Natrium Diklofenak Landasan Teori

E. Natrium Diklofenak

CH 2 COOH NH Cl Cl Gambar 7. Struktur diklofenak Natrium Diklofenak termasuk turunan fenilasetat yang terkuat daya anti radangnya dan efek samping yang kurang keras dibandingkan dengan obat anti inflamasi lainnya indometasin, piroxicam Tjay dan Rahardja, 2002. Obat ini adalah penghambat siklooksigenase yang relatif nonselektif dan kuat, juga mengurangi bioavailabilitas asam arakhidonat Furst dan Munster, 2002. Struktur diklofenak dapat dilihat pada gambar 7 Budavari, 1989. Absorbsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap. Obat ini terikat 99 pada protein plasma dan mengalami efek lintas awal sebesar 40-50. Walaupun waktu paruhnya singkat yaitu 1-3 jam, diklofenak diakumulasi di cairan sinovial yang menjelaskan efek terapi di sendi lebih lama dari waktu paruh obat tersebut Wilmana, 1995. Metabolismenya mengalami metabolisme lintasan pertama dalam hati dan dimetabolisme hampir sempurna. Ekskresinya berlangsung sebagian melalui kandung kemih sebagai glukoronida dan sisanya melalui ginjal kurang dari 1 Tjay dan Rahardja, 2002. Efek samping yang lazim adalah mual, gastritis, eritema kulit, dan sakit kepala seperti semua obat AINS, pemakaian obat ini harus hati-hati pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI penderita tukak lambung Wilmana, 1995. Obat ini banyak digunakan sebagai obat rematik, gangguan otot skelet lanilla, gout akut, dan nyeri paska bedah. Dosis oral yang dianjurkan adalah 75-150 mghari dalam 2-3 dosis Anonim, 2000.

F. Metode Pengujian Aktivitas Anti-Inflamasi

Metode pengujian aktivitas anti-inflamasi dapat dilakukan dengan cara : 1. In Vitro In vitro adalah metode pengujian yang dilakukan di luar tubuh makhluk hidup. Percobaan in vitro berguna untuk mengetahui peran dan pengaruh substansi-substansi fisiologis seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, dan lain- lain dalam terjadinya inflamasi. Contoh percobaan in vitro antara lain : pengikatan reseptor 3 H-bradikinin, pengikatan reseptor neurokinin, dan uji kemotaksis leukosit polimorfonuklear Vogel, 2002. Daya anti inflamasi uji pengikatan reseptor 3 H-bradikinin, ditunjukkan dengan persen penghambatan pengikatan 3 H-bradikinin terhadap reseptor pada preparat membran. Daya anti inflamasi uji pengikatan neurokinin, juga ditunjukkan dengan persen penghambatan pengikatan neurokinin terhadap reseptor pada preparat membran. Sedangkan pada uji kemotaksis leukosit polimorfonuklear, daya anti inflamasi ditunjukkan dengan persentase jumlah leukosit polimorfonuklear yang bergerak ke arah kemoatraktan contohnya zymosan-activated serum Vogel, 2002. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. In Vivo In vivo adalah metode pengujian yang dilakukan di dalam tubuh makhluk hidup. Metode pengujian aktivitas anti inflamasi yang dapat dilakukan secara in vivo dibedakan menjadi dua sesuai dengan jenis inflamasi yaitu inflamasi akut dan inflamasi kronis. Inflamasi akut dapat dibuat dengan beberapa cara, yaitu dengan induksi edema kaki tikus, pembentukan eritema respon kemerahan dan pembentukan eksudatif inlamasi. Inflamasi kronik dibuat dengan cara pembentukan granuloma dan induksi arthritis Gryglewski, 1977.

1. Uji Eritema

Tanda paling awal dari reaksi inflamasi di kulit adalah kemerahan eritema yang berhubungan dengan vasodilatasi, dimana belum disertai eksudasi plasma dan udema. Pada marmot albino reaksi eritema terlihat dua jam setelah penyinaran UV pada kulit yang telah dicukur. Uji eritema yang disebabkan UV dapat digunakan untuk mengukur fase vasodilatasi pada reaksi inflamasi. Mekanisme dari reaksi ini tidak diketahui, tapi pelepasan prostaglandin kelihatannya berperan pada fenomena ini Gryglewski, 1977. Keuntungan dari uji ini adalah sederhana tapi membutuhkan latihan bagi penggunanya untuk menggunakan fotometer refleksi dengan tujuan untuk menghilangkan penilaian subjektif Vogel, 2002 2. Radang telapak kaki belakang Diantara banyak metode yang digunakan untuk skrining obat anti- inflamasi, satu dari teknik yang paling umum digunakan didasarkan pada kemampuan beberapa bahan uji untuk menghambat produksi udema kaki hewan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI uji setelah injeksi bahan pembuat radang. Banyak zat pembuat radang iritan yang telah digunakan seperti formaldehid, dextran, albumin telur, karagenin, dll Vogel, 2002. Iritan yang paling banyak digunakan adalah karagenin. Karagenin adalah fosfolipida tersulfatasi yang diekstrak dari lumut irlandia Chondrus cripus Glyglewski, 1977. Reaksi inflamasi yang diinduksi karagenin mempunyai dua fase: fase awal dan akhir. Fase awal berakhir setelah 60 menit dan dihubungkan dengan pelepasan histamin, serotonin, dan bradikinin. Fase akhir terjadi antara 60 menit setelah injeksi dan berakhir setelah tiga jam. Fase ini dihubungkan dengan pelepasan prostaglandin dan neutrofil yang menghasilkan radikal bebas, seperti hidrogen peroksida, superoksida, dan radikal hidroksil Suleyman, dkk, 2004. Efeknya dapat diukur dengan memotong kaki belakang pada sendi torsocrural dan ditimbang Vogel, 2002.

3. Tes radang selaput dada

Radang selaput dada dikenal sebagai fenomena inflamasi eksudatif pada manusia Vogel, 2002. Radang selaput dada pada tikus dapat disebabkan injeksi intrapleural dari turpentine, evans blue, gum arab, glikogen, dekstran, atau karagenin. Pada waktu tertentu setelah injeksi iritan hewan uji dibunuh dan eksudat dipindahkan, lebih baik dengan mencuci rongga dada dengan sejumlah larutan Hank’s yang diketahui volumenya untuk memastikan didapatnya eksudat dan sel utuh yang lengkap Gryglewski, 1977. Radang selaput dada yang disebabkan karagenin dipertimbangkan sebagai model inflamasi akut yang paling sempurna dimana keluarnya cairan, migrasi leukosit, dan parameter biokimia lain PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang ada dalam respon inflamasi dapat diukur dengan mudah dari eksudat Vogel, 2002

4. Radang Sendi

Hewan uji diinjeksi subplantar suspensi yang mengandung 0,5 mycobacterium tuberculosis mati 0,05 ml untuk tikus dan 0,025 ml untuk mencit. Pemberian obat untuk anti inflamasinya sudah diberikan satu hari sebelum injeksi dan dilanjutkan maksimal sampai 28 hari. Untuk mengetahui adanya radang dilihat saat benjolan sudah muncul biasanya pada hari ke-13, kemudian diukur volumenya Williamson, 1996.

5. Tes kantung granuloma

Metode ini dapat digunakan untuk memperkirakan potensi anti-inflamasi kortikosteroid Vogel, 2002. Setelah kantung dibuat di punggung tikus dengan injeksi subkutan 10 – 25 ml udara steril, berbagai iritan minyak croton yang dicairkan, turpentine, microbacterial, fosfolipase A 2 atau karagenin dimasukkan pada lubang Gryglewski, 1977. Empat puluh delapan jam sesudahnya udara diambil dan hewan diinjeksi larutan uji atau larutan standar Vogel, 2002. Empat dampai empat belas hari setelahnya respon inflamasi dievaluasi dengan dasar volume cairan yang diambil dari kantung sama seperti berat dan tebal dinding kantung. Model kantung granuloma ini lebih sensitif terhadap obat anti-inflamasi steroid daripada non steroid Gryglewski, 1977. Metode aktivitas anti inflamasi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode secara in vivo karena faktor keterbatasan alat, dan lebih aman dibandingkan metode in vitro yang umumnya memakai unsur radioaktif. Metode PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI in vivo yang digunakan adalah metode Langford dkk 1972 yang telah dimodifikasi pelaksanaannya. Bila dibanding metode in vivo lainnya, metode ini dipilih karena dapat digunakan sebagai langkah pengujian awal untuk mengetahui apakah bahan uji memiliki efek anti inflamasi atau tidak. Selain itu karena metode ini mudah dilaksanakan, pengukuran dapat dilakukan secara obyektif serta dapat diandalkan untuk pengujian efek anti inflamasi dalam waktu yang singkat. Dasar metode Langford dkk 1972 ini adalah induksi udema pada telapak kaki belakang mencit. Metode ini dimodifikasi pelaksanaannya dengan mengganti zat penginduksi udem karagenin 1 meggantikan ragi serta rumus efek anti inflamasinya. Menurut Langford dkk 1972 persentase efek anti inflamasi dapat dihitung dari perubahan bobot kaki hewan uji dengan rumus sebagai berikut : efek anti inflamasi = ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − D D U X 100 keterangan : U : Harga rata-rata berat kaki kelompok karagenin terinflamasi dikurangi rata- rata berat kaki kelompok normal tanpa perlakuan D : Harga rata-rata berat kaki kelompok perlakuan terinflamasi dikurangi rata- rata berat kaki normal tanpa perlakuan Setelah dianalisis lebih lanjut, rumus di atas ternyata menunjukkan peningkatan udema. Karena persentase efek anti inflamasi dihitung dari pengurangan udema maka rumus di atas diubah sebagai berikut : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI efek anti inflamasi = ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − U D U X 100 keterangan : U : Harga rata-rata berat kaki kelompok karagenin terinflamasi dikurangi rata- rata berat kaki kelompok normal tanpa perlakuan D : Harga rata-rata berat kaki kelompok perlakuan terinflamasi dikurangi rata- rata berat kaki normal tanpa perlakuan D U II III I U-D Bobot kaki U = Kelp. II – Kelp.III D = Kelp. II – Kelp. I 100 U D U inflamasi anti x − = Gambar 8. Rumus perhitungan anti inflamasi Keterangan : I : + inflamatogen + obat bahan yang diuji II : + inflamatogen III : kontrol sham injection PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

G. Landasan Teori

Inflamasi terjadi karena adanya reaksi antara jaringan ikat pembuluh dengan pengaruh-pengaruh yang merusak noksi baik kimia, fisika, maupun infeksi organisme. Rangsangan tersebut membuat adanya pembebasan mediator- mediator inflamasi yang meliputi : histamin, eicosanoid prostaglandin, tromboksan, leukotrien, PAF platelet activating factor, bradikinin, nitrit oksida, neuropeptida, dan cytokine seperti interleukin, intereferon, dll Rang, et al, 2003 Akar dan daun krokot belanda mengandung saponin, dan flavonoid Anonim, 1994, di samping itu akarnya juga mengandung tanin dan steroid Misra, 1992; Dalimarta, 2003. Efek flavonoid terhadap organisme sangat banyak macamnya sehingga tumbuhan yang mengandung flavonoid dapat dipakai dalam pengobatan. Flavonoid menunjukkan aktivitasnya sebagai anti alergi, anti inflamasi, anti mikrobial, dan anti kanker. Flavonoid mampu menghambat enzim lipoksigenase sehingga pembentukan leukotrien Robinson, 1995 yang dapat menyebabkan peradangan menjadi terhambat. Flavonoid juga dikenal dengan aktivitasnya sebagai antioksidan Anonim, 2007a Steroid juga bermanfaat sebagai anti inflamasi dengan menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel sumbernya Anonim, 1991. Selain itu, di dalam dunia kesehatan tanin juga bermanfaat mengurangi bengkak edema Harborne, 1987. Tanin dapat mempengaruhi respon inflamasi dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI aktivitasnya sebagai penangkal radikal bebas, karena radikal bebas dapat merangsang terjadinya proses inflamasi Diane, 2006. Etanol dapat melarutkan flavonoid, steroid, saponin, dan tanin. Pada penelitian ini digunakan etanol 70 dengan harapan senyawa aktif yang terkandung dalam akar krokot belanda dapat terekstraksi dengan baik. Adanya senyawa kimia akar krokot belanda yang dapat terekstrak oleh etanol 70, diharapkan memiliki aktivitas sebagai anti inflamasi.

H. Hipotesis