Kendala dalam menerapkan atraumatic care pada anak

“Bu setelah ibu terangkan baru saya mengerti. Kalo gak ibu terangkan saya pikir kalo ga disembuhkan cepat mencretnya ntah gimana anak saya. Berarti itu ya bu.” Jadi ada ketenangan sama dia saat saya terangkan.” Partisipan 5 d. Keluarga lebih mudah berkomunikasi dengan perawat Salah satu dari delapan partisipan juga menyatakan bahwa keluarga lebih mudah mengenali dan berkomunikasi dengan perawat sebagai manfaat dalam menerapkan atraumatic care pada anak mereka. Hal ini sejalan dengan pernyataan berikut : ……lebih mudah berkomunikasi. “Bu, ini anakku terlepas infusnya dia mau terapi pasangin ya.” Kan diapun lebih mudah mencari perawatnya yang gimana gitu kan. Yang baiklah. Partisipan 6

3.5 Kendala dalam menerapkan atraumatic care pada anak

Berdasarkan analisa data didapatkan ada 3 bagian kendala dalam menerapkan atraumatic care pada anak yaitu : 1 kendala dari anak, 2 kendala dari perawat, 3 kendala dari keluarga. 1. Kendala dari anak Partisipan dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa kendala dalam menerapkan atraumatic care berasal dari anak. Kendala dari mereka yaitu banyaknya tindakan yang dilakukan terhadap anak dan kondisi penyakit anak. a. Banyaknya tindakan yang dilakukan terhadap anak Salah satu dari delapan partisipan mengatakan bahwa banyaknya tindakan yang dilakukan terhadap anak membuat anak menilai perawat itu menyakitkan. Universitas Sumatera Utara Sehingga perawat sulit untuk bersahabat dengan mereka sesuai dengan pernyataan berikut : “Kalo banyak tindakan sama dia merasa perawat itu adalah yang menyakitkan tapi kalo gak banyak gak payah bersahabat dengan dia.” Partisipan 3 b. Kondisi penyakit anak Salah satu partisipan lainnya juga mengatakan bahwa kondisi penyakit yang membuat anak lama menjalani perawatan di rumah sakit menjadi kendala bagi perawat untuk menjumpai mereka. Hal ini sejalan sesuai dengan pernyataan berikut : ”Ada juga karena memang kondisi penyakitnya. Semua menumpuk disini pasien sudah lama dirawat tidak sembuh-sembuh jadi menjumpainya susah jadi kendala.” Partisipan 5 2. Kendala dari perawat Partisipan dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa kendala dalam menerapkan atraumatic care juga berasal dari perawat itu sendiri. Kendala tersebut adalah keterbatasan waktu yang dimiliki dan kurangnya jumlah perawat. a. Keterbatasan waktu yang dimiliki Tiga dari delapan partisipan mengatakan bahwa keterbatasan waktu yang dimiliki perawat menjadi kendala dalam berinteraksi lebih lama dengan anak. Hal ini sejalan dengan pernyataan berikut : “Mau apapun dikerjakan karena satu keterbatasan waktu” Partisipan 3 Universitas Sumatera Utara “Hambatan sama pasien gitu? Ya ada aja sih, waktulah itu. Terbatas kita berinteraksi sama pasien kan.” Partisipan 4 “Dikejar waktu. Karena saya dituntut dari atas harus juga selesai. Ya itu salah satu hambatan.” Partisipan 5 b. Kurangnya jumlah perawat Salah satu dari delapan partisipan menyatakan bahwa kurangnya jumlah perawat juga menjadi kendala bagi mereka dalam menerapkan atraumatic care pada anak. Hal ini disebabkan karena banyaknya tindakan yang dikerjakan sesuai dengan pernyataan berikut : “Banyak mau dikerjakan tetapi perawat kan gak mencukupi.” Partisipan 4 3. Kendala dari keluarga Partisipan dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa kendala lain dalam menerapkan atraumatic care juga berasal dari keluarga. Kendala tersebut adalah orangtua kurang kooperatif, komunikasi yang kurang baik, dan orangtua tidak siap diberikan pelayanan oleh perawat. a. Orangtua kurang kooperatif Dua dari delapan partisipan dalam penelitian ini mengatakan bahwa masih banyaknya orangtua kurang kooperatif terlibat dalam perawatan anak. Hal ini sejalan dengan pernyataan berikut : “Masih banyak loh orangtua yang kurang kooperatif .” Partisipan 1 Universitas Sumatera Utara “Gak kooperatif orangtuanya. Biasanya kan anak kalok orangtua bisa berkomunikasi baik dengan perawat, “Oh family kami rupanya ini saudara mamakku ini.” Pasti seperti itu.” Partisipan 3 b. Komunikasi orangtua kurang baik Kendala lain yang berasal dari orangtua yaitu komunikasi yang kurang baik. Hal ini menyebabkan perawat sulit berinteraksi dengan anak dan keluarganya sesuai dengan pernyataan partisipan berikut : “Orangtuapun banyak juga yang komunikasinya kurang baik.” Partisipan 3 “Umpamanya kan kalo gak beres, cara ngomongnyapun kadang gak beres, terganggu juga sama kita. Otomatis jadi berkurang kita melihat pasien gak ada lagi banyak ngobrol dengan pasien dan orang tuanya juga.” Partisipan 4 c. Orangtua tidak siap diberikan pelayanan oleh perawat Dua dari delapan partisipan lainnya dalam penelitian ini juga mengungkapkan orangtua terkadang tidak siap diberikan pelayanan oleh perawat. Mereka masih sering mempertimbangkan pengobatan alternatif atau dokter lain yang berada di luar prosedur rumah sakit. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut : “Mau kadang orangtuanya gak mau juga. Karena merasa kasihan dia melihat anaknya dicucuk.” Partisipan 4 “Kalo keseringan dari keluarganya hambatan itu selalu timbul. Mereka tidak siap dilayani. Ada informasi dari sana ada pengobatan alternatif, dokter paling jago. Itu membuat orangtua tidak siap itulah kendalanya.” Partisipan 7 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2. Matriks Tema Pengalaman Perawat dalam Menerapkan Atraumatic Care pada anak yang menjalani Hospitalisasi di RSUP H. Adam Malik Medan No Tema 1: Melibatkan Orangtua dalam Perawatan Anak 1 Sub Tema: 1. Melakukan metode rooming in 2. Berkomunikasi dengan orangtua untuk memberikan informasi Kategori : a. Mengizinkan orangtua selalu mendampingi anak di ruangan b. Mengarahkan orangtua memegang anak dalam tindakan c. Mengarahkan orangtua untuk menjelaskan kepada anak alasan mereka dirawat di rumah sakit d. Mengizinkan orangtua menggendong anak untuk dibawa jalan-jalan ke luar ruangan a. Memberitahu tindakan yang dilakukan pada anak b. Memberikan informasi pada orangtua tentang penyakit dan pengobatan anak c. Memberikan penkes pada orangtua dalam merawat anak di ruangan Tema 2: Mengatasi Kecemasan Ketakutan pada Anak 2 Sub Tema: 1. Mengalihkan perhatian distraksi 2. Melakukan pendekatan pada anak lewat komunikasi Kategori a. Memotivasi anak untuk menggambar mewarnai b. Mengajak anak bercerita c. Mengajak anak bercanda d. Memberikan pujian pada anak a. Menjelaskan tindakan kepada anak sebelum melakukan prosedur b. Meyakinkan anak bahwa tindakan perawat tidak menyakitkan c. Menyapa anak saat bertemu d. Berdiskusi dengan anak tentang masalahnya Universitas Sumatera Utara 3. Memfasilitasi ruangan yang aman dan nyaman 4. Memfasilitasi kunjungan sosial a. Memberitahu keluarga yang menjaga anak maksimal dua orang b. Membatasi jumlah pengunjung di ruangan c. Mematikan mengecilkan suara TV dalam ruangan a. Memfasilitasi kunjungan YOAM Yayasan Onkologi Medan b. Menyediakan waktu kunjungan dari gereja dan perwiritan Tema 3: Mengurangi Rasa Nyeri pada Anak 3 Sub Tema: 1. Berkolaborasi dengan dokter dalam penatalaksanaan farmakologi 2. Melakukan intervensi mandiri Kategori : a. Memberikan ketorolac toradol atas intruksi dokter b. Memberikan paracetamol atas intruksi dokter c. Memberikan kodein atas intruksi dokter a. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam b. Mengajak anak menonton TV c. Melakukan kompres air hangat untuk meredakan nyeri pemasangan infus d. Memfasilitasi anak untuk bermain Manfaat dalam Menerapkan Atraumatic Care pada Anak 4 Sub Tema: 1. Manfaat bagi anak 2. Manfaat bagi perawat Kategori: a. Mengurangi nyeri dan trauma b. Anak tidak menangis c. Anak nyaman dengan perawat d. Anak semangat saat didampingi oleh orangtua e. Rasa takut berkurang f. Anak tenang dan rileks a. Anak mencari perawat yang dikenalinya untuk melakukan prosedur b. Anak akrab dan lebih dekat dengan perawat c. Perawat puas dengan hasil pekerjaan d. Perawat senang e. Tindakan lebih cepat selesai Universitas Sumatera Utara 3. Manfaat bagi keluarga a. Keluarga puas b. Keluarga senang atas tindakan perawat c. Keluarga tenang bersama perawat d. Lebih mudah berkomunikasi dengan perawat Kendala dalam menerapkan atraumatic care pada anak 5 Sub Tema: 1. Kendala dari keluarga 2. Kendala dari anak 3. Kendala dari perawat Kategori: a. Orangtua kurang kooperatif b. Komunikasi orangtua kurang baik c. Orangtua tidak siap dilayani oleh perawat a. Banyaknya tindakan yang dilakukan terhadap anak b. Kondisi penyakit anak a. Keterbatasan waktu yang dimiliki b. Kurangnya jumlah perawat

4. Pembahasan