kelayakan lingkungan hidup yang mengatur kewajiban perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
140
Keseriusan pemerintah dalam mengajak penanam modal untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yaitu dengan memberikan hak
berupa fasilitas penanaman modal. Pasal 18 ayat 2 dan ayat 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal menetapkan kriteria-kriteria
bagi penanam modal yang melakukan perluasan usaha atau melakukan penanaman modal baru untuk mendapatkan fasilitas dari pemerintah, yaitu salah
satunya dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup.
141
E. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009
Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara
Indonesia beruntung dikaruniai kekayaan sumber daya alam yang melimpah ruah. Permukaan tanah yang subur dan di dalamnya juga terkandung
bahan galian tambang berupa mineral, bijih-bijih, berbagai unsur kimia dan berbagai macam batu-batuan termasuk batu mulia yang dapat diolah untuk
kesejahteraan rakyat.
142
Mineral dan batubara Minerba sebagai salah satu kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi merupakan bagian dari sumber
daya alam yang memiliki banyak manfaat dan dibutuhkan setiap lapisan masyarakat dalam memenuhi hajat hidup orang banyak.
143
140
Ibid., Penjelasan Pasal 17 menyebutkan bahwa: “ketentuan ini dimaksudkan untuk mengantisipasi kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh kegiatan penanaman modal.”
141
Ibid.
142
Rudi M. Simamora, Hukum Minyak dan Gas Bumi, Jakarta: Djambatan, 2000, hlm. 77.
Sebagai sumber daya
143
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, konsideran huruf a.
alam yang strategis dan tidak dapat diperbaharui, mineral dan batubara menjadi komoditas yang sangat vital di luar panas bumi, minyak dan gas bumi serta air
tanah untuk memberikan nilai tambah secara nyata bagi perekonomian nasional dan pembangunan daerah secara berkelanjutan.
144
Pada dasarnya, setiap orang, kelompok orang atau badan hukum termasuk perusahaan pertambangan memiliki kewajiban memelihara lingkungan hidup dan
mencegah serta menanggulangi kerusakan dan pencemaran lingkungan.
145
Saat ini di Indonesia, terdapat beberapa perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di
sektor indutri pertambangan batubara diantaranya adalah PT. Kaltim Prima Coal dan PT. Tambang Batubara Bukit Asam Persero. Tbk
146
. Untuk Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di sektor pertambangan mineral berupa tembaga
danatau emas diantaranya adalah PT. Freeport Indonesia
147
, PT. Aneka Tambang Tbk
148
144
Ibid.
145
Nanik Trihastuti, Hukum Kontrak Karya Pola Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Indonesia
, Malang, Setara Press, 2013, hlm. 141.
, dan PT. Newmont Minahasa Raya. Secara umum pertumbuhan pesat
146
PT. Tambang Batubara Bukit Asam Persero. Tbk atau lebih dikenal dengan nama Bukit Asam adalah perusahaan pertambangan batubara yang berlokasi di daerah Tanjung Enim,
Sumatera Selatan, Indonesia. Pada tanggal 23 Desember 2002, Perseroan tersebut mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode “PTBA”. Diambil dari
http:id.wikipedia.orgwikiBukit_Asam_Persero , diakses pada tanggal 3 Februari 2015.
147
PT. Freeport Indonesia merupakan perusahaan penanaman modal asing yang pertama kali mengusahakan pertambangan mineral dengan menggunakan pola Kontrak Karya Kontrak Karya
I yang ditandatangani pada bulan April 1967 dan berakhir bulan 31 Januari 1993. Lihat dalam Nanik Trihastuti, Op.Cit., hlm. 5.
148
PT. Aneka Tambang Tbk atau yang biasa disebut dengan PT. Antam merupakan perusahaan pertambangan yang melakukan kegiatan usaha mencakup eksplorasi, penambangan,
pengolahan serta pemasaran dari sumber daya mineral. Komoditas utama Antam adalah bijih nikel kadar tinggi atau saprolit, bijih nikel kadar rendah atau limonit, feronikel, emas, perak, dan
bauksit. Diambil dari http:id.wikipedia.orgwikiAneka_Tambang
. Lihat juga pada http:www.antam.com
yang menerangkan bahwa saham ANTAM diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia Indonesia Stock Exchange serta di Bursa Efek Australia Australian Securities
Exchange , diakses pada tanggal 3 Februari 2015.
industri pertambangan di Indonesia berlangsung paralel dengan masalah-masalah lingkungan yang kompleks. Penambangan dan pengoperasian industri pemrosesan
telah mengakibatkan gangguan yang serius terhadap ratusan atau ribuan hektar tanah setiap areal penambangan, pencemaran sungai sebagai akibat pembuangan
tailing sebagai efek dari operasi pertambangan.
149
Secara teoritis, operasi industri tambang dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu open pit penambangan terbuka dan under ground penambangan di
bawah tanah.
150
Dengan operasi industri tambang tersebut, maka dalam kegiatan usahanya akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup. Untuk kedua
tipe penambangan ini, batuan sisa merupakan sumber utama yang berpotensi menggangu lingkungan. Praktik-praktik pemrosesan dapat menghasilkan sumber-
sumber pencemar lainnya seperti sisa padat solid waste yaitu cerih, limbah air dan cairan terkontaminasi, serta emisi debu.
151
Dewasa ini, banyak kasus-kasus lingkungan hidup yang berasal dari perusahaan yang melaksanakan kegiatan
usaha di sektor pertambangan. Sebagai contoh perusahaan yang sampai saat ini mendapatkan sorotan tajam dari berbagai pihak dalam kaitannya dengan
kewajiban untuk melakukan upaya-upaya perlindungan lingkungan adalah PT. Freeport Indonesia FI dan PT. Newmont Minahasa Raya NMR, yang sampai
saat ini masih dalam kondisi pro kontra.
152
149
Nanik Trihastuti, Op.Cit., hlm. 122.
150
Ibid.
151
Ibid., hlm. 124.
152
Ibid., hlm. 141.
PT. Newmont Minahasa Raya terlibat dalam sebuah kasus pencemaran lingkungan berkaitan dengan pengelolaan
tailing , yaitu masalah sub-marine tailing disposal STD, yang biasa disebut oleh
perusahaan pertambangan dengan sub-marine tailing placement STP.
153
Dihasilkannya bahan sisa waste dalam volume yang sangat besar sebagai ciri utama proses penambangan, merupakan salah satu tantangan lingkungan yang
sangat besar bagi industri pertambangan, terutama dalam hal pembuangan dan penanganannya. Dalam kegiatan penambangan dan pemrosesan, produk samping
yang dihasilkan by product juga menimbulkan masalah, bukan karena volumenya yang sangat besar, akan tetapi juga karena bahan tersebut merupakan
substansi kimia yang reaktif, bahkan dapat bersifat radioaktif
154
Pada hakikatnya, kegiatan pertambangan umum dengan proyek obyek utama mineral, batubara dan panas bumi adalah untuk mencari dan mempelajari
kelayakannya sampai dengan pemanfataan mineral dan batubara, baik untuk kepentingan perusahaan, masyarakat sekitar, maupun bagi pemerintah.
155
153
Pembuangan tailing-limbah menyerupai lumpur kental, pekat, dan mengandung logam- logam berat ke laut dilakukan oleh PT. Newmont Minahasa Raya, anak perusahaan dari Newmont
Indonesia Ltd di Teluk Buyat, Sulawesi Utara, baca dalam Ibid., hlm. 142.
154
Ibid ., hlm. 124.
155
Ibid., hlm. 121.
Jika dilihat dari sifat usahanya, pertambangan mempunyai beberapa karakteristik, yang
salah satunya bersifat pemanfaatan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui non-renewable energy. Pertambangan yang memiliki karakteristik ini berisiko
lebih tinggi dan pengusahaannya memiliki dampak lingkungan baik fisik maupun sosial yang relatif lebih tinggi pula dibandingkan pengusahaan komoditi pada
umumnya.
Menurut Salim HS, setiap kegiatan pembangunan di bidang pertambangan pasti menimbulkan dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif dari
kegiatan pembangunan di bidang pertambangan adalah:
156
1. memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi
nasional; 2.
meningkatkan pendapatan asli daerah; 3.
menampung tenaga kerja, terutama masyarakat lingkar tambang; 4.
meningkatkan ekonomi masyarakat lingkar tambang; 5.
meningkatkan usaha mikro masyarakat lingkar tambang; 6.
meningkatkan kualitas SDM masyarakat lingkar tambang; dan 7.
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat lingkar tambang. Demikian juga dampak negatif dari pembangunan di bidang pertambangan
adalah:
157
1. kehancuran lingkungan hidup;
2. penderitaan masyarakat adat;
3. menurunnya kualitas lingkungan hidup penduduk lokal;
4. meningkatnya kekerasan terhadap perempuan;
5. kehancuran ekologi pulau-pulau; dan
6. terjadi pelanggaran HAM pada kuasa pertambangan
Berdasarkan penjelasan di atas, untuk menghadapi tantangan lingkungan strategis dan menjawab sejumlah permasalahan, khususnya untuk kewajiban
perlindungan lingkungan bagi perusahaan publik yang melaksanakan kegiatan di sektor pertambangan, maka diperlukan landasan hukum yang mengatur kegiatan
pengelolaan dan pengusahaan pertambangan mineral dan batubara. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Koesnadi Hardjosoemantri yang menyatakan bahwa apapun
alasannya, karena penambang melakukan kegiatan usaha di Negara Indonesia, maka sudah semestinya apabila mematuhi pula berbagai produk hukum maupun
156
Salim HS, Hukum Pertambangan di Indonesia, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005, hlm. 57.
157
Ibid.
peraturan yang telah dibuat pemerintah Negara Republik Indonesia.
158
Hukum positif Indonesia mengenai pertambangan mineral dan batubara terdapat pada
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang telah mencabut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan.
159
Perusahaan yang ingin melakukan usaha pertambangan harus memiliki izin terlebih dahulu. Di dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara, dikenal 2 dua tipe izin yaitu Izin Usaha Pertambangan IUP dan Izin Usaha Pertambangan Khusus IUPK.
160
Untuk IUP diberikan kepada badan usaha
161
selain koperasi dan perseorangan sedangkan IUPK diberikan terkhusus kepada badan usaha yang berbadan hukum Indonesia,
baik berupa Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Swasta.
162
Pada izin usaha pertambangan baik IUP maupun IUPK, terdapat dua tahap izin yaitu untuk eksplorasi dan operasi produksi. Sebelum perusahaan mendapat
izin tersebut, maka ketentuan-ketentuan
163
158
Nanik Trihastuti, Op.Cit., hlm. 135.
159
Undang-Undang 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, Pasal 173 ayat 1 menyebutkan bahwa: “Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2831 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.”
160
Ibid., Pasal 35
161
Ibid., Pasal 1 angka 23 menyebutkan bahwa: “Badan usaha adalah setiap badan hukum yang bergerak di bidang pertambangan yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan
berkedudukan di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.”
162
Ibid., Pasal 38 jo Pasal 75 ayat 2.
izin dari IUP dan IUPK pada tahap
163
Ibid., Pasal 39 ayat 1 menyebutkan bahwa: “IUP Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat 1 huruf a wajib memuat ketentuan sekurang-kurangnya: a. nama perusahaan;
b. lokasi dan luas wilayah; c.rencana umum tata ruang; d. jaminan kesungguhan; e. modal
eksplorasi yang harus dipenuhi berkaitan dengan kewajiban perlindungan lingkungan hidup yang bersifat pencegahan adalah jaminan kesungguhan berupa
biaya pengelolaan lingkungan akibat eksplorasi, Amdal, dan studi kelayakan yang berisi perencanaan pasca tambang seperti dampak lingkungan hidup. Setelah IUP
Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi dipenuhi, mengenai tahap operasi produksi, ketentuan-ketentuan
164
Ketentuan tersebut kembali dipertegas di dalam Pasal 65 ayat 1 jo Pasal 86 ayat 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara yang menyatakan persyaratan yang wajib dipenuhi untuk mendapatkan izin usaha pertambangan, salah satunya adalah persyaratan
yang harus dipenuhi berkaitan dengan kewajiban perlindungan lingkungan hidup yang bersifat pemulihan adalah lingkungan hidup
termasuk reklamasi dan pasca tambang serta dana jaminan reklamasi dan pasca tambang. Setelah ketentuan izin tersebut dipenuhi, maka perusahaan tersebut
dapat memperoleh IUP Operasi Produksi sebagai kelanjutan dari kegiatan usaha pertambangannya.
investasi; f. perpanjangan waktu tahap kegiatan; g. hak dan kewajiban pemegang IUP; h. jangka waktu berlakunya tahap kegiatan; i. jenis usaha yang diberikan; j. rencana pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah pertambangan; k. perpajakan; l. pernyelesaian perselisihan; m. iuran tetap dan iuran eksplorasi; dan n. amdal. Lihat juga pada Pasal 78.
164
Ibid., Pasal 39 ayat 2 menyebutkan bahwa: a. nama perusahaan; b. luas wilayah; c. lokasi penambangan; d. lokasi pengolahan dan pemurnian; e. pengangkutan dan penjualan; f.
modal investasi; g. jangka waktu berlakunya IUP; h. jangka waktu tahap kegiatan; i. penyelesaian masalah pertanahan; j. lingkungan hidup termasuk reklamasi dan pascatambang; k. dana jaminan
reklamasi dan pascatambang; l. perpanjangan IUP; m. hak dan kewajiban pemegang IUP; n. rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah pertambangan; o.
perpajakan; p. penerimaan negara bukan pajak yang terdiri atas iuran tetap dan iuran produksi; q. penyelesaian perselisihan; r. keselamatan dan kesehatan kerja; s. konservasi mineral dan batubara;
t. pemanfaatan barang, jasa, dan teknologi dalam negeri; u. penerapan kaidah perekonomian dan keteknikan pertambangan yang baik; v. pengembangan tenaga kerja Indonesia; w. pengelolaan
data mineral dan batubara; dan x. pengusaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan mineral dan batubara. Lihat juga pada Pasal 79.
lingkungan. Setelah perusahaan tersebut mendapatkan izin, kewajiban perlindungan lingkungan dilanjutkan pada Pasal 95 Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang menetapkan bahwa pemegang IUP dan IUPK wajib menerapkan kaidah teknik penambangan
yang baik dan mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan. Teknik penambangan yang baik berkaitan dengan perlindungan lingkungan hidup karena
dampak operasi pertambangan terhadap lingkungan, tergantung pada macam bahan yang ditambang dan metode penambangan yang diterapkan.
165
Kewajiban penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik oleh pemegang IUP dan IUPK yang berhubungan dengan lingkungan hidup seperti
yang telah diatur dalam Pasal 96 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yaitu dengan melakukan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk kegiatan reklamasi dan pascatambang serta pengelolaan sisa tambang berupa tailing dan limbah batubara
sampai memenuhi standar baku mutu lingkungan sebelum dilepas ke media lingkungan.
166
Selain itu, kewajiban perusahaan yang harus dilakukan setelah mendapatkan izin baik IUP maupun IUPK adalah menjamin penerapan standar
dan baku mutu lingkungan, menjaga kelestarian fungsi dan daya dukung sumber
165
Nanik Trihastuti, Op.Cit., hlm. 122.
166
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, Pasal 39 ayat 2 menyebutkan bahwa: “Dalam penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik,
pemegang IUP dan IUPK wajib melaksanakan: a. ketentuan keselamtan dan kesehatan kerja pertambangan, b. keselamatan operasi pertambangan, c. pengelolaan dan pemantauan lingkungan
pertambangan, termasuk kegiatan reklamasi dan pascatambang, d. upaya konservasi sumber daya mineral, e. pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan dalam bentuk padat,
cair, atau gas sampai memenuhi standar baku mutu lingkungan sebelum di lepas ke media lingkungan.
daya air, dan menyerahkan rencana reklamasi dan rencana pascatambang pada saat pengajuan permohonan IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi
serta menyediakan dana jaminan reklamasi dan dana jaminan pascatambang.
167
Pengaturan lainnya adalah segala ketentuan yang mengatur berbagai hal dalam klausul-klausulnya termasuk ketentuan yang berkaitan dengan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara PKP2B harus mengikuti
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 169 Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang menyatakan sebagai berikut:
168
a. Kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan
batubara yang telah ada sebelum berlakunya undang-undang ini tetap diberlakukan sampai jangka waktu berakhirnya kontrakperjanjian.
“Pada saat undang-undang ini mulai berlaku:
b. Ketentuan yang tercantum dalam Pasal kontrak karya dan perjanjian
karya pengusahaan pertambangan batubara sebagaimana dimaksud pada huruf a disesuaikan selambat-lambatnya 1 satu tahun sejak
undang-undang ini diundangkan kecuali mengenai penerimaan negara.
c. Pengecualian terhadap penerimaan negara sebagaimana dimaksud pada
huruf b adalah upaya peningkatan penerimaan negara.” Kewajiban perusahaan pertambangan mineral dan batubara berkaitan
dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang telah dijelaskan di atas, mempunyai tujuan untuk menjamin manfaat pertambangan mineral dan
batubara secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
169
167
Ibid., Pasal 97, Pasal 98, Pasal 99, dan Pasal 100.
168
Ibid., Pasal 169.
169
Ibid ., Pasal 3.
F. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 Tentang