VNA Vector Network Analyzer

terserap Adelia, dkk, 2011. Impedansi karakteristik merupakan konsekuensi dari permeabilitas relatif µr dan permitivitas relatif εr yang mempunyai nilai kompleks pada suatu bahan. Sehingga diperlukan bahan yang memiliki µr dan εr yang sesuai dengan µ dan ε udara atau vakum agar terjadi resonansi impedansi sehingga dihasilkan reflektansi loss yang cukup besar. Untuk mendapatkan nilai µ dan ε dapat diketahui dengan cara mengukur besarnya Reflektansi dan Transmitansi yang terjadi bila sampel diberikan gelombang elektromagnetik. Menurut metode pengukuran sifat dielektrik material pada proses konversi Nicholson-Ross-Weir parameter yang didapat dari pengukuran adalah : S 11 = S 11 ’ + S 11 ’ 3.2 S 21 = S 21 ’ + S 21 ’ 3.3 dimana S 11 dan S 21 merupakan bilangan kompleks dari parameter hamburan Scattering parameter yaitu parameter reflektansi dan parameter transmitansi. Dengan S 11 ’ dan S 21 ’ sebagai bilangan riilnya, serta S 11 ” dan S 21 ” sebagai bilangan imajinernya. Dari parameter-parameter tersebut, dapat diperoleh koefisien refleksi Γ sebagai berikut : Γ = � 112− � 212 2� 11 ± �� � 112− �212 +1 2� 11 � 2 __ 1, | Γ| 1 3.4 Setelah mendapatkan koefisien refleksi Γ , koefisien transmisi T bias didapat dengan cara : Γ = � 11+ � 21+1− Γ 1−�� 11−�21 �Γ 3.5 Dengan menggunakan bantuan : 1 ˄ 2 = � 1 2�� ln � 1 � �� 2 3.6 Dari persamaan 3.5 dimana L adalah tebal sampel. Permeabilitas suatu bahan dapat dihitung : 2 2 1 r 1 1 1 1 C r r λ λ µ − − ∧ + = 3.7 Dengan λ adalah panjang gelombang elektromagnetik pada udara dan λ c adalah panjang gelombang cutoff, sehingga diperoleh permitivitas relatif suatu bahan adalah : r c c r r r r µ λ λ λ λ µ ε 1 1 1 1 2 2 2 2 2 +         −       + − = 3.8 dengan rumus tersebut akan didapatkan kurva permitivitas dan permeabilitas suatu bahan sehingga mendapatkan impedansi bahan dengan menggunakan rumus     −       = r r r in L i h z Z ε µ λ π µ µ 2 tan 3.9 dimana Z in adalah impedansi masukan ketika gelombang elektromagnetik yang datang tegak lurus terhadap bahan dan Z adalah impedansi udara free space ~367,73031346177 �. Setelah mendapatkan nilai-nilai impedansi bahan, selanjutnya digunakan untuk menghitung Reflektansi loss terhadap frekuensi penyerapan gelombang mikro dengan menggunakan rumus berikut :     + − = log 20 z z z z RL in in 3.10 Subiyanto, 2011. Gambar 3.10 Alat VNA ADVANTEST R3770 300 kHz-20 GHz BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Karakterisasi Fasa Sampel Sistem BaNi

x Al 6-x Fe 6 O 19 x = 0; 0,5; 1; 2; 3 Dengan Menggunakan Difraksi Sinar-X Sintesis sampel sistem BaNi x Al 6-x Fe 6 O 19 x = 0; 0,5; 1; 2, dan 3 dilakukan dengan menggunakan reaksi padatan solid state reaction dari prekusor bahan oksida-oksida : Barium carbonat BaCO 3 , Nikel oksida NiO, Alumunium oksida Al 2 O 3 , dan Besi oksida Fe 2 O 3 . Adapun hasil sintesis dari masing- masing komposisi adalah sebagai berikut :

4.1.1 Sampel BaAl

6 Fe 6 O 19 x = 0 Komposisi stokiometri dari sampel BaAl 6 Fe 6 O 19 disintesis berdasarkan persamaan reaksi sebagai berikut : 3Al 2 O 3 + BaCO 3 + 3Fe 2 O 3 -------- BaAl 6 Fe 6 O 19 + CO 2 Sedangkan hasil dari sintesis sampel BaAl 6 Fe 6 O 19 diperlihatkan seperti pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 BaAl 6 Fe 6 O 19 Hasil identifikasi fasa sampel BaAl 6 Fe 6 O 19 menunjukkan bahwa sampel memiliki fasa tunggal berdasarkan pencocokan pola difraksi sinar-X menurut hasil penelitian BaAl 6 Fe 6 O 19 seperti diperlihatkan pada Gambar 4.2. Gambar 4.2 Identifikasi Fasa Pola Difraksi Sinar-X Sampel BaAl 6 Fe 6 O 19 Dari hasil database ICDD 96-100-6003 pada MATCH, bahan absorber berbasis barium heksaferit yang telah dibuat memiliki fasa tunggal dengan struktur kristal hexagonal. Setelah proses pendopingan terlihat bahwa unsur Al berhasil disubsitusikan dengan barium beksaferit secara optimum.

4.1.2 Sampel BaNi

0,5 Al 5,5 Fe 6 O 19 x = 0,5 Komposisi stokiometri dari sampel BaNi 0,5 Al 5,5 Fe 6 O 19 disintesis berdasarkan persamaan reaksi sebagai berikut : 5.5Al 2 O 3 + 2BaCO 3 + 6Fe 2 O 3 + NiO + 0.25O 2 ----2BaNi 0.5 Al 5.5 Fe 6 O 19 + 2CO 2 Sedangkan hasil dari sintesis sampel BaAl 6 Fe 6 O 19 diperlihatkan seperti pada Gambar 4.3. Gambar 4.3 BaNi 0,5 Al 5,5 Fe 6 O 19 Hasil identifikasi fasa sampel BaNi 0,5 Al 5,5 Fe 6 O 19 menunjukkan bahwa sampel memiliki fasa tunggal berdasarkan pencocokan pola difraksi sinar-X menurut hasil penelitian BaNi 0,5 Al 5,5 Fe 6 O 19 seperti diperlihatkan pada Gambar 4.4.