60
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan – RBA TA 2015
2.3. Kerusakan Fasilitas Pendidikan di Indonesia
Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia berdasar data yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Strategi
Internasional Pengurangan Risiko Bencana UN-ISDR. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dengan morfologi yang beragam dari daratan sampai
pegunungan tinggi. Keragaman morfologi ini banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas pergerakan lempeng tektonik aktif di sekitar perairan
Indonesia diantaranya adalah lempeng Eurasia, Australia dan lempeng Dasar Samudera Pasifik. Pergerakan lempeng-lempeng tektonik tersebut menyebabkan
terbentuknya jalur gempa bumi, rangkaian gunung api aktif serta patahan-patahan geologi yang merupakan zona rawan bencana gempa bumi dan tanah longsor.
Kerusakan fasilitas pendidikan di Indonesia yang disebabkan bencana alam menunjukkan angka yang cukup memprihatinkan. Sebaran kerusakan fasilitas
pendidikan pada tiap-tiap provinsi dapat disajikan dalam Tabel berikut. Tabel II.50 : Data Kerusakan Fasilitas Pendidikan Akibat Bencana Alam
pada Tiap-Tiap Provinsi di Indonesia dari Januari 2009 hingga Maret 2014
No. Provinsi
Jumlah
1 Bali
32 2
Bangka-Belitung 1
3 Banten
13 4
Di Yogyakarta 371
5 Dki Jakarta
6 6
Gorontalo 16
7 Jambi
120 8
Jawa Barat 5.807
9 Jawa Tengah
185 10
Jawa Timur 904
11 Kalimantan Barat
216 12
Kalimantan Selatan 97
13 Kalimantan Tengah
38 14
Kalimantan Timur 52
15 Kalimantan Utara
2 16
Kepulauan Riau 6
17 Lampung
18 18
Maluku 20
19 Maluku Utara
7 20
Nusa Tenggara Barat 45
21 Nusa Tenggara Timur
94 22
Papua 130
23 Papua Barat
119 24
Pemerintah Aceh 1.642
25 Riau
20 26
Sulawesi Barat 9
27 Sulawesi Selatan
556 28
Sulawesi Tengah 54
29 Sulawesi Tenggara
52 30
Sulawesi Utara 31
31 Sumatera Barat
4.760 32
Sumatera Selatan 91
33 Sumatera Utara
62 Sumber : Badan Nasional Penanggulangan Bencana
61
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan – RBA TA 2015
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel di atas, dalam kurun waktu lima tahun terakhir dapat dilihat bahwa jumlah kerusakan fasilitas pendidikan akibat bencana
alam yang terbesar terdapat pada provinsi Jawa Barat 5.807. Kemudian secara berturut-turut jumlah kerusakan cukup besar terjadi pada provinsi Sumatera Barat
4.760 dan provinsi Aceh 1.642.
2.4. Kondisi Ekonomi Makro 2.4.1. Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan data yang dirilis Bank Dunia pada Desember 2014, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2015 diprediksikan hanya akan mencapai 5,2 persen.
Angka ini lebih rendah dari perkiraan yang dikeluarkan bulan Juli 2014, yaitu 5,6 persen. Menurunnya angka prediksi disebabkan oleh melemahnya pertumbuhan investasi dan
ekspor. Melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia ikut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang juga akan berakibat pada melemahnya harga-harga barang
sejumlah komoditas Indonesia sehingga berdampak pada berkurangnya peluang- peluang baru. Namun demikian, estimasi angka ini dapat naik apabila investasi di tahun
2015 melampaui ekspektasi. Selain itu pertumbuhan konsumsi masyarakat yang diperkirakan masih cukup tinggi akan turut pula menopang pertumbuhan ekonomi. Jika
pemerintah menambahnya dengan penguatan pondasi ekonomi dan penguatan iklim investasi, diperkirakan laju pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi dan lebih cepat.
Bank Pembangunan Asia ADB meramalkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2015 sebesar 5,8 persen. Rendahnya pertumbuhan ekonomi ini
didorong penurunan ekspor akibat adanya larangan ekspor bijih minel mentah dan kondisi moneter yang lebih ketat. Perbaikan iklim investasi dan birokrasi serta
percepatan pembangunan infrastruktur diharapkan akan mampu menambah pertumbuhan ekonomi sebesar 0,5 persen pada tahun 2015.
Ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2014 diasumsikan hanya tumbuh sebesar 4,9 yoy, melemah dibanding pertumbuhan triwulan III yang sebesar 5,01. Namun
begitu Bank Indonesia memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi di tahun 2015 berada di kisaran 5,4 sampai 5,8 persen. BI menilai tahun 2014 tergolong sangat
dinamis dengan adanya perhelatan politik yang cukup panjang hingga terjadinya inflasi tinggi akibat pemotongan subsidi Bahan Bakar Minyak BBM. Namun begitu kinerja
perekonomian Indonesia masih cukup baik dengan stabilitas makroekonomi yang terjaga sehingga kedepannya ekonomi domestik diperkirakan masih tetap tumbuh
dengan baik walaupun diperkirakan melambat sejalan dengan perlambatan ekonomi global dan kebijakan stabilisasi ekonomi nasional.
Dalam Nota Keuangan RAPBN 2015 disebutkan bahwa sebagai dampak dari melambatnya perekonomian global, pertumbuhan ekonomi di sebagian besar negara
emerging economies, termasuk Indonesia, mulai menunjukkan perlambatan sejak tahun 2013. Selain itu kebijakan pengurangan stimulus moneter atau tapering off oleh Bank
Sentral Amerika Serikat, mengakibatkan gejolak yang amat tajam di sektor keuangan di
62
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan – RBA TA 2015
banyak negara emerging economies, termasuk India, Turki, Brazil, Afrika Selatan dan juga Indonesia.
2.4.2. Inflasi
Sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2013 – 2015,
masing-masing sebesar 4,5, 4,5, dan 4 masing-masing dengan deviasi ±1. Berdasarkan data Bank Indonesia, inflasi 2014 tercatat 8,36 yoy, jauh berada diatas
sasaran inflasi yang telah ditetapkan 4,5±1 walaupun lebih rendah dari tahun 2013 yang sebesar 8,38. Tingginya tingkat inflasi ini disebabkan salah satunya akibat
dampak langsung maupun dampak lanjutan kenaikan harga BBM bersubsidi. Dampak negatif ini diperkirakan bersifat sementara. Dengan kebijakan pemotongan subsidi BBM
tersebut, Pemerintah bisa menghemat anggaran lebih dari Rp 100 triliun pada 2015, bila tidak terkikis oleh depresiasi kurs rupiah ataupun perubahan harga minyak dunia.
Melihat prognosa yang cukup baik ini dan mengingat inflasi inti 2014 tetap terkendali sesuai sasaran 4,93 yoy, dengan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah
dan menjamin pasokan serta lancarnya arus distribusi kebutuhan bahan pokok, Pemerintah memperkirakan laju inflasi dapat dikendalikan pada tingkat 4,4 empat
koma empat persen.ekonomi pada 2014, diperkirakan mendekati batas bawah kisaran 5,8-6,2 sejalan proses konsolidasi ekonomi domestik menuju ke kondisi yang lebih
seimbang. Gambar II.20 Tingkat Inflasi 2014
Sumber: Bank Indonesia
2.4.3. Nilai Tukar
Neraca perdagangan dan neraca pembayaran sering menjadi faktor yang dapat mendorong naik atau turunnya kurs mata uang suatu negara. Kenaikan atau surplus
dari neraca perdagangan dan neraca pembayaran akan diinterpretasikan sebagai indikasi awal kemungkinan terjadinya apresiasi suatu mata uang. Sebaliknya penurunan