BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini menuntut adanya perkembangan dunia usaha sehingga dituntut untuk berkembang semakin pesat, baik pada lingkup global
maupun lingkup nasional terkhusus Indonesia. Hal inilah yang mengakibatkan munculnya badan usaha yang melaksanakan kegiatan usaha pada berbagai bidang.
Salah satu pilar pembangunan perekonomian nasional, khususnya yang berskala besar adalah badan usaha berbentuk Perseroan Terbatas
1
yang mempunyai tujuan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dengan tujuan utama adalah profit
oriented .
2
Setiap usaha investasi dan kegiatan pembangunan memiliki kemampuan potensial untuk menimbulkan dampak lingkungan.
3
1
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa: “Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan
hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya”. Selanjutnya Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 5 ayat 2 menyebutkan bahwa:
Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh Undang-
Undang”.
2
Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap kegiatan usaha. Profit
sendiri pada hakikatnya merupakan tambahan pendapatan yang dapat digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Tidak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan
dalam perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham setinggi-tingginya, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Inilah bentuk tanggung jawab ekonomi yang paling
esensial terhadap pemegang saham. Lihat Martono Anggusti, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
, Bandung: Books Terrace Library, 2010, hlm. 11-12.
3
Emil Salim, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta: Mutiara Jakarta, 1983, hlm. 179.
Dalam pelaksanaan kegiatan usahanya, perusahaan sering tidak memperhatikan segala aktivitasnya, seperti dari
segi proses, produksi, dan produk yang dihasilkan sehingga mengakibatkan
1
degradasi lingkungan. Tidak bisa disangkal bahwa berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi sekarang ini, sebagian besar bersumber dari perilaku manusia.
Kasus-kasus pencemaran dan kerusakan seperti di laut, hutan, atmosfer, air, tanah, dan seterusnya bersumber pada perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab,
tidak peduli dan hanya mementingkan diri sendiri. Manusia adalah penyebab utama dari kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup.
4
Berita tentang kerusakan lingkungan di media massa cukup membludak. Kasus-kasus
pencemaran tanah, air dan udara oleh perusahaan-perusahaan terjadi di mana- mana.
5
Salah satu isu yang menonjol selama pembangunan di Indonesia adalah berkurangnya luas kawasan hutan. Keadaan kian memburuk dengan isu
pemasanan global dan perubahan iklim, konversi hutan untuk industri kehutanan, kawasan budidaya dan ditambah lagi dengan kebakaran hutan.
6
Belakangan ini dunia sangat disibukkan dengan masalah global warming yang mengancam kehidupan manusia. Dalam masalah ini, salah satu pihak yang
disalahkan adalah perusahaan. Aktivitas industri perusahaan dituding sebagai penyebab utama terjadinya global warming.
7
4
A. Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup, Jakarta: Kompas, 2010, hlm. 1-2.
5
Munir Fuady, Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek Buku Kedua, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994, hlm. 369.
6
Akhmad Fauzi dkk, Status Lingkungan Hidup Indonesia 2012, Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup, 2012, hlm. 3.
7
Gunawan Widjaja dan Yeremia Ardi Pratama, Risiko Hukum Bisnis Perusahaan Tanpa CSR
, Jakarta: ForumSahabat, 2008, hlm. 46.
Misalnya, perusahaan yang membuang limbahnya ke tepi pantai tanpa dilakukan pengelolaan limbah terlebih
dahulu, walaupun dilakukan tetapi tidak sesuai dengan standardisasi yang
ditetapkan berdasarkan ketentuan mengenai Amdal
8
, maka akan terjadi penurunan kualitas lingkungan hidup yang mengancam kelangsungan kehidupan manusia
dan makhluk lainnya. Masuknya limbah pada lingkungan, katakanlah air buangan pabrik tekstil yang masuk pada badan air tentu akan menimbulkan perubahan,
sekecil apapun jumlah limbah tersebut. Perubahan ini dapat membuat air menjadi keruh, berwarna, berbau, dan sebagainya atau sebaliknya tidak menimbulkan
pengaruh yang berarti.
9
Pencemaran danatau kerusakan lingkungan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya kegiatan industri atau sejenisnya dalam
menjalankan suatu usaha ekonomi serta sikap penguasa maupun pengusaha yang tidak menjalankan atau melalaikan kewajiban-kewajibannya dalam pengelolaan
lingkungan hidup.
10
Hal ini sejalan dengan pendapat dari Fritjof Capra yang menyatakan bahwa bisnis yang dilakukan pengusaha mengambil sumber daya alam,
mengubahnya menjadi produk sekaligus juga limbah, lalu kemudian menjual produk tadi pada konsumen, yang membuang lebih banyak lagi limbah ketika
mereka mengonsumsi produk tadi.
11
8
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1 angka 11 menyebutkan bahwa: “Analisa mengenai dampak lingkungan hidup, yang
selanjutnya Amdal, adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha danatau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha danatau kegiatan”.
9
Albert Napitupulu, Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis
, Bogor: IPB Press, 2013, hlm. 5.
10
Alvi Syahrin, Beberapa Isu Hukum Lingkungan Kepidanaan, Jakarta: Sofmedia, 2009, hlm. 3.
11
A. Sonny Keraf, Filsafat Lingkungan Hidup: Alam Sebagai Sebuah Sistem Kehidupan Bersama Fritjo Capra
, Yogyakarta: Kanisius, 2014, hlm. 134.
Pada umumnya, setiap agama manapun mengajarkan ramah terhadap lingkungan sebagai kehidupan manusia dan manusia
hidup berdampingan dengan alam. Namun kenyataannya berbeda jika dilihat pada
saat ini. Jika terdapat kegiatan usaha yang mengakibatkan pencemaran dan kerusakan lingkungan, maka investasi yang ditanamkan tidak mampu
menyelamatkan kita dan apalagi tidak memberikan return tinggi pada perusahaan tersebut.
Suatu perusahaan menurut Daud Silalahi, bisa saja menganggap lingkungan hidup sebagai benda bebas yang dapat digunakan sepenuhnya untuk
memperoleh laba yang sebesar-besarnya. Akan tetapi, masyarakat sebagai keseluruhan akan melihat lingkungan hidup sebagai bagian dari kekayaan nyata
yang tidak dapat lagi diperlakukan sebagai suatu benda bebas rex nullius.
12
Hal ini sesuai dengan konsep sumber milik bersama common property resources
oleh Hardin dikenal dengan apa yang disebut sebagai “tragedy of pie commons” yang digunakan untuk menjelaskan mengapa aktivitas ekonomi dapat mengarah
kepada kerusakan lingkungan hidup. Berjuta-juta pemilik mempunyai hak yang sama untuk memanfaatkan sumber milik bersama, seperti samudera, udara, ikan
di laut, air tanah, hutan, dan lain-lainnya.
13
Dalam kaitannya dengan hal-hal yang dapat mempengaruhi jalan usaha atau kelangsungan hidup perusahaan, tidak dapat dihindari bila suatu perusahaan
diketahui telah melakukan tindakan pencemaran lingkungan hidup yang amat merugikan, perusahaan tersebut terancam akan ditutup atau mendapat ancaman
ganti rugi. Tentu saja hal ini akan mengancam kelangsungan hidup dari
12
Helmi, Hukum Perizinan Lingkungan Hidup, Jakarta: Sinar Grafika, 2012, hlm. 75.
13
Surna Tjahja Djajadiningrat, Yeni Hendriani, dan Melia Famiola, Green Economy Ekonomi Hijau Edisi Revisi
, Bandung: Rekayasa Sains, 2014, hlm. 5.
perusahaan tersebut.
14
Terlebih lagi apabila perusahaan tersebut telah menawarkan sahamnya kepada publik, maka kepercayaan publik terhadap saham
perusahaan tersebut akan semakin rendah yang mengakibatkan harga saham akan turun. Hal ini tentu merugikan investor.
15
Unsur “kepercayaan” merupakan unsur yang sangat penting bagi berkembangnya suatu pasar modal, seperti tersimpul dalam ungkapan your word
is your bonds .
16
Selanjutnya Samuelson dan Nordhaus menjelaskan bahwa karena pasar modal efisien, maka harga saham segera cepat bereaksi terhadap berita-
berita baru yang tidak terduga, sehingga arah gerakannya pun tidak bisa diduga. Sepanjang sesuatu kejadian bisa diduga, kejadian itu sudah tercermin pada harga
pasar.
17
Oleh karena itu, kepercayaan yang dapat diberikan kepada investor di pasar modal yaitu dengan memberikan informasi, karena harga saham pada setiap
saat detik demi detik secara cepat merefleksikan sepenuhnya informasi yang tersedia dan dicerna tanpa bias.
18
Pada umumnya, informasi yang terdapat di pasar modal terbagi atas dua bentuk yaitu informasi yang baik good news dan informasi yang buruk bad
news . Apabila terdapat informasi yang jelek berkaitan dengan kewajiban dan
tanggung jawab perlindungan lingkugan hidup mengakibatkan harga saham dari
14
Heriyanti, Tesis: Pengaturan Prinsip Keterbukaan Perusahaan Publik dalam Perlindungan Lingkungan Hidup di Pasar Modal Indonesia
, Medan: Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2004, hlm. 1.
15
Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal, Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia: Program Pascasarjana, 2001, hlm. 95.
16
Munir Fuady, Pasar Modal Modern Tinjauan Hukum Buku Kedua, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003, hlm. 4.
17
Pandji Anoraga dan Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, hlm. 83.
18
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 212.
perusahaan-perusahaan tersebut bergerak ke bawah
19
, begitu juga sebaliknya. Salah satu contoh informasi jelek seperti yang dijelaskan sebelumnya seperti
kasus bocornya sumur minyak bawah laut yang mengakibatkan pencemaran lingkungan hidup di Teluk Meksiko oleh British Petroleum di Amerika Serikat
dimana nilai sahamnya mengalami penurunan hingga 40 pada beberapa akhir pekan kedua juni 2010 di bursa saham Amerika Serikat.
20
Padahal seyogianya, gugatan-gugatan yang berkaitan dengan tanggung jawab lingkungan seharusnya tidak terjadi, mengingat harga saham perusahaan
dalam suatu pasar yang berkembang merefleksikan internalisasi biaya kerusakan lingkungan kepada masyarakat, yang disebabkan oleh perusahaan pada waktu
produksi dan dalam rangka mengejar keuntungan.
21
Problem utama tiap masyarakat modern bukan menginginkan perusahaan besar, melainkan apa yang
dapat diharapkan terhadap perusahaan besar tersebut guna melayani kepentingan masyarakat dalam upaya mewujudkan cita-cita masyarakat sejahtera.
22
19
Ibid., hlm. 188.
20
Diambil dari liputan 6, http:news.liputan6.comread288270ceo-british-petroleum-resmi-
diberhentikan , diakses pada tanggal 29 Januari 2015. Dijelaskan bahwa pengeboran
mengakibatkan kehancuran lingkungan dan kerugian luar biasa bagi perusahaan. Sejak peristiwa ledakan sumur itu, British Petroleum telah mengalami penurunan nilai pasar hingga 40 persen atau
senilai lebih dari 100 miliar dolar AS. Bahkan Presiden Barrack Obama telah memerintah British Petroleum
agar menanggung ganti rugi akibat kerusakan yang terjadi. Kerusakan ini disebut sebagai kerusakan lingkungan yang paling parah sepanjang sejarah.
21
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 185. Sebagaimana dikutip dari Perry E. Wallace, Disclosure of Environmental Liabilities Under The Securities Laws:
The Potential of Securities-Market Based Incentives for Pollution Control , Washington and Lee
Law Review , Vol. 50, 1993, hlm. 1132. Dikatakan bahwa “disclosure alerts the EPA, as well as
public interest groups, increasing the prospect of environmental litigation and, possibly, associated liabilities. And any event, the prices of securities in develop public markets reflect the
internalized costs of environmental damage to society caused by the company in the course of production and in pursuit of profit
”.
22
Alvi Syahrin, Op.Cit., hlm. 26.
Namun juga terdapat permasalahan lainnya dimana secara hierarki perusahaan publik sebagai perusahaan pencemar dimulai dari pemberi dana. Jadi
dapat dikatakan bahwa pelaksanaan kegiatan usaha tersebut dibantu dengan dukungan dana yang diterima dari para investor melalui pasar modal yang
merupakan pihak yang membiayai perusahaan dengan membeli saham-saham perusahaan tersebut di bursa efek.
Perusahaan publik harus mematuhi ketentuan yang berlaku mengenai hukum pasar modal Indonesia. Prinsip keterbukaan
23
disclosure principle menjadi persoalan inti di pasar modal dan sekaligus menjadi jiwa pasar modal itu
sendiri.
24
Pada mulanya perhatian lingkungan hidup tidak dianggap sebagai bagian proses due diligence dan keterbukaan. Keterbukaan umum telah menjadi bagian
Secara yuridis, prinsip keterbukaan secara tegas diatur dalam peraturan- peraturan pasar modal seperti menyangkut kewajiban untuk menyampaikan
informasi material, kewajiban pelaporan keuangan, dan kewajiban-kewajiban lainnya yang dirasakan perlu dan dapat mempengaruhi jalan usaha perseroan.
Aspek keterbukaan atau transparansi merupakan salah satu dari prinsip good corporate governance
yang harus dilaksanakan oleh perusahaan untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap saham yang diperdagangkan dan
menjaga integritas dari pasar modal itu sendiri.
23
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 angka 25 menyebutkan bahwa: “Prinsip keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan Emiten,
Perusahaan Publik dan pihak lain yang tunduk pada Undang-Undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh Informasi Material memgenai usahanya atau
efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap efek dimaksud dan atau harga dari efek tersebut”.
24
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 1.
dari Undang-Undang pasar modal untuk beberapa tahun lamanya, yang secara khusus lebih memperhatikan risiko-risiko keuangan dan pasar dari pada potensi
pertanggungjawaban perlindungan lingkungan hidup environmental liabilities.
25
Disamping itu terdapat pendapat bahwa:
26
Keterbukaan mengenai masalah lingkungan berbeda dengan keterbukaan masalah tradisional pada umumnya berupa masalah keuangan karena potensi
dampak yang terjadi akan dirasakan oleh masyarakat. Kerusakan lingkungan dan polusi yang dihasilkan secara langsung akan membahayakan masyarakat berupa
bahaya fisik pada penduduknya “The dramatic growth of environmental regulation has been one of the
important recent developments in modern law. And of those most affected by this impressive growth, the business community ranks at or near the top
of the list. In fact, this expanding environmental regulatory sphere is now a constant and imposing presence in the economic, managerial and
political lives on many business
”.
27
dan juga bagi perusahaan itu sendiri.
28
Seharusnya keterbukaan informasi mengenai lingkungan hidup harus diketahui oleh publik terkhusus investor agar dapat mengetahui apakah perusahaan tempat
mereka menanamkan sahamnya telah melakukan prosedur perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup atau tidak. Sehingga keberadaan prinsip
keterbukaan ini juga, investor memiliki bahan pertimbangan sehingga ia secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan
saham.
29
25
Ibid., hlm. 94.
26
Perry E. Wallace, Loc.Cit., hlm. 1093.
27
Risa Vetri Ferman, Environmental Disclosures and SEC Reporting Requirements, Delaware Journal of Corporate Law,
Vol. 17, 1992, hlm. 483-484.
28
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 95.
29
Ibid., hlm. 1.
Masalah lingkungan hidup yang menimbulkan bahaya tersebut terbukti dengan banyaknya kematian manusia dalam “tragedy Bhopal”
30
pada bulan Desember 1984, yang oleh Praful Bidwai dikatakan: “if there ever was wretchedly
undignified hideously helpless form of mega-death after Hiroshima and Nagasaki, this it
”.
31
Oleh karena itu, ketika perusahaan telah merusak lingkungan, maka potensi kerusakan akan lebih luas dan serius. Kerusakan lingkungan yang terjadi
dari pembangunan industri tersebut seperti kasus di atas menimbulkan dampak pada berbagai bidang kegiatan lain, seperti kegiatan pertanian, perikanan,
kesehatan, pendidikan, pemukiman, dan lain-lain.
32
Sehubungan mengenai hal ini, maka perusahaan memiliki tanggung jawab bisnis yang harus dilaksanakan terhadap perizinan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, peraturan terhadap karyawan, tanggung jawab etika dan moral berupa tanggung jawab sosial pada lingkungan dan masyarakat
sekitar. Secara ideal, tanggung jawab perusahaan menjadi bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dari perusahaan.
33
30
Tragedi Bhopal merupakan insiden industri terburuk dalam sejarah yang telah menjadi securities fraud class action
berdasarkan kasus In Re Union Carbide Class Action Securities, 684 F. Supp. 1322 S.D.N.Y. 1986, yaitu kebocoran gas pada instalasi pabrik Union Carbide India
Limited’s UCIL di Bhopal, India. Selama dua hari yaitu 2-3 Desember 1984 terjadi kebocoran
methyl isocyanate MIC, yaitu bahan kimia beracun yang digunakan di dalam produksi pestisida
sehingga kecelakaan ini langsung menewaskan lebih dari 3.000 orang. Para aktivis mengatakan 25.000 orang lain meninggal setelah bencana itu, dan banyak lainnya yang terus menderita secara
fisik maupun mental sebagai dampak dari keracunan gas itu, diambil dari VOA Indonesia
Prinsip responsibilitas juga mencakup hal-hal yang terkait dengan pemenuhan kewajiban sosial perusahaan sebagai
http:m.voaindonesia.comaindia-peringati-30-tahun-tragedi-bhopal-2545409.html , diakses pada
tanggal 29 Januari 2015.
31
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 96.
32
Emil Salim, Op.Cit., hlm. 179.
33
Heriyanti, Op.Cit., hlm. 4.
bagian dari masyarakat.
34
Selanjutnya, prinsip responsibilitas ini juga menuntut perusahaan di dalam menjalankan usahanya untuk semakin bertanggung jawab
terhadap masalah sosial dan lingkungan. Karena menurut E. Merrick Dodd, perusahaan adalah kuasi entitas publik yang tidak hanya punya kewajiban dan
tanggung jawab pada satu kelompok tapi juga kepada banyak pihak.
35
Di dalam perkembangan dunia pasar modal yang tentunya juga harus mengikuti dinamika perkembangan zaman, masalah mengenai perlindungan
lingkungan hidup merupakan hal vital yang perlu diperhatikan. Implementasi mengenai penerapan good corporate governance dapat
dilaksanakan, salah satunya adalah tanggung jawab sosial atau lebih sering dikenal dengan corporate social responsibility.
36
Akan tetapi, peraturan pelaksanaan prinsip-prinsip keterbukaan di Indonesia belum mengatur
secara menyeluruh dan cukup berkenan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, khususnya masalah lingkungan hidup berupa pencemaran
danatau kerusakan lingkungan.
37
Apabila peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan di pasar modal Indonesia dibandingkan dengan peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan pasar
modal Amerika Serikat berkenaan dengan masalah-masalah lingkungan hidup, maka peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan masalah perlindungan
34
Christopher Iskandar, Skripsi: Tinjauan Hukum Prinsip Responsibilitas dalam Pasar Modal
, Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2011, hlm. 14.
35
Bismar Nasution, Pengelolaan Stakeholders Perusahaan, disampaikan pada Pelatihan Mengelola Stakeholders yang dilaksanakan PT. Perkebunan Nusantara III Persero tanggal 17
Oktober 2008 di Sei Karang, Sumatera Utara, hlm. 4.
36
Syprianus Aristeus, Penegakan Hukum Terhadap Insider Trading di Pasar Modal dan Upaya Perlindungan Terhadap Investor
, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2011, hlm. 62.
37
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 179.
lingkungan hidup di pasar modal Indonesia belum cukup untuk mengatasi masalah perlindungan lingkungan hidup. Di pasar modal Indonesia belum
mengatur secara detail peraturan mengenai kewajiban dan tanggung jawab perlindungan lingkungan hidup perusahaan, sebagaimana yang berlaku di pasar
modal Amerika Serikat.
38
Investor dan publik berhak untuk memperoleh keterbukaan informasi mengenai perlindungan lingkungan hidup karena hak ini dijamin oleh Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu dalam rumusan Pasal 28H ayat 1 yang menentukan setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan kesehatan
.
39
Menurut Koesnadi Hardjasoemantri, masalah berkenaan dengan pemberian informasi kepada masyarakat terdiri dari, pemastian penerimaan
informasi, informasi tepat waktu timely information, informasi lengkap comprehensive information, informasi yang dipahami comprehensible
information dan informasi lintas batas transfrontier information.
Oleh karena itu, setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup dan mempunyai lingkungan
hidup yang baik.
40
38
Ibid., hlm. 180.
39
Jimly Asshiddiqie, Green Constitution Nuansa Hijau Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010, hlm. 174.
40
Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan Edisi Kedelapan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012, hlm. 109-111.
Maka perusahaan publik atau emiten harus melaksanakan keterbukaan masalah
perlindungan lingkungan hidup. Sekaligus perusahaan publik atau emiten tidak
boleh melakukan misrepresentation atau omission dan menyesatkan investor berkaitan dengan keterbukaan masalah perlindungan lingkungan hidup.
41
Contoh kasus konkret yang pernah terjadi di Indonesia seperti kasus pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh PT. Inti Indorayon Utama, sekarang
berganti nama dengan PT. Toba Pulp Lestari di Sumatera Utara dan PT Freeport Indonesia Freeport di Papua, yang sesungguhnya disebabkan oleh perilaku
perusahaan yang tidak bertanggung jawab dan tidak peduli terhadap lingkungan hidup.
42
PT. Inti Indorayon Utama yang go public pada saat itu melalui pasar modal dan listing di NYSE New York Stock Exchange Wall Street sejak tahun
1995, mempunyai bidang usaha pabrik bubur kertas pulp dan rayon di Desa SosorladangSilosung, Kecamatan Porsea, Tapanuli Utara, Sumatera Utara
digugat oleh WALHI Wahana Lingkungan Hidup Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1982
43
41
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 182.
42
A. Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup, Op.Cit., hlm. 2.
43
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku berdasarkan Pasal 51 Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lalu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup telah dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku lagi berdasarkan Pasal 125 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jadi, yang menjadi hukum positif di bidang lingkungan hidup
adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Lingkungan Hidup melalui gugatan class action. Hal ini disebabkan kolam
penampung limbahnya bocor menyusul meledaknya pipa gas klorin dan diduga menjadi penyebab dari rusaknya lingkungan hidup di sekitar Danau Toba,
Sumatera Utara. Akhirnya setelah proses hukum tersebut dilakukan, maka
pemerintah melalui Menteri Negara Lingkungan Hidup menghentikan operasi PT. Inti Indorayon Utama untuk dilakukan audit lingkungan.
44
Kasus lingkungan lainnya yaitu terjadi pada PT. Freeport Indonesia yang digugat oleh WALHI berkaitan dengan informasi pengelolaan lingkungan hidup
yang menyesatkan.
45
Mengenai kasus PT. Freeport Indonesia, gugatan yang muncul dalam masalah perlindungan lingkungan hidup, masalahnya berpusat pada tuntutan
terhadap pelanggaran perizinan dan memberikan informasi pengelolaan lingkungan hidup yang menyesatkan dalam rangka pelaksanaan prinsip
keterbukaan. Dari kasus ini, maka didapat bahwa kasus ini menyangkut
hubungan antara hukum lingkungan dan hukum pasar modal. Kaitannya dengan PT. Inti Indorayon Utama adalah pencemaran lingkungan hidup yang diakibatkan
dari kegiatan usaha tersebut, tidak men-disclose fakta material secara penuh dan fair
atas masalah lingkungan yang terjadi, sehingga mengakibatkan kerugian bukan hanya kepada investor, tetapi seluruh stakeholder perusahaan dan
masyarakat sekitar.
46
Informasi penting lainnya yang dapat dipahami dari perkembangan peraturan pasar modal di negara maju, adalah bahwa penegakan hukum prinsip
keterbukaan itu harus sejalan dengan yang diinginkan hukum pasar modal, dan penegakannya juga harus sesuai dengan hukum lain di luar hukum pasar modal.
Hukum lain yang berkaitan dengan kegiatan pasar modal yaitu hukum yang
44
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 182-184.
45
Ibid., hlm. 184.
46
Ibid., hlm. 185.
mengatur masalah-masalah klausula sosial social clause, antara lain masalah perlindungan tenaga kerja, perlindungan konsumen, perlindungan lingkungan
hidup dan masalah status hak atas tanah yang berkaitan dengan informasi penting dan relevan bagi perusahaan.
47
Misalnya di Amerika Serikat, masalah klausula perlindungan lingkungan hidup secara tegas diterapkan. Perusahaan atau emiten harus memuat masalah
klausula perlindungan lingkungan hidup yang dipersyaratkan hukum, walaupun hukum tersebut bukan hukum pasar modal. Misalnya ketentuan mengenai
kewajiban dan tanggung jawab perusahaan untuk melakukan keterbukaan yang berkaitan dengan perlindungan lingkungan environmental disclosure.
48
Awalnya, keterbukaan mengenai masalah-masalah lingkungan hidup di Amerika Serikat adalah salah satu kebijaksanaan yang terdapat pada National
Environmental Policy Act
49
yang mensyaratkan lembaga-lembaga pemerintahan untuk mempertimbangkan dan mengintegrasikan kesadaran perlindungan
lingkungan hidup dalam operasi mereka. Lembaga pemerintahan tersebut termasuk SEC Securities Exchange Commission
50
47
Ibid ., hlm. 94.
48
Ibid.
, yang pada akhirnya membuat peraturan yang mensyaratkan keterbukaan dengan menambahkan ketentuan
49
National Environmental Policy Act of 1969, yang biasa disebut National Environmental Policy Act
merupakan hukum lingkungan Amerika Serikat yang berlaku pada 1 Januari 1970. Dijelaskan bahwa “NEPA is one of the most emulated statutes in the world and it is often referred
to as the modern-day-environmental Magna Charta ”, diambil dari
Wikipedia, http:en.wikipedia.orgwikiNational_Environmental_Policy_Act
, diakses pada tanggal 30 Januari 2015.
50
U.S Securities and Exchange Commission merupakan lembaga pemerintahan Amerika
Serikat yang memiliki tugas dan wewenang seperti Otoritas Jasa Keuangan yang terdapat di Indonesia berkaitan dengan penegakan hukum pasar modal, diambil dari
http:en.wikipedia.orgwikiU.S._Securities _and_Exchange_Commission, diakses tanggal 30
Januari 2015.
mengenai informasi atau fakta material masalah perlindungan lingkungan hidup menyesuaikan dengan hukum lingkungan bagi emiten.
51
Di Indonesia juga terdapat payung hukum yang mengatur tentang lingkungan hidup yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang tersebut telah menetapkan bahwa pengendalian pencemaran danatau kerusakan lingkungan
hidup dilaksanakan secara terpadu termasuk pemerintah.
52
Berarti berdasarkan penjelasan di atas, maka Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga yang baru
dibentuk secara hukum memiliki tanggung jawab untuk mensyaratkan keterbukaan masalah perlindungan lingkungan hidup bagi perusahaan
publikemiten secara tegas dan menyeluruh.
53
51
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 180.
52
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 13 ayat 3 menyebutkan bahwa “Pengendalian pencemaran danatau
kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan penanggung jawab usaha danatau kegiatan sesuai dengan kewenangan,
peran, dan tanggung jawab masing-masing”.
53
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 181.
Berdasarkan hal di atas, demi meningkatkan integritas pasar modal Indonesia untuk mewujudkan perekonomian nasional yang berkelanjutan dan
stabil, maka ketentuan hukum yang berlaku saat ini memberikan sejumlah kewenangan kepada Otoritas Jasa Keuangan dan Bursa Efek Indonesia untuk
mengatur, mengawasi, dan menjatuhkan sanksi kepada pihak-pihak yang terbukti melakukan pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan informasi terkhusus
mengenai masalah lingkungan hidup. Hal ini bertujuan untuk memberikan perlindungan khususnya terhadap investor dan masyarakat pada umumnya.
Keterbukaan merupakan salah satu prinsip good corporate governance yang harus dilaksanakan oleh setiap perusahaan, termasuk perusahaan
publikemiten. Pelaksanaan dari tanggung jawab khususnya pada bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tersebut dapat dilakukan dengan
diterapkannya prinsip keterbukaan, perizinan, tanggung jawab sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat suatu skripsi yang
berjudul “Tanggung Jawab Perusahaan Publik Dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Dalam Perspektif Hukum Pasar Modal Indonesia”
B. Perumusan Masalah