22 2.
Eceng gondok dikarbonisasi didalam furnace dengan suhu 400
o
C selama 15 menit sedangkan tempurung kelapa dikarbonisasi di dalam
furnace pada suhu 400
o
C selama 1 jam untuk dijadikan bioarang.
3.4.2 Prosedur Pembuatan Briket Arang Lab. BKK PTKI Medan
1. Arang hasil pengarangan dari eceng gondok dan tempurung kelapa
digiling dengan menggunakan hammer mill menjadi serbuk arang. 2.
Serbuk arang disaring dengan alat pengayak berukuran 10, 42, dan 60 mesh untuk mendapatkan material yang seragam.
3. Komposisi bahan baku divariasikan sesuai dengan yang telah
ditentukan. Variasi perbandingan eceng gondok dan tempurung kelapa dalam penelitian ini adalah 1:1; 1:2; 1:3; dan 1:4 dengan berat eceng
gondok ditetapkan 20 gram. 4.
Perekat tepung tapioka sebesar 10 dari berat bahan baku briket dicampur dengan air panas pada suhu ± 70
o
C hingga menjadi adonan seperti bubur.
5. Adonan tepung tapioka sebagai perekat dicampurkan dengan serbuk
arang dari hasil pengayakan sehingga menghasilkan adonan yang lengket.
6. Adonan diaduk hingga semua bahan tercampur.
7. Sebanyak 35 gram adonan briket dicetak menggunakan alat cetak briket
kemudian ditekan dengan kekuatan tekan 1 toncm
2
. 8.
Briket yang sudah dicetak dikeringkan.
3.4.3 Prosedur Analisis Proksimat 3.4.3.1 Pengujian Nilai Kalor Lab. Instrument
1. Hidupkan calorimeter sampai muncul main menu.
2. Pilih menu calorimeter operation.
3. Hidupkan heaterpump.
4. Pilih operation metode determination.
Universitas Sumatera Utara
23 5.
Cooler system dihidupkan. 6.
Lalu sampel ditimbang 1 gram dengan neraca analitik dan diletakkan sampel pada head bomb.
7. Setelah itu, benang diikatkan pada kawat di atas tempat sampel sampai
benangnya menyentuh sampel. 8.
Kemudian dirangkai head bomb dengan bomb silinder. 9.
Pada head bomb ditutup keluaran udaranya. 10.
Dipasang katup oksigen ke bomb dan tekan O
2
fill sampai terisi penuh 11.
Diisikan 2 liter air dari cooler system ke tabung volumetric sampai penuh dan dituangkan dari tabung volumetrik ke bucket.
12. Bucket dimasukkan ke dalam bomb calorimeter, lalu perhatikan tanda
pada bagian bawah bucket, dimana posisinya harus sama dengan yang ada di dalam calorimeter.
13. Dimasukkan bomb ke dalam bucket, diperhatikan jangan ada
kebocoran dari bomb. 14.
Lalu dipasang kabel ignition ke terminal bomb dan ditutup calorimeter.
15. Ditekan tombol start, dan ditunggu hasil analisis pembacaan nilai
kalornya.
3.4.3.2 Pengujian Kadar Abu SNI 06-3730-1995 [14]
1. Cawan porselin dikeringkan di dalam furnace bersuhu 600
o
C selama 30 menit.
2. Kemudian cawan didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan
ditimbang berat kosongnya. 3.
Ke dalam cawan kosong tersebut dimasukkan sampel sebanyak 1 gram B.
4. Cawan yang telah berisi sampel selanjutnya dimasukkan ke dalam
furnace yang dioperasika pada suhu 850
o
C selama 4 jam sampai sampel menjadi abu.
5. Selanjutnya cawan dikeluarkan dari furnace dan didinginkan dalam
desikator dan ditimbang A.
Universitas Sumatera Utara
24 6.
Pengujian dilakukan dengan tiga kali pengulangan triplo 7.
Kadar abu dihitung dengan Persamaan 3.1. Kadar abu = AB x 100 ……………………….3.1
3.4.3.3 Pengujian Kadar Air SNI 06-3730-1995 [14]
1. Cawan porselin kosong ditimbang kemudian sampel briket
dimasukkan ke cawan sebanyak 5 gram M1.
2. Sampel diratakan dan dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105
o
C
selama 3 jam.
3. Cawan dikeluarkan dari oven dan didinginkan dalam desikator
kemudian ditimbang bobotnya M2.
4. Kadar air dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan 3.2.
Kadar air = M
1
– M
2
x 100 …………………………3.2 M
1
3.4.3.4 Pengujian Kadar Zat Menguap SNI 06-3730-1995 [14]
1. Cawan kosong beserta tutupnya terlebih dahulu dipijarkan di dalam
furnace selama 30 menit dan didinginkan di dalam desikator. 2.
Kemudian ditimbang dengan teliti sebanyak 1 gram sampel ke dalam cawan kosong tersebut W
. 3.
Cawan selanjutnya ditutup dan dimasukkan ke dalam furnace dan dioperasikan pada suhu 950 °C selama 7 menit, lalu didinginkan
didalam desikator kemudian ditimbang bobotnya W1. Penentuan kadar zat menguap pada suhu 950 °C dilakukan sebanyak tiga kali
pengulangan triplo. 4.
Kadar zat menguap pada suhu 950 °C dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 3.3.
Kadar zat menguap = W – W
1
x 100 ……………………3.3 W
3.4.4 Prosedur Pengujian Kerapatan [6]