedangkan Securities Exchange Act of 1934 bertujuan untuk mencakup semua aspek dari transaksi pasar modal. Perbedaan di antara keduanya adalah Securities Act of 1933 difokuskan kepada pendistribusian sekuritas, sementara Securities Exchange Act of 1934 ini menekankan pada registrasi sekuritas dan pelaporan syarat-syarat untuk menerbitkan saham. Lihat dalam M. Irsan Nasarudin, dkk, Op.Cit., hlm. 58-59. 241 Risa Vetri Ferman, Loc.Cit., hlm. 486. 242 Timothy Riley dan Cai Huiyan, Unmasking Chinese Business Enterprises: Using Information Disclosure Laws to Enhance Public Participation in Corporate Environmental Decision Making , Harvard Environmental Law Review, Vol. 33, 2009, hlm. 199. , yaitu Item 101 243 Diambil dari Securities and Exchange Commission, Commission Guidance Regarding Disclosure Related to Climate Change ; Final Rule Federal Register, Vol. 75, No. 25, 2010, hlm. 6293., http:www.sec.govrulesinterp201033-9106fr.pdf , diakses pada tanggal 10 Januari 2015. berhubungan dengan penjelasan bisnis perusahaan Description of Business 244 , Item 103 berhubungan dengan proses hukum Legal Proceedings 245 , dan Item 303 berhubungan dengan diskusi manajemen dan analisis keuangan dan hasil- hasil operasi Management’s Discussion and Analysis MDA of Financial Condition and Results of operations 246 , serta Item 503c berhubungan dengan faktor risiko Risk Factors 247 Bagi emiten swasta asing, kewajiban keterbukaan berdasarkan Securities Act of 1933 dan Securities Exchange Act of 1934, terutama mengenai persyaratan keterbukaan diatur dalam Form 20-F dan tidak berdasarkan Regulation S-K. Form 20-F mengharuskan emiten swasta asing untuk melaksanakan keterbukaan . 244 Item 101 mengharuskan perusahaan untuk melaksanakan keterbukaan biaya pengendalian pencemaran sesuai dengan hukum lingkungan pada ketetapan-ketetapan federal, negara bagian, dan lokal jika biaya tersebut akan memiliki dampak ekonomi yang signifikan pada perusahaan atau anak perusahaan. Dampak material dapat terjadi ketika ada pengeluaran yang signifikan untuk pembiayaan-pembiayaan modal atau efek material terhadap pendapatan atau posisi kompetitif. Lihat Robert H. Feller, Environmental Disclosure and the Securities Laws, Boston College Environmental Affairs Law Review , Vol. 22, 1995, hlm. 229. 245 Item 103 mengatur keterbukaan yang diinstruksikan SEC, khusus mengenai keterbukaan proses hukum berhubungan dengan lingkungan terlepas dari aturan umum yang mengatur keterbukaan proses hukum. Perusahaan harus melaksanakan keterbukaan proses administrasi atau pengadilan 1 material terhadap kondisi bisnis atau keuangan perusahaan 2 melibatkan suatu klaim yang melebihi sepuluh persen dari aset perusahaan 3 melibatkan pihak pemerintah dan tuntutan atas kerusakan yang melebihi 100,000. Lihat Robert H. Feller, Loc.Cit., hlm. 229. 246 Item 303 mengharuskan perusahaan untuk mengidentifikasi tren yang diketahui atau ketidakpastian yang dapat mengakibatkan perubahan material ke likuiditas perusahaan. Ini mencakup diskusi informasi pada setiap masalah lingkungan yang secara material mempengaruhi operasi perusahaan atau keuangan pada saat sekarang dan masa tahun depan. Lihat Michael David Lichtenstein, Environmental Financial Disclosures-Public Disclosure of Environmental Liabilities and The Potential Impact of Global Warming , Bloomberg Corporate Law Journal, Vol. 3, 2008, hlm. 381. 247 Item 503c mengharuskan perusahaan untuk memberikan daftar faktor yang membuat investasi spekulatif atau berisiko. Keterbukaan tersebut harus dengan jelas menyatakan risiko dan menspesifikasikan bagaimana risiko tertentu yang mempengaruhi perusahaan. Lihat Ben T. Keller, The SEC Reporting Guidelines for Climate Change Disclosures and the Responsive Disclosures of Coal Producers , American Bar Association Section of Environment, Energy, and Resources, 40 th Annual Conference on Environmental Law , 2011, hlm. 4., diambil dari http:www.wyattfirm.comuploads178docaba_keller.pdf , diakses pada tanggal 10 Januari 2015. mengenai masalah perubahan iklim yang merupakan informasi material pada bisnisnya. 248 248 Diambil dari Securities and Exchange Commission, Commission Guidance Regarding Disclosure Related to Climate Change ; Final Rule Federal Register, Vol. 75, No. 25, 2010, hlm. 6295., Pertama , Item 3.D mengharuskan emiten swasta asing untuk mengungkapkan risiko materialnya. Kedua, Item 4.B.8 mengharuskan emiten swasta asing untuk menjelaskan dampak material peraturan pemerintah pada bisnis dan mengidentifikasi badan pengawas tertentu. Ketiga, Item 4.D mengharuskan emiten swasta asing untuk menjelaskan setiap isu lingkungan yang dapat mempengaruhi pemanfaatan perusahaan dari asetnya. Keempat, Item 5 mengharuskan penjelasan manajemen dari faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan untuk masa sebelumnya yang dicakup dalam laporan keuangan, dan manajemen penilaian faktor dan tren yang diantisipasi memiliki dampak material terhadap kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan di masa mendatang. Kelima, Item 8.A.7 mengharuskan emiten swasta asing untuk memberikan informasi pada setiap proses hukum atau arbitrase, termasuk proses pemerintah, yang mungkin memiliki atau telah di masa lalu, dampak yang siginifikan terhadap posisi keuangan atau profitabilitas perusahaan. Selain itu formulir pernyataan pendaftaran bagi emiten swasta asing berdasarkan Forms F-1 dan F-3, juga mengharuskan emiten swasta asing memberikan informasi, termasuk keterbukaan faktor risiko, sesuai dengan Item 503 pada Regulation S-K.” http:www.sec.govrulesinterp201033-9106fr.pdf , diakses pada tanggal 10 Januari 2015. Kongres dan pemerintah Amerika juga mengeluarkan Undang-Undang yang mengubah dan menambah Undang-Undang Sekuritas Amerika Serikat, yaitu The Sarbanes-Oxley Act of 2002. 249 The Sarbanes-Oxley Act of 2002 membentuk sebuah sistem peningkatan tanggung jawab dan akuntabilitas perusahaan publik termasuk juga dampak akuntansi dan keterbukaan informasi lingkungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan sebagai berikut 250 Pada section 404 dari The Sarbanes-Oxley Act of 2002, mengharuskan perusahaan untuk membangun program pengendalian internal untuk memastikan bahwa penipuan dan ketidakakuratan dihindari dalam pengumpulan, pengolahan dan keterbukaan informasi keuangan perusahaan, termasuk tanggung jawab terhadap lingkungan. Selanjutnya pada Section 302a The Sarbanes-Oxley Act of 2002 mengharuskan bahwa CEO Chief Executife Officer dan CFO Chief Financial Officer menerangkan dengan sebenarnya mengenai efektivitas kontrol keuangan perusahaan dan laporan keuangan yang cukup mewakili dalam situasi : “Recent corporate financial scandals involving Enron, WorldCom, Arthur, Andersen, and others have heightened awareness of the need to revisit corporate accountability. Congressional response in the form of the passage of the Sarbanes-Oxley of 2002 raises questions about transparency of corporate environmental disclosure. Over the years, corporations have selectively disclosed their environmental performance. In the past, corporate environmental disclosure was driven by three things: environmental compliance statutes, federal securities law, and public relations. Corporations sought to positively influence investor and public opinion of their environmental record through the use of the “green report”; typically a glossy, unedited showcase of corporate environmental good deeds. However, the Enron scandal and Sarbanes-Oxley are likely to change what corporations disclose as to their environmental matters .” 249 Asril Sitompul, Op.Cit., hlm. 214. 250 Erman Rajagukguk, Peranan Hukum dalam Mendorong BUMN Meningkatkan Pendapatan Negara dan Kesejahteraan Rakyat , disampaikan pada pertemuan yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-Undangan Departemen Hukum dan HAM RI, Jakarta 28 Juli 2008, hlm. 20-22. keuangan perusahaan yang memuat semua hal yang bersifat material, tanpa omission pada material, dengan meningkatkan akuntabilitas hukum dari CEOs dan CFOs untuk persiapan laporan keuangan. 251 Selain itu The Financial Accounting Standards Board FASB telah menetapkan standar dan prinsip yang mewajibkan perusahaan publik dan auditor dalam menyampaikan laporan keuangan perusahaan, untuk menentukan kapan tanggung jawab lingkungan tertentu harus diungkapkan kepada publik. 252 Keterbukaan masalah perubahan iklim sedang meningkat. Perusahaan harus berhati-hati untuk mengevaluasi semua implikasi perubahan iklim pada masa sekarang dan masa depan pada kinerja bisnis mereka. Perkembangan terakhir, kongres sedang meningkatkan tekanan pada SEC untuk berhati-hati dalam mengevaluasi dan meninjau keterbukaan lingkungan dan perubahan iklim, yang lebih signifikan berdampak kepada pemegang saham dan investor lainnya juga. 253 SEC juga menyediakan panduan interpretatif bagi perusahaan publik untuk persyaratan keterbukaan berkaitan dengan perubahan iklim. Panduan penafsiran ini tidak menciptakan persyaratan hukum baru atau mengubah mapan, melainkan panduan ini menjelaskan apa yang perlu perusahaan publik untuk ungkapkan. 254 251 Diambil dari Bill Hanson, Chuck Kent, Christine Lee dan Chiara Trabucchi, Preliminary Summary of Financial Accounting Standards for Environmental Liabilities, Intangible Assets and Climate Change Risk , US EPA Archive Document , 2008, hal 10-11., http:www.epa.govosemfinanciale-disclosure.pdf , diakses pada tanggal 10 Januari 2015. 252 Michael David Lichtenstein, Loc.Cit., hlm. 381 253 Ibid., 388. 254 Nickolas M. Boecher, SEC Interpretive Guidance for Climate Related Disclosures, Washington College of Law Journals Law Review , Vol. 10, 2010, hlm. 43. Peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan di pasar modal Amerika Serikat, yang di dalamnya termasuk ketentuan untuk menjaga kualitas lingkungan hidup, perlu dicemati untuk dipikirkan pemberlakuannya di pasar modal Indonesia. Sebab pada waktu sekarang ini di Amerika Serikat melalui penekanan SEC tentang keterbukaan perlindungan lingkungan hidup telah menghasilkan insentif baik untuk perlindungan lingkungan maupun untuk integritas pasar modal. 255 2. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Isu tanggung jawab sosial perusahaan corporate social responsibility adalah suatu topik yang berkenaan dengan etika bisnis. Dengan kata lain, etika bisnis adalah bentuk etika terapan yang tidak hanya menyangkut analisis norma- norma moral dan nilai-nilai moral, tetapi juga menerapkan konklusi analisis ini terhadap lembaga-lembaga, teknologi, transaksi, aktivitas-aktivitas yang kita sebut bisnis. 256 Isi tanggung jawabnya dalam konteks ekonomi dan bisnis adalah melestarikan lingkungan hidup atau memanfaatkan sumber daya alam demikian rupa sehingga kualitas lingkungan tidak dikurangi, tetapi bermutu sama seperti sebelumnya. Kegiatan ekonominya harus memungkinkan pembangunan berkelanjutan. 257 255 Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 188. 256 Bismar Nasution, Aspek Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, disampaikan pada “Semiloka Peran dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap Masyarakat Lokal Wilayah Operasional Perusahaan Perspektif Hak Asasi Manusia”, diselenggarakan oleh Komisi Hak Asasi Manusia Riau Pekanbaru, tanggal 23 Februari 2008, hlm. 1-2. 257 K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, Yogyakarta: Kanisius, 2000, hlm. 326. Dikatakan juga bahwa pentingnya CSR terkait dengan peran strategis dari korporasi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan sustainable development yang berbasis pada keberlanjutan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan. The World Business Council for Sustainable Development WBCSD mendefinisikan CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan, sebagai “Continuing Masalah lingkungan hidup merupakan tanggung jawab sosial bagi korporasi sebagai legal entity untuk mempertahankan eksistensinya dan sudah selayaknya mengimplementasikan apa yang menjadi tujuan sosial perusahaannya. 258 Hal ini didasari pada salah satu teori yang terkenal yang dikemukakan oleh John Elkington yaitu teori triple bottom line dalam istilah economic prosperity, environmental quality dan social justice. 259 Oleh karena bisnis berkepentingan untuk bertahan dalam jangka panjang, perusahaan mana pun harus memperhitungkan dengan serius dampak dari kegiatan bisnisnya terhadap lingkungan hidup. 260 Selain mengejar keuntungan profit, perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat people dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan planet. 261 commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large ”. Komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. Lihat Martono Anggusti, Op.Cit., hlm. 11-12. 258 Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm. 19. 259 Gunawan Widjaja dan Yeremia Ardi Pratama, Op.Cit., hlm. 33. 260 A. Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup, Op.Cit., hlm. 59-60. 261 Gunawan Widjaja dan Yeremia Ardi Pratama, Op.Cit., hlm. 33. Secara negatif itu berarti suatu perusahaan harus menjalankan kegiatan bisnisnya sedemikian rupa sehingga tidak sampai merugikan pihak-pihak tertentu dalam masyarakat. Sedangkan secara positif itu berarti suatu perusahaan harus menjalankan kegiatan bisnisnya sedemikian rupa sehingga pada akhirnya akan dapat menciptakan suatu masyarakat yang baik dan sejahtera. 262 Untuk memperkokoh komitmen dalam tanggung jawab sosial, perusahaan memang perlu memiliki pandangan bahwa CSR adalah investasi masa depan. Artinya, CSR bukan dilihat sebagai sentra biaya cost centre, melainkan sentra laba profit centre di masa mendatang. Selain itu, jika perusahaan ingin eksis dan akesptabel maka harus disertakan pula tanggung jawab kepada lingkungan, tidak hanya peduli pada sisi ekonomi dan sosial saja, sebagai salah satu unsur dari triple bottom line yaitu planet. 263 Hubungan kita dengan lingkungan adalah hubungan sebab-akibat, dimana jika kita merawat lingkungan, maka lingkungan pun akan memberikan manfaat kepada manusia. Sebaliknya, jika manusia merusaknya, maka umat manusia akan menerima akibatnya. 264 Oleh karena itu, beberapa peranan yang diharapkan terhadap korporasi di dalam proses modernisasi atau pembangunan, di antaranya memperhatikan dan membina kelestarian kemampuan sumber daya alam dan lingkungan hidup. 265 Dalam melaksanakan kegiatan CSR di bidang lingkungan, perusahaan dapat memilih beberapa bidang kegiatan CSR sebagai berikut: 266 a. Produksi Bersih Cleaner Production b. Konservasi Energi dan Sumber Daya Alam c. Kantor Ramah Lingkungan Eco Office 262 A. Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, Yogyakarta: Kanisius, 1998, hlm. 122. 263 Martono Anggusti, Op.Cit., hlm. 29. 264 Ibid., hlm. 30. 265 Alvi Syahrin, Op.Cit., hlm. 27. 266 Diambil dari Petunjuk Pelaksanaan CSR Bidang Lingkungan 2012, http:www.menlh.go.idDATAcsr_pi-2012Petunjuk_Pelaksanaan_CSR_Bidang_Lingkungan , hlm. 8-9, diakses pada tanggal 10 Januari 2015. d. Pengelolaan Sampah Melalui Reduce, Reuse, Recycle 3R e. Energi Terbarukan f. Adaptasi Perubahan Iklim g. Pendidikan Lingkungan Hidup Dengan pelaksanaan kegiatan CSR, sebenarnya perusahaan telah menerapkan prinsip kehati-hatian yang berangkat dari ide pencegahan lebih baik daripada mengobati. Dengan demikian, elemen kunci dari pendekatan pencegahan apabila dilihat dari perspektif bisnis adalah untuk efisiensi dan efektivitas. Dalam hal ini, perusahaan atau korporasi akan lebih menghemat biaya untuk mengambil tindakan dini dalam hal memastikan bahwa kerusakan lingkungan tidak terjadi. 267 Karena pentingnya informasi, maka hampir semua negara maju menata informasi dengan sistem manajemen yang sebaik-baiknya modern management system . Disadari atau tidak, dewasa ini informasi sudah merupakan sumber daya pokok untuk semua aspek kehidupan. Mulai dari aspek-aspek manajemen teknologi-pembangunan, ekonomi, sosial, pendidikan, kehidupan bermasyarakat, hingga pengembangan budaya, adat istiadat, agama, dan lainnya. Semua hal itu sesuai dengan apa yang dikatakan oleh John Naisbit bahwa semua dunia dapat disatukan menjadi bagian “kecil” karena teknologi informasi. Tidak ada lagi yang tertutup, dan semua ketertutupan data atau kondisi dapat disingkap untuk dikelola, diperbaiki, dikendalikan, dikembangkan, dan diresikel daur ulang, tidak terkecuali dalam masalah-masalah pengelolaan lingkungan. 268 267 Kristian, Hukum Korporasi Ditinjau Dalam The United Nations Global Compact Suatu Pengantar Bandung: Nuansa Aulia, 2014, hlm. 173. 268 N.H.T. Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan Edisi Kedua, Jakarta: Erlangga, 2004, hlm. 218. Salah satu informasi yang sering diminta untuk diungkapkan perusahaan saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri dapat digambarkan sebagai ketersediaan informasi keuangan dan non keuangan berkaitan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya yang dapat dibuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan sosial terpisah. Karakteristik operasi perusahaan yang menghasilkan dampak sosial yang tinggi akan menuntut pemenuhan tanggung jawab sosial yang lebih tinggi pula. Pelaksanaan tanggung jawab sosial akan disosialisasikan kepada publik melalui pengungkapan sosial dalam laporan tahunan. Pengungkapan keuangan perusahaan yang sahamnya diperdagangkan kepada publik dapat digunakan untuk menginformasikan secara efektif kepada publik tentang kewajiban lingkungan, yang memungkinkan masyarakat untuk berinvestasi dalam mengembangkan perusahaan mencapai tujuan nasional di bidang lingkungan. Dengan demikian, pengungkapan keuangan dari kewajiban lingkungan dapat menyediakan pasar berbasis insentif bagi perusahaan untuk mematuhi hukum lingkungan. 269 Isu semakin relevan lagi dengan kecenderungan menguatnya peran pasar, khususnya pasar global. Ketika pasar global mempunyai sensitivitas tinggi terhadap isu lingkungan hidup, sementara masyarakat warga sangat getol memperjuangkan kepentingan lingkungan hidup, bisnis yang prudent harus dengan sendirinya mempertimbangkan secara serius dampak kegiatannya 269 John W Bagby, Paula C. Murrray dan Eric T Andrews, Loc.Cit., hlm. 14. terhadap lingkungan hidup. Dengan demikian, lingkungan hidup menjadi pertimbangan inheren dalam setiap kebijakan bisnis, bukan karena pentingnya lingkungan hidup pada dirinya sendiri melainkan karena kelangsungan bisnis tergantung dari kepeduliannya terhadap kelestarian lingkungan hidup. 270 Bahkan, dalam perkembangannya moral sebagai unsur dari tanggung jawab sosial perusahaan telah dijadikan instrument untuk mengendalikan perilaku agar orang tidak melakukan tindakan yang mencemari lingkungan yang disebut dengan moral suasion. 271 Contoh dari pelaksanaan moral suasion adalah apa yang diterapkan oleh perusahaan Volvo 272 dimana perusahaan tersebut membuat laporan terbuka mengenai dampak lingkungan yang diakibatkan oleh perusahaan. Berbagai sarana yang digunakan oleh Volvo untuk mengurangi dampak lingkungan oleh aktivitas perusahaan adalah audit lingkungan, kegiatan daur ulang, kerja sama dengan pihak supplier, dan training program. 273

B. Problematika Dalam Melaksanakan Perlindungan Terhadap