1. Ibrahim Madkur, filsafat islam adalah pemikiran yang lahir dalam dunia islam untuk menjawab tantangan zaman, yang meliputi Allah dan alam
semesta, wahyu dan akal, agama dan filsfat. 2. Ahmad Fu’ad Al-Ahwaniy, filsafat islam adalah pembahasan tentang alam
dan manusia yang disinari ajaran agama. 3. Muhammad ‘Athif Al-‘Iraqy, filsafat islam adalah pokok-pokok atau
dasar-dasar pemikiran filosofis yang dikemukakan para filosof muslim. Jelaslah bahwa filsafat islam merupakan hasil pemikiran umat islam secara
keseluruhan. Pemikiran umat islam ini merupakan buah dari dorongan ajaran Al qur’an dan hadist.
B. Terminologi Filsafat Islam
Pengetahuan dibangun atas dasar pengenalan indrawi dengan adanya kekuatan rasio. Akan tetapi, kebenaran indrawi dan rasio belum menyentuh kebenaran esensinya yang
tetap, karena sifat-sifat yang indrawi berubah-ubah dan kondisinya pun berbeda-beda, sedangkan fungsi esensi sesuatu adalah memegang ciri-ciri substansinya yang pokok
ketika terjadi perubahan keadaan. Lalu, kebenara lahiriah yang indrawi dengan rohaniah yang esensi ditalitemalikan atau dihubung-hubungkan dengan berbagai pendekatan.
Akan tetapi, siapakah yang menyembuhkan orang yang sakit? Apakah benar obat yang membuatnya sembuh? Lalu darimana asalnya obat, siapa yang mula
menciptakannya, mengapa bisa menyembuhkan? Pertanyaan demi pertanyaan pun muncul, tetapi jawabannya belum ditemukan. Untuk mencari jawaban-jawaban
pertanyaan itu, lahirlah filsafat, yang mencoba memikirkan secara kontemplatif, tentang kebenaran hakiki dari segala sesuatu dan segala sesuatu yang benar-benar hakiki.
Manusia pun mempertanyakan penggerak semua yang ada di alam ini? Yang tentu, Dia yang menyembuhkan seluruh penyakit. Karena sehat berasal dari-Nya, demikian pula
dengan sakit, tentu “obat”nya Dia-lah yang memiliknya. Pencarian dilakukan oleh filosof, tidak terkecuali filosof muslim, hingga akhirnya lahirlah filsafat islam yang
dikembangkan oleh orang-orang muslim yang pada zamannya sangat gandrung kepada filsafat. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Al-Kindi
Ia membagi filsafat kepada tiga bagian, yaitu: ilmu fisika sebagai tingkatan yang paling bawah, matematika sebagai tingkatan tengah-tengah, ilmu
ketuhanan sebagai tingkatan paling tinggi. 2. Al-Farabi
Bagi Al-Farabi tujuan filsafat dan agama sama, yaitu mengetahui semua wujud. Hanya saja, filsafat memakai dalil-dalil yang yakin dan ditujukan kepada
golongan tertentu. Mengenai pengertian filsafat, ia mengatakan bahwa filsafat ialah
mengetahui semua yang wujud karena ia wujud. Al-Farabi membagi dua objek filsafat. Bagian pertama ialah filsafat teori. Bagian kedua ialah filsafat amalan.
Mengenai ilmu mantik, Al-Farabi menganggapnya sebagai alat filsafat bukan merupakan salah satu bagiannya. Ia mengatakan bahwa filsafat hanya bisa
dicapai dengan kepandaian membedakan, yakni antara benar dan salah, dan kepandaian ini hanya bisadicapai dengan kekuata pikiran dalam mengetahui
kebenaran. Oleh karena itu, kekuatan pikiran hanya dapat terwujud, manakala kita mempunyai kesanggupan mengetahui bahwa perkara yang salah itu salah,
kemudian kita menjauhkannya, dan kita pun sanggup mengetahui kesalah yang kelihatannya benar, kemudian kita tidak akan tertipu; sanggup pula mengetahui
perkara yanghakikatnya benar, tetapi tampaknya salah, kemudian kita tidak akan menyalahkannya. Ilmu yang dapat memberi kesanggupan seperti itu adalah ilmu
mantik. 3. Ikhwanushafa
Bagi golongan ini, filsafat itu bertingkat-tingkat. Pertama-tama cinta kepada ilmu; kemudian mengetahui hakikat wujud-wujud menurut kesanggupan
manusia dan yang terakhir ialah berkat dan berbuat sesuai dengan ilmu. Ilmu ketuhanan mempunyai bagian-bagian, yaitu:
a. Mengetahui tuhan; b. Ilmu kerohanian, yaitu malaikat-malaikat Tuhan;
c. Ilmu kejiwaan, yaitu mengetahui roh-roh dan jiwa-jiwa, yang ada pada
benda-benda langitdan benda-benda alam; d. Ilmu politik yang mencakup politik kenabian, olitik pemeritahan, politik
umum, politik khusus, politik pribadi; e. Ilmu keakhiratan, yaitu mengetahui hakikat kehidupan di hari kemudian
4. Ibnu Sina
Ia membaginya menjadi filsafat teori dan amalan. Dasar-dasar tersebut terdapat dalam agama atau syariat Tuhan, hanya penjelasan dan kelengkapannya
didapatkan oleh kekuatan akal pikiran manusia. Bagian-bagian filsafat ketuhanan menurut Ibnu Sina ialah:
1. Ilmu tentang cara turunnya wahyu dan makhluk-makhluk rohani yang
membawa wahyu itu; demikian pula bagaimana cara wahyu itu disampaikan, dari sesuatu yang bersifat rohani kepada sesuatu yangdapat dilihat dan
didengar. 2. Ilmu keakhiratan, antara lain memperkenalkan kepada kita bahwa manusia ini
tidak dihidupkan lagi badannya, maka rohnya yang abadi itu akan mengalami siksa dan kesenangan.
Ibnu Sina mengatakan bahwa tujuan filsafat amalan ialah mengetahui apa yang seharusnya dikerjakan oleh tiap-tiap orang, agar ia mejadi bahagia di
dunia dan di akhirat. Inilah yang disebut ilmu akhlak. Selain itu, juga untuk mengetahui apa yang seharusnya dikerjakan oleh seseorang dalam
hubungannya dengan rumah tangga dan negara. Dalam pergaulan harus ada undang-undang dan penegak hukum, dan undang-undangtersebut dibuat oleh
para raja. Para penulis tidak sama dalam memberikan nama terhadap Filsafat Islam,
apakah “filsafat Islam” ataukah “filsafatArab”. Namun pemikiran-pemikiran filsafat pada kaum muslimin, lebih tepat disebut “filsafat Islam”, mengingat
bahwa Islam bukan saja sekedar agama, tetapi juga kebudayaan.
C. Tokoh-tokoh Filsafat Islam dan Pemikirannya 1. Al-Kindi