suatu objek. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Pujiatni dan Lestari 2010. perilaku menyontek dipandang oleh sebagian mahasiswa
sebagai perbuatan yang tidak baik, tidak terpuji dan perbuatan berdosa yang harus dihindari. Perilaku menyontek juga dipandang sebagai perilaku
menjerumuskan diri dalam hal yang negatif dan membohongi diri sendiri karena menyontek tidak dapat mengukur seberapa jauh kemampuan yang
dimiliki. Namun demikian, ada pula mahasiswa yang menganggap menyontek sebagai perilaku yang biasa dilakukan dalam keadaan terpaksa.
Dalam hal ini perilaku menyontek disamakan dengan belajar karena pada saat menulis dalam kertas kecil dianggap seperti membaca dan meringkas catatan.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan tanggapan seseorang yang timbul karena rangsangan, terhadap suatu objek
berupa tanggapan positif atau tanggapan negatif.
B. Komponen Sikap
Dalam teori sikap terdapat tiga komponen dasar yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif Azwar,2005. Komponen-
komponen sikap tersebut berasal dari apa yang dipercaya tentang suatu objek, perasaan terhadap suatu objek, dan perilaku seseorang terhadap suatu objek.
Komponen kognitif yakni kepercayaan seseorang mengenai apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayan datang dari apa yang dilihat dan apa yang
diketahui. Berdasarkan apa yang dilihat, akan membentuk gagasan mengenai karakteristik suatu objek. Kepercayaan yang dibentuk menjadi dasar
pengetahuan seseorang terhadap apa yang diharapkan dan tidak diharapkan dari objek tertentu.
Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif sesorang terhadap suatu objek sikap. Komponen afektif dapat diartikan sebagai
perasaan seseorang yang dimiliki terhadap suatu objek. Reaksi emosional dari komponen afektif banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau sesuatu yang
dipercaya individu bagi objek tertentu. Komponen konatif menunjukkan perilaku atau kecenderungan
berperilaku dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Perilaku seseorang dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus
tertentu ditentukan oleh kepercayaannya terhadap stimulus tersebut. Sikap seseorang akan dicerminkan dalam bentuk perilaku terhadap suatu objek.
C. Faktor Pembentuk Sikap
Azwar 2005 menyatakan pembentukan sikap seseorang pada dasarnya disebabkan oleh adanya interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, terjadi
pertukaran informasi antar individu dan hubungan yang saling mempengaruhi. Hubungan timbal balik ini yang membentuk pola sikap terhadap objek yang
dihadapi. Azwar juga mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap seseorang, antara lain:
1. Pengalaman Pribadi Pengalaman pribadi meninggalkan kesan yang kuat dan dapat
menjadi dasar pembentukan sikap. Pengalaman yang telah dialami individu akan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial.
Tanggapan akan menjadi dasar terbentuknya sikap. Sikap lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi terjadi dalam situasi yang
melibatkan faktor emosional. Reaksi individu terhadap pengalaman sekarang tidak terlepas dari penghayatan terhadap pengalaman yang lalu.
2. Kebudayaan Kebudayaan di mana seseorang hidup memberikan pengaruh
terhadap pembentukan sikap. Apabila seseorang tinggal dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi suatu perbuatan menyimpang,
maka ada kemungkinan akan mendukung perbuatan menyimpang tersebut. Kebudayaan menanamkan pengaruh sikap terhadap berbagai
masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan memberi corak pengalaman individu-individu yang
menjadi anggota kelompok masyarakat. 3. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting
Orang lain yang hidup di sekitar individu akan memberikan pengaruh terhadap pembetukan sikap. Seseorang yang dianggap penting
seperti orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami, dan lain-lain akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap
seseorang terhadap suatu objek. Pada umumnya individu cenderung memiliki sikap searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting.
Kecenderungan ini dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang dianggap penting.
4. Media Massa Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,
majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Dalam penyampaian informasi, media
massa memberikan pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Pesan sugesti yang cukup kuat akan
memberi dasar efektif dalam menilai suatu hal sehingga terbentuk arah sikap tertentu. Berita yang disampaikan melalui media massa seringkali
mengandung unsur subjektivitas. Hal tersebut berpengaruh terhadap pembentukan sikap pembaca yang menerima berita tersebut.
5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Lembaga pendidikan dan lembaga agama mempunyai pegaruh
dalam pembentukan sikap karena keduanya memberikan konsep moral pada individu. Pemahaman baik dan buruk, sesuatu yang boleh dan tidak
boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan keagamaan. Konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan,
sehingga ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap suatu objek. Apabila individu melihat suatu objek yang bertentangan dengan
ajaran moral dan agama, maka tidak ada keraguan bagi mereka untuk bersikap menolak
6. Emosional Sikap tidak hanya ditentukan oleh pengalaman pribadi dan situasi
seseorang. Sikap juga merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi. Suatu bentuk sikap pernyataan yang didasari oleh emosi berfungsi
sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap tersebut merupakan sikap yang dapat segera
berlalu, tetapi dapat pula merupakan sikap yang bertahan lama.
D. Menyontek