Pengeringan Awal Penyediaan Bahan Baku

26 70 pucuk layu per giling sehingga mesin roller tersebut dapat cepat terisi dan cepat bisa tergulung. Tujuan dari proses penggulungan ini adalah untuk membentuk mutu teh secara fisik, karena selama proses ini pucuk akan dibentuk menjadi gulungan kecil – kecil. Semakin halus bahan dasarnya maka akan semakin cepat dan semakin banyak hasilnya. Penggulungan juga bertujuan pemeraman pucuk serta pemerasan cairan sel dan pembentukan kenampakan. Selama proses penggulungan terjadi reaksi kimia yaitu kathekin bereaksi dengan asam amino sehingga berpengaruh pada aroma. Katekhin tidak mengalami perubahan selama penggulungan, keadaan ini mempercepat kondensasi katekhin dan reaksinya dengan protein. Kadar kafein menjadi naik akibat ada terbentuknya kafein dari asam amino. Dalam hal ini jika terlalu lama terkena oksigen akan mengakibatkan terjadinya proses fermentasi yang menyebabkan hasil akhir pada seduhan menjadi warna merah. Kriteria daun teh yang telah mengalami penggulungan, diantaranya: a. Daun teh tergulung dengan baik b. Bila dijatuhkan atau dilemparkan gulungan tetap utuh c. Warna hijau tua agak kekuningan, basah karena cairan dalam daun sudah keluar d. Timbul aroma yang khas

4. Pengeringan Awal

Pengeringan ini menggunakan mesin yang disebut ECP Belong kepanjangan dari Endless Chain Pressure Drier . Bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terdapat pada daun teh sampai batas tertentu, yaitu antara 30 - 35 . Selain itu berfungsi mencegah fermentasi aktifitas enzim polifenol oksidasi dan menghasilkan warna serta aroma yang khas. 71 Pengeringan awal dimulai dari hasil pucuk yang telah digulung dengan kadar air 65 - 70, dimasukan pengering ECP, melalui rak bertingkat. Pada saat bahan dimasukan, bahan diratakan oleh sisir perata dengan ketebalan 3 cm. Pemasukan pucuk dilakukan secara kontinyu dan merata, guna terjaminnya pengeringan yang baik. Produk kering yang dihasilkan dari mesin ECP ini berkadar air 30-35, lama pengeringan mesin ECP berkisar 25 menit. Hasil pengeringan awal ini pucuk daun jika diremas tidak keluar air dan tidak hancur serta warna tetap hijau. Dalam pengeringan, pucuk agar tidak mengalami fermentasi, digunakan udara panas yang tinggi antara 110º - 135º C dan ditiupkan menggunakan Blower. Pembagian angin haruslah rata pada semua tingkatan stage agar dapat diperoleh derajat kekeringan yang sama. Udara dapat dimasukan dari atas ataupun bawah namun yang jelas angin haruslah merata. Untuk mendapatkan udara panas sampai suhu 135ºC digunakan dapur api atau Heat Exchanger HE, dimana burner dengan bahan bakar solar atau minyak tanah sebagai sumber energinya. Angin panas yang masuk keruangan ECP adalah panas hasil induksi, artinya angin panas tersebut dihasilkan dari angin luar yang dihisap oleh blower melalui tungku api besi panas sehingga dihasilkan angin panas dengan suhu sampai 135ºC. Api dari burner tidak boleh masuk ke ruang pengering sebab asapnya dapat mempengaruhi hasil pengeringan, karena teh sifatnya higroskopis yaitu dapat menyerap kelembapan dan dapat menyimpan bau yang tidak diinginkan. Untuk memperoleh mutu teh yang baik diperlukan pengaturan suhu, dengan menggunakan thermostat yang dihubungkan dengan termokontrol, sehingga panas untuk pengeringan dapat diatur. Jika pengeringan tidak terkontrol akan berakibat panas terlalu tinggi dan akan diperoleh hasil pengeringan awal yang tidak sesuai dengan yang diinginkankan, yaitu terlalu kering ataupun hangus. Jika suhu terlalu rendah, maka sisa enzim masih aktif dan daya penguapan air akan rendah. 26 72

5. Pengeringan Akhir