47 kecil. Hal ini disebabkan tempurung kelapa memiliki nilai kalor yang lebih tinggi
dan kerapatan lebih besar dibandingkan eceng gondok, dimana semakin tinggi nilai kalor briket maka waktu pembakaran semakin lama.
Hasil yang sama juga diperoleh pada penelitian sebelumnya, nilai laju pembakaran briket yang terbuat dari eceng gondok dengan menggunakan perekat
tapioka berkisar antara 61,8x10
-3
- 125,8x10
-3
grdetik [8]. Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, maka briket yang diperoleh pada penelitian ini
menunjukkan nilai laju pembakaran yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan briket yang diperoleh pada peneltian ini lebih baik, sebab waktu pembakarannya
lebih lama dan nilai laju pembakrannya lebih rendah. Pada laju pembakaran belum memiliki parameter standar kualitas sebagai
acuan, tetapi beberapa peneliti lain dalam jurnal meraka telah melakukan pengujian laju pembakaran dan mendapatkan hasil [8, 13].
4.9 ANALISIS EKONOMI
Kajian potensi ekonomi briket dari eceng gondok dan tempurung kelapa dengan menggunakan perekat tapioka perlu untuk dilakukan. Namun dalam
tulisan ini hanya dikaji potensi ekonomi secara sederhana. Sebelum melakukan kajian tersebut, perlu diketahui harga bahan baku yang digunakan dalam produksi,
biaya kebutuhan listrik, dan harga jual briket. Dasar perhitungan dilakukan terhadap briket dengan karakteristik terbaik
yaitu pada perbandingan eceng gondok dan tempurung kelapa 1:4 dengan penggunaan tapioka sebesar 10 dari total berat bahan baku.
Untuk menghasilkan 1 kg 32 spesimen briket dibutuhkan : 1.
Arang eceng gondok = 200 gram 2.
Arang tempurung kelapa = 800 gram 3.
Tepung tapioka = 10 dari total berat bahan baku = 100 gram Perhitungan analisis ekonomi untuk bahan baku pembuatan briket dapat
dilihat pada Tabel 4.1.
Universitas Sumatera Utara
48 Tabel 4.1 Perhitungan Biaya Bahan Baku
No Bahan Baku
Hargakg Rp
Kebutuhan kg
Biaya Rp
1 Eceng Gondok
1.000,00 0,5
500,00 2
Tempurung Kelapa 320,00
5,0 1.600,00
3 Tepung Tapioka
8.000,00 0,1
800,00 Total
2.900,00
Untuk satu kali karbonisasi eceng gondok diperoleh berat arang eceng gondok sebanyak 33,33 gram, sehingga untuk menghasilkan 200 gram arang eceng
gondok diperlukan 6 kali karbonisasi.
Untuk satu kali karbonisasi tempurung kelapa diperoleh berat tempurung kelapa sebanyak 80 gram, sehingga untuk menghasilkan 800 gram arang
eceng gondok diperlukan 10 kali karbonisasi. Lamanya waktu karbonisasi eceng gondok dan tempurung kelapa dengan
menggunakan furnace untuk menghasilkan 1 kg briket dapat dilihat pada Tabel 4.2. Sedangkan kebutuhan listrik yang diperlukan untuk pembuatan briket pada
penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 4.3. Tabel 4.2 Waktu Karbonisasi
No Bahan
Jumlah Run
Waktu KarbonisasiRun
jam Total Waktu
Karbonisasi jam
1 Eceng gondok
6 0,5
3,0 2
Tempurung kelapa 10
1,25 12,5
Total 15,5
Tabel 4.3 Perhitungan Kebutuhan Listrik No
Alat HargakWh
Rp Kebutuhan
kW Waktu
jam Biaya
Rp 1
Furnace 1.112
0,5 15,5
8.618,00 2
Hammer mill 1.112
0,15 0,16
26,68 3
Screening dengan Vibrator
1.112 0,13
1 144,56
Total 8.789,24
Total biaya produksi = biaya pembelian bahan baku + kebutuhan listrik = Rp 2.900 + Rp 8.789,24
= Rp 11.689,24kg
Universitas Sumatera Utara
49 Total biaya produksi untuk pembuatan briket dari eceng gondok dan
tempurung kelapa dengan menggunakan perekat tapioka pada penelitian ini adalah sebesar Rp 11.689,24kg.
Sebagai perbandingan, briket yang dihasilkan pada penelitian ini dibandingkan dengan LPG dan minyak tanah yang juga digunakan sebagai bahan
bakar. -
Harga LPG yaitu Rp 11.275,00kg dengan nilai kalor LPG 11.254,61 kalgr. -
Harga minyak tanah yaitu Rp 9.000liter dengan nilai kalor minyak tanah 10.478,95 kalgr.
- Biaya produksi briket pada penelitian ini adalah Rp 11.689,24kg dengan nilai
kalor briket 6.879,5965 kalgr. Perbandingan lainnya juga dapat dilihat pada saat memanaskan air.
Seberapa banyak bahan bakar yang dibutuhkan untuk memanaskan 1 kg air dari suhu 25
o
C hingga 100
o
C, dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Perbandingan Bahan Bakar
No Bahan Bakar
Panas yang Dibutuhkan Untuk
Memanaskan Air Q kalori
Bahan Bakar yang
Dibutuhkan gr
Harga Rp 1
LPG 75.600
6,72 75,76
2 Minyak tanah
7,22 65,25
3 Briket
10,99 128,46
Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa kebutuhan bahan bakar yang paling banyak dan yang paling sedikit untuk memanaskan air 1 kg adalah briket dan
LPG. Hal ini dikarenakan nilai kalor dari briket adalah yang paling kecil, sehingga lebih banyak dalam pemakaian briket itu sendiri. Selain itu harganya juga lebih
mahal dari minyak tanah dan LPG. Disisi lain nilai kalor pada LPG adalah yang paling besar, sehingga lebih sedikit dalam pemakaiannya dan juga harganya lebih
murah dari briket tetapi lebih mahal dari minyak tanah. Bila ditinjau dari segi harga, briket memang memiliki harga yang lebih
mahal dibandingkan dengan LPG dan minyak tanah, tetapi briket memiliki keunggulan seperti lebih mudah dalam pembuatannya. Keunggulan lain dari
briket adalah bahan baku pembuatan briket lebih mudah diperoleh karena
Universitas Sumatera Utara
50 ketersediaanya banyak di alam dan tidak akan habis karena bersifat memanfaatkan
limbah. Briket merupakan sumber bahan bakar alternatif yang merupakan energi terbarukan dan ramah lingkungan karena tidak mengandung zat berbahaya. Briket
juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya masyarakat di pedesaan, dan dapat menciptakan lowongan pekerjaan baru. Oleh karena itu
pembuatan briket ini sangat memberikan manfaat baik bagi manusia ataupun lingkungan karena tidak bersifat merugikan.
Universitas Sumatera Utara
51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN