KERAPATAN BRIKET DENSITAS Pengaruh Variasi Perbandingan Tempurung Kelapa dan Eceng Gondok serta Variasi Ukuran Partikel Terhadap Karakteristik Briket

42 tempurung kelapa yang digunakan ikut menguap. Kandungan zat menguap yang tinggi akan menimbulkan banyak asap pada saat briket dinyalakan. Kadar zat menguap juga dipengaruhi oleh ukuran partikel briket, dimana semakin kecil partikel suatu briket maka kadar zat menguap pada briket tersebut akan semakin kecil, karena semakin kecil partikel briket maka kandungan briket yang menguap akan semakin sedikit pula. Dari Gambar 4.5 diperoleh kadar zat menguap terendah pada perbandingan eceng gondok dengan tempurung kelapa 1:1 pada ukuruan partikel 60 mesh yaitu 13,1700, sedangkan kadar zat menguap terbesar pada perbandingan 1:4 dengan ukuran partikel 10 mesh yaitu 14,9351. Hasil dari pengujian nilai kadar zat menguap pada grafik diatas apabila merujuk kepada Tabel 2.1 telah memenuhi SNI maksimal 15, standar mutu Inggris maksimal 16, standar mutu Amerika Maksimal 28 dan standar mutu Jepang maksimal 30. Pada penelitian sebelumnya, kadar zat menguap yang diperoleh briket pada perbandingan serbuk gergaji dan arang cangkang kelapa sawit 50 : 50 yaitu sebesar 34,19. Pada perbandingan 100 : 0 kadar zat menguap yang diperoleh yaitu sebesar 40,87 [7]. Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, briket yang diperoleh pada penelitian ini memiliki kadar zat menguap yang lebih rendah.

4.6 KERAPATAN BRIKET DENSITAS

Kerapatan menunjukkan perbandingan antara berat dan volume briket arang. Besar kecilnya kerapatan dipengaruhi oleh ukuran dan kehomogenan arang penyusun briket tersebut. Nilai kerapatan pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4.6. Universitas Sumatera Utara 43 Gambar 4.6 Nilai Kerapatan Densitas Briket Dari Gambar 4.6 diperoleh nilai kerapatan briket terendah sebesar 0,8921 grcm 3 terdapat pada perlakuan perbandingan eceng gondok dengan tempurung kelapa 1:1, sedangkan nilai kerapatan tertinggi yaitu 1,1254 grcm 3 terdapat pada perlakuan perbandingan eceng gondok dengan tempurung kelapa 1:4. Hal ini disebabkan pada ukuran briket 10 mesh partikelnya lebih besar sehingga kemampuan untuk merapat lebih sukar dan terdapat banyak rongga-rongga kosong untuk dilalui oksigen, tetapi lebih mudah terbakar, sehingga akan mempengaruhi laju pembakarannya yaitu akan cepat habis, dan pada ukuran mesh 60 partikel relatif kecil sehingga mudah untuk merapat dan rongga-rongga kosong jauh lebih sedikit, tetapi lebih sukar untuk dibakar dan briket tersebut akan lebih lama habis bila dibakar. Kerapatan juga dipengaruhi oleh proses pembuatan briket itu sendiri yaitu pada saat pencetakan dengan tekanan tertentu. Pada penelitian ini digunakan tekanan pencetakan sebesar 1000 kgcm 2 . Pada penelitian sebelumnya nilai kerapatan yang diperoleh pada briket dengan perbandingan eceng gondok dan tempurung kelapa 10 : 90 dengan ukuran partikel 10 mesh yaitu sebesar 1,323 grcm 3 , pada perbandingan 30 : 70 nilai kerapatan yang diperoleh yaitu 1,299 grcm 3 dan untuk perbandingan 50 : 50 diperoleh nilai kerapatan sebesar 1,277grcm 3 [1]. Jika dibandingkan 0,84 0,86 0,88 0,90 0,92 0,94 0,96 0,98 1,00 10 42 60 K er apa tan g r cm 3 Ukuran Partikel mesh 1 : 1 1 : 2 1 : 3 1 : 4 Universitas Sumatera Utara 44 dengan penelitian sebelumnya, briket yang diperoleh pada penelitian ini memiliki nilai kerapatan yang lebih rendah. Dari hasil pengujian nilai kerapatan apabila merujuk kepada Tabel 2.1 yang sesuai dengan SNI 0,5-0,6 grcm 3 tidak ada, sebab nilai kerapatan pada penelitian ini melebihi standar SNI. Untuk standar Amerika dan Jepang memiliki standar mutu yang sama yaitu 1,0-1,2 grcm 3 tidak ada yang memenuhi standar semua perbandingan eceng gondok dengan tempurung kelapa. Untuk standar mutu Inggris 0,46-0,84 grcm 3 juga tidak ada yang memenuhi standar [1].

4.7 KEKUATAN TEKAN