BRIKET YANG DIPEROLEH NILAI KALOR

35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan briket dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu : 1. Penyiapan dan karbonisasi bahan baku 2. Pembuatan briket 3. Analisiskarakterisasi kualitas briket. Dalam bab ini akan diperlihatkan hasil briket yang diperoleh dengan tahapan analisiskarakterisasi meliputi nilai kalor, kadar air, kadar abu, kadar volatil, kerapatan, laju pembakaran, dan kuat tekan.

4.1 BRIKET YANG DIPEROLEH

Berikut ini adalah gambar briket yang dihasilkan dengan berbagai variasi perbandingan eceng gondok dan tempurung kelapa serta variasi ukuran partikel. Gambar 4.1 Briket Hasil Penelitian Universitas Sumatera Utara 36

4.2 NILAI KALOR

Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah eceng gondok dan tempurung kelapa dengan perekat tapioka. Bahan baku ini dijadikan briket untuk diuji nilai kalornya dengan menggunakan alat bomb calorimeter untuk mengetahui sebarapa besar nilai panas pembakaran yang dapat dihasilkan oleh briket. Nilai kalor dari setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4.2. Gambar 4.2 Nilai Kalor Dari Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa nilai kalor terendah diperoleh pada perbandingan eceng gondok dengan tempurung kelapa 1:1 dan pada ukuran partikel 10 mesh yaitu 5.102,9025 kalgr, sedangkan nilai kalor tertinggi diperoleh dari perbandingan eceng gondok dengan tempurung kelapa 1:4 dan pada ukuran mesh 60 yaitu sebesar 6.851,3311 kalgr. Dari penelitian ini dapat dijelaskan bahwa semakin banyak jumlah tempurung kelapa yang ditambahkan maka semakin tinggi nilai kalor yang dihasilkan. Hal ini disebabkan nilai kalor dari tempurung kelapa yang lebih tinggi yaitu 7.345,9149 kalgr [18], sedangkan eceng gondok memiliki nilai kalor 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 10 42 60 N ila i K alor ka lg r Ukuran Partikel mesh 1 : 1 1 : 2 1 : 3 1 : 4 Universitas Sumatera Utara 37 3.207,90 kalgr [8]. Nilai kalor briket arang antara lain dipengaruhi oleh ukuran partikel arang, kerapatan arang dan bahan baku arang. Semakin kecil ukuran partikel maka nilai kalornya semakin tinggi, demikian juga semakin kecil ukuran partikel semakin tinggi pula kerapatannya [2]. Pada penelitian sebelumnya, nilai kalor yang diperoleh pada briket dengan perbandingan eceng gondok dan tempurung kelapa 10 : 90 dengan ukuran partikel 10 mesh adalah sebesar 6.267,072 kalgr, pada perbandingan 30 : 70 nilai kalor sebesar 4.892,628 kalgr, dan untuk perbandingan 50 : 50 diperoleh nilai kalor sebesar 4.720,835 kalgr [1]. Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, briket yang diperoleh pada penelitian ini memiliki nilai kalor yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil pengujian nilai kalor pada penelitian ini dan apabila merujuk kepada Tabel 2.1, dapat disimpulkan bahwa perbandingan eceng gondok dan tempurung kelapa untuk setiap perbandingan 1:1 dengan ukuran 10, 42, dan 60 mesh tidak sesuai dengan SNI minimal 5.600 kalgr, juga pada perbandingan 1:2 dengan ukuran mesh 10 tidak sesuai dengan SNI, selebihnya telah sesuai SNI yaitu pada perbandingan 1:2 dengan ukuran mesh 42 dan 60 serta pada semua perbandingan 1:3 dan 1:4 dengan mesh 10, 42 dan 60. Jika merujuk kepada standar mutu Jepang 5.000-6.000 kalgr, dan standar mutu Amerika 4.000- 6.500 kalgr, semua briket telah memenuhi standar. Sedangkan pada standar mutu Inggris minimal 5870 kalgr, semua briket dengan perbandingan 1:1 dan 1:2 dengan ukuran 10, 42, dan 60 mesh tidak sesuai dengan standar Inggris, selebihnya telah memenuhi standar yaitu pada semua perbandingan 1:3 dan 1:4 dengan ukuran 10, 42, dan 60 mesh.

4.3 KADAR ABU