Persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari jenis kelamin, program studi dan prestasi belajar akademik : studi kasus mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(1)

viii ABSTRAK

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU DITINJAU DARI JENIS KELAMIN, PROGRAM STUDI

DAN PRESTASI BELAJAR AKADEMIK

Studi kasus Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Marsia Herwin Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2011

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan persepsi mahasiswa terhadap Program Pendidikan Profesi Guru ditinjau dari (1) jenis kelamin, (2) program studi, (3) prestasi belajar akademik.

Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FKIP tahun ajaran 2009/2010 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan sampel sebanyak 317 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel adalah proportionate stratified dan convenience sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah Uji-t dan ANOVA dengan taraf signifikansi 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada perbedaan persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari jenis kelamin (Asymp. Sig. dari uji t sebesar 0,018 lebih kecil dari 0,05), (2) ada perbedaan persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari program studi (Asymp. Sig. dari uji Anova sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05), (3) tidak ada perbedaan persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari prestasi belajar akademik (Asymp. Sig. dari uji Anova sebesar 0,170 lebih besar dari 0,05).


(2)

ix ABSTRACT

STUDENTS’ PERCEPTION TOWARDS TEACHER’S PROFESSIONAL EDUCATIONAL PROGRAM PERCEIVED FROM GENDER, STUDY

PROGRAM AND ACADEMIC ACHIEVEMENT

A Case Study on Students of Faculty of Teachers Training and Education Sanata Dharma University, Yogyakarta

Marsia Herwin Sanata Dharma University

Yogyakarta 2011

The aim of this study is to find out the difference of students’ perception towards teacher’s educational program perceived from: (1) gender; (2) study program; (3) academic achievement.

This study was carried out in Sanata Dharma University, Yogyakarta. The population of this study was the 2009/2010 student batch of faculty of teachers training and education Sanata Dharma University the samples were 317 students. The techniques of gathering the samples were proportionate stratified and convenience sampling. Technique of gathering the data was questionnaire. The data analysis techniques were t test and ANOVA test with 5% significance level.

The result of the study shows that: (1) there is different students’ perception towards teacher’s professional educational program perceived from gender; the significance level of t test is 0,018. It is lower than 0,05; (2) there is different students’ perception towards teacher profession education program perceived from study program; the significance level of ANOVA test is 0,000. It is lower than 0,05; (3) there is not any different students’ perception towards teacher profession education program perceived from academic achievement; the significance level of ANOVA test is 0,170. It is higher than 0,05.


(3)

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROGRAM

PENDIDIKAN PROFESI GURU DITINJAU DARI JENIS

KELAMIN, PROGRAM STUDI DAN PRESTASI BELAJAR

AKADEMIK

Studi kasus Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh : Marsia Herwin NIM: 05 1334 062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2011


(4)

i

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROGRAM

PENDIDIKAN PROFESI GURU DITINJAU DARI JENIS

KELAMIN, PROGRAM STUDI DAN PRESTASI BELAJAR

AKADEMIK

Studi kasus Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh : Marsia Herwin NIM: 05 1334 062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2011


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini Aku persembahkan untuk:

Allah Bapa,Putra dan Roh Kudus

Bunda Maria sebagai sumber hidupku, Santa Marsia

Ayah dan Bunda’ku tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, semangat dan

kekuatan dalam setiap doa untuk keberhasilanku

Abang’ku (Alexander Heriwanto ) yang s’lalu memberikan semangat dan dukungan

Adik-adik’ku Tersayang (Lidya Efiani, Kornelius Hendra dan Krisantus

Firman) yang s’lalu memberikan keceriaan dalam hari-hari’ku

Sahabat-sahabat’ku tersayang (Bernadeta Lilis, Katarina Menuneda, Win

Supriadi, Ignasius Triwahyudi, Yohanes Jhon, Hendra Priyanto, Frater

Diri, Robert Beni Fernando) yang telah setia mendengar keluh kesah’ku dan s’lalu

memberikan kekuatan, semangat dan inspirasi bagi’ku


(8)

v

MOTTO

Untuk mencapai kesuksesan kita jangan hanya bertindak

tapi juga perlu bermimpi jangan hanya berencana tapi juga perlu untuk percaya

To accomplish great things we must not only act

but also dream not only plan but also believe


(9)

vi   

 


(10)

vii   


(11)

viii ABSTRAK

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU DITINJAU DARI JENIS KELAMIN, PROGRAM STUDI

DAN PRESTASI BELAJAR AKADEMIK

Studi kasus Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Marsia Herwin Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2011

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan persepsi mahasiswa terhadap Program Pendidikan Profesi Guru ditinjau dari (1) jenis kelamin, (2) program studi, (3) prestasi belajar akademik.

Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FKIP tahun ajaran 2009/2010 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan sampel sebanyak 317 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel adalah proportionate stratified dan convenience sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah Uji-t dan ANOVA dengan taraf signifikansi 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada perbedaan persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari jenis kelamin (Asymp. Sig. dari uji t sebesar 0,018 lebih kecil dari 0,05), (2) ada perbedaan persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari program studi (Asymp. Sig. dari uji Anova sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05), (3) tidak ada perbedaan persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari prestasi belajar akademik (Asymp. Sig. dari uji Anova sebesar 0,170 lebih besar dari 0,05).


(12)

ix ABSTRACT

STUDENTS’ PERCEPTION TOWARDS TEACHER’S PROFESSIONAL EDUCATIONAL PROGRAM PERCEIVED FROM GENDER, STUDY

PROGRAM AND ACADEMIC ACHIEVEMENT

A Case Study on Students of Faculty of Teachers Training and Education Sanata Dharma University, Yogyakarta

Marsia Herwin Sanata Dharma University

Yogyakarta 2011

The aim of this study is to find out the difference of students’ perception towards teacher’s educational program perceived from: (1) gender; (2) study program; (3) academic achievement.

This study was carried out in Sanata Dharma University, Yogyakarta. The population of this study was the 2009/2010 student batch of faculty of teachers training and education Sanata Dharma University the samples were 317 students. The techniques of gathering the samples were proportionate stratified and convenience sampling. Technique of gathering the data was questionnaire. The data analysis techniques were t test and ANOVA test with 5% significance level.

The result of the study shows that: (1) there is different students’ perception towards teacher’s professional educational program perceived from gender; the significance level of t test is 0,018. It is lower than 0,05; (2) there is different students’ perception towards teacher profession education program perceived from study program; the significance level of ANOVA test is 0,000. It is lower than 0,05; (3) there is not any different students’ perception towards teacher profession education program perceived from academic achievement; the significance level of ANOVA test is 0,170. It is higher than 0,05.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah, Bapa, Putra dan Roh Kudus yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Persepsi Mahasiswa Terhadap Program Pendidikan Guru ditinjau dari Jenis Kelamin, Program Studi dan Prestasi Belajar Akademik.

Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi ini dapat diselesaikan tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan dorongan oleh berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis. Dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J, M.Sc., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku ketua jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.


(14)

xi

5. Ibu Benedecta Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd., selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan, saran dan kritik dalam proses penulisan skripsi ini.

6. Bapak/Ibu Dosen penguji yang memberikan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membagikan ilmu pengetahuan dan memberikan bimbingan selama proses belajar.

8. Orang tua’ku tercinta Bapak Ig. Giman dan Ibu Suryani, Abang’ku Alexander Heriwanto, Adik-adik’ku Lidya Efiani, Kornelius Hendra, Krisantus Firman yang selalu setia memberikan doa, semangat dan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Win Supriadi, yang telah hadir dalam kehidupanku, selalu ada untukku, slalu buat aku tersenyum, slalu mewarnai hari-hariku dengan keceriaan, slalu berikan semangat dan kekuatan dalam hidupku, terimakasih untuk doa dan dukungannya.

10. Yohanes Jhon, yang pernah hadir dalam kehidupan’ku, memberikan semangat dan menjadikan kekuatan bagi’ku.

11. Teman-teman kelas seminar penelitian yang telah memberikan masukan selama proses diskusi mata kuliah seminar penelitian.

12. Seluruh mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi responden dalam penelitian ini.


(15)

xii

13. Sahabat-sahabat yang s’lalu ada untuk’ku yang tidak pernah meninggalkanku dalam keterpurukan’ku Bernadeta Lilis, Katarina Menuneda, Ignasius Triwahyudi, Hendra Priyanto, Kristo Kuro Umang, Lapin.

14. Sahabat-sahabat terbaik’ku (Ana, Mariati Ayek, Dhita, Fransiska Rista Andriani, Ertyn Tyas Prabandari, Eko, End-win, Candra Paska, Deon, Bang Valen, Bang Welly, Bernadeta Lilis, Katarina Menuneda, Ignasius Triwahyudi, Hendra Priyanto, Kristo Kuro Umang, Lapin) Terimakasih atas kebersamaan dan keceriaan yang boleh di alami bersama di kota Jogja ini, dengan persahabatan ini kalian telah memberikan warna baru bagi hidupku. 15. Sahabat-sahabat’ku (Robert Beny Fernando, Frater Diri, Lambertus Oki,

Harka Duli Sepriyanti, Frater Emanuel Faot, Frater Kristianus Watu) Terimakasih kalian telah memberikan semangat dalam hidupku.

16. Kak Yusi, Bang Willy dan dedek Carol sekeluarga terimakasih atas keceriaannya dan kebersamaan selama di Jogja.

17. Teman-teman dimana aku berproses dalam UKM Koperasi Mahasiswa (Bob Marison, Fransiskus Freddy Tisna, Aloysius Priyanto, Benediktus Bangun B, Nahoras bona simarmata, Stepanus, Robin Susanto, Patricia Eva, Aris Budi Widodo dan semua teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih untuk segala canda tawa dan semangat kalian.

18. Teman-teman seperjuangan’ku (Avilla, Sugiyanto, Merry, Arnon, Maya, Rini, Boim). Terimakasih atas sharing dan bantuan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.


(16)

xiii

19. Teman-teman PAK ’05, terimakasih atas kebersamaan dan pengalaman selama kuliah.

20. Para penghuni Asrama Putri Pondok Angela (Sr. Yekti, Sr. Yati, Sr. Etty, Ena, MbaTtetty, Tanty, Tyas dan teman-teman yang lain) terimakasih untuk doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

21. Teman-teman ditempat kerja’ku (Dina, Pungky, Firsty, Mba Mayang, Mba Ogi, Mas Budi, Mas Yota, Mas Tony. Lisa, Yogi, Lia, Yati, Yuka, Mey, Mba Alin).

22. Bapak-Ibu Kost’ku dan juga teman-teman kost’ku (Evi, Ika, Eka, Ani, Floren, Winda, Emil).

23. Semua pihak yang memberikan bantuan sehingga skripsi ini selesai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan, agar dapat melengkapi skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca semuanya.

Penulis


(17)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6


(18)

xv

BAB II KAJIAN TEORITIK ... 8

A. Tinjauan Teoritis ... 8

1. Persepsi Mahasiswa ... 8

2. Program Pendidikan Profesi Guru ... 14

3. Standar Kompetensi Guru ... 26

4. Jenis Kelamin ... 32

5. Program Studi ... 35

6. Prestasi Belajar Akademik ... 40

B. Kerangka Berpikir ... 45

C. Hipotesis ... 48

BAB III METODE PENELITIAN ... 49

A. Jenis Penelitian ... 49

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 49

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 49

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 50

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 52

F. Teknik Pengumpulan Data ... 58

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 58


(19)

xvi

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 73

A. Sejarah Perkembangan Universitas ... 73

B. Visi, Misi dan Tujuan USD ... 77

C. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) ... 78

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 89

A. Deskripsi Responden dan Variabel Penelitian ... 89

B. Analisis Data ... 93

C. Pembahasan ... 102

BAB VI PENUTUP ... 105

A. Kesimpulan ... 105

B. Keterbatasan Penelitian ... 106

C. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109


(20)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Jumlah Pengambilan Sampel

dari Setiap Program Studi ... 52

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Mahasiswa terhadap Program Pendidikan Profesi Guru ... 54

Tabel 3.3 Skor Kuesioner Persepsi Mahasiswa terhadap Pendidikan Profesi Guru ... 56

Tabel 3.4 Skor Jenis Kelamin ... 56

Tabel 3.5 Kode Program Studi ... 57

Tabel 3.6 Skor Prestasi Belajar Akademik ... 58

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Mahasiswa terhadap Program Pendidikan Profesi Guru I ... 60

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Mahasiswa terhadap Program Pendidikan Profesi Guru II ... 62

Tabel 3.9 Tingkat Keterhandalan Instrumen Penelitian ... 64

Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Persepsi Mahasiswa terhadap Program Pendidikan Profesi Guru ... 64

Tabel 3.11 Interpretasi Cmaks ... 72

Tabel 5.1 Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin ... 90

Tabel 5.2 Distribusi Responden menurut Program Studi ... 90


(21)

xviii Tabel 5.4 Interpretasi Persepsi Mahasiswa FKIP

terhadap Pendidikan Profesi Guru ... 93 Tabel 5.5 Pengujian Normalitas Persepsi Mahasiswa

terhadap PPG ditinjau dari Jenis Kelamin ... 94 Tabel 5.6 Pengujian Normalitas Persepsi Mahasiswa

terhadap PPG ditinjau dari Program Studi ... 95 Tabel 5.7 Pengujian Normalitas Persepsi Mahasiswa terhadap

PPG ditinjau dari Prestasi Belajar Akademik ... 96 Tabel 5.8 Pengujian Homogenitas ... 97


(22)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Kuesioner ... 113 Lampiran 2. Validitas dan Reliabilitas ... 121 Lampiran 3. Data Induk Penelitian ... 126 Lampiran 4. Distribusi Frekuensi ... 146 Lampiran 5. Uji Homogenitas dan Normalitas ... 150 Lampiran 6. Analisis Uji t dan ANOVA ... 162 Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian ... 167


(23)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasal 31 ayat (3) UUD 1945 yang telah diamandemen, menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.

Untuk melaksanakan ketentuan tersebut pemerintah telah melakukan berbagai usaha, termasuk menerbitkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UURI Nomor 20/2003), Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI Nomor 14/2005) dan berbagai peraturan perundangan lainnya, yang melihat peranan strategis guru dan dosen dalam peningkatan mutu pendidikan. Guru dipandang sebagai jabatan profesional dan karena itu seorang guru harus disiapkan melalui pendidikan profesi.

Kewajiban menyelenggarakan Pendidikan Profesi Guru (PPG) mengharuskan adanya pedoman atau aturan pelaksanaannya agar kegiatan pendidikan profesi itu dapat segera dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Hal ini dirasakan semakin mendesak mengingat kebutuhan tenaga guru yang nyata di lapangan mengharuskan PPG dilaksanakan dengan segera agar pengangkatan guru baru dapat dilakukan sesuai dengan ketetapan yang ada. Di samping itu saat ini banyak lulusan program S1 kependidikan yang


(24)

prospeknya tidak jelas, apakah dapat diangkat langsung sebagai guru atau tidak. Dalam menata pendidikan guru, kebutuhan mendesak lainnya adalah menetapkan kebijakan pengadaan tenaga pendidik yang akuntabel dan mendukung penyelenggaraan program PPG.

Soedjadi (1993:1) mengemukakan bahwa satu-satunya wadah yang berfungsi sebagai pengembangan sumber daya manusia yang bermutu tinggi adalah pendidikan, baik pendidikan jalur sekolah maupun luar sekolah. Sedangkan yang dikembangkan dalam proses pendidikan ini adalah kemampuan untuk mengembangkan orang lain.

Orang yang tepat dan penting dalam usaha mengembangkan orang lain adalah guru. Guru sangat berperan dalam pengembangan sumber daya manusia. Sepanjang masa, guru tetap merupakan orang punya andil besar dalam dunia pendidikan. Dalam sejarah pendidikan di Indonesia, guru pernah mempunyai status dan wibawa yang tinggi dalam masyarakat dan dianggap sebagai orang yang serba tahu. Peranan guru saat itu tidak hanya mendidik anak di depan kelas, tetapi juga mendidik masyarakat, tempat masyarakat untuk bertanya, baik untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial.

Dalam era teknologi yang maju sekarang, guru tidak lagi menjadi satu-satunya tempat bertanya bagi masyarakat, karena pendidikan masyarakat mungkin jauh lebih tinggi dari guru. Kewibawaan, penghargaan guru mulai mundur sejalan dengan kemajuan zaman, perkembangan IPTEK dan kepedulian guru yang meningkat terhadap imbalan atau balas jasa. Kecenderungan seperti di atas berimplikasi terhadap pendidikan calon guru.


(25)

Para calon guru akan menempuh cara berbeda dengan guru dalam jabatan untuk mendapatkan sertifikat sebagai pendidik. Jika guru dalam jabatan menempuh sertifikasi dengan model portofolio, maka calon guru yang sudah mendapatkan gelar sarjana harus mengikuti pendidikan profesi guru. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan atau LPTK yang akan memberikan pendidikan profesi harus memenuhi persyaratan seperti pengalaman di bidang pendidikan, tenaga pengajar dan fasilitas.

Ketentuan yang mengatur guru merupakan profesi terbuka ditentang banyak kalangan, baik aktivis, mahasiswa maupun akademisi. Dikhawatirkan ketentuan ini ke depan akan menciptakan guru-guru instan yang mengajar tanpa jiwa dan dedikasi. Di dalam Pasal 7 RPP tentang Guru (draft versi 17 Agustus 2008) tertulis, profesi guru bisa berasal dari luar S1/D4 non-kependidikan. Mereka harus mengikuti pendidikan profesi yang fokus pembelajarannya pada aspek pedagogi. Lulusan kependidikan tetap di wajibkan ikut pendidikan ini namun penekanannya lebih pada bidang keahlian, tidak lagi pedagogi. Hal ini menunjukkan LPTK seolah-olah tidak profesional, tidak dipercaya menghasilkan guru-guru yang baik. Di sisi lain untuk menghasilkan guru yang baik, tidak bisa ditempuh melalui proses instan, lewat pendidikan 36-40 SKS (sistem kredit semester) saja. Mereka mungkin bisa mengajar, tetapi tidak mendidik dengan baik. Seperti halnya profesi kedokteran atau pengacara yang menjadi profesi tertutup, aspek kepribadian dan pedagogi tidak bisa diperoleh secara instan. Jika masih


(26)

begini, pendidikan tidak bisa berkontribusi pada peningkatan moralitas bangsa.

Menurut Prof. Said Hamid Hasan, pengamat pendidikan dari UPI, mengajar idealnya tidak sekedar berupa transfer pengetahuan. Hal inilah yang akan terjadi jika guru itu dibentuk secara instan, tanpa penggemblengan dan dedikasi. Sebaliknya, guru harus bisa mentransfer nilai-nilai moral, sikap dan agama. Di tangan-tangan guru inilah nasib ke depan bangsa ini ditentukan. Indonesia baru adalah Indonesia maju dan modern dengan memperhatikan pendidikan, dari mulai buku sampai kesejahteraan guru. Strategi ke depan adalah perlunya mengubah Indonesia melalui pendidikan.

Pendidikan Profesi guru dilaksanakan sebagai upaya peningkatan kompetensi pedagogi, profesional, sosial dan personal dalam upaya mengimplementasikan amanat dalam UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. Keberhasilan pelaksanaan pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan secara nasional juga menjadi harapan nyata bagi pembangunan pendidikan dan pembangunan guru yang profesional menuju pembangunan Insan Indonesia yang Cerdas dan Kompetitif.

Pendidikan profesi guru diselenggarakan tidak semata-mata untuk memperoleh tunjangan profesional guru yang besarnya satu kali gaji pokok, tetapi lebih dari itu. PPG diselenggarakan untuk menjembatani kekurangan guru karena pensiun. Semua lulusan S1 pendidikan maupun non kependidikan mempunyai kesempatan untuk mengikuti PPG dan diharapkan program ini dapat meningkatkan kualitas guru dan mutu pendidikan. Lama pendidikan


(27)

profesi untuk guru TK dan SD dilaksanakan selama enam bulan, sedangkan pendidikan profesi guru untuk mata pelajaran di tingkat SMP, SMA dan SMK selama satu tahun.

Pemerintah membuka kesempatan kepada sarjana ilmu murni untuk menempuh profesi guru dengan tujuan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Model pendidikan profesi guru melalui jalur sarjana ilmu murni ditambah pendidikan profesi guru mempunyai keunggulan, terutama dalam penguasaan ilmu karena mereka sudah lulus sarjana ilmu murni dan telah belajar ilmu-ilmu tersebut selama empat tahun.

Pro kontra yang terjadi dengan dibukanya program pendidikan profesi guru bagi sarjana ilmu murni merupakan fenomena menarik yang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia. Tanggapan dan penilaian mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru yang positif, akan menentukan semangat belajar dan prestasi belajar akademik yang dicapai selama menimba ilmu di bangku kuliah. Untuk mengungkap lebih jauh tanggapan para mahasiswa dari LPTK, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari jenis kelamin, program studi dan prestasi belajar akademik.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru. Agar penelitian ini lebih terarah dan efektif, maka penelitian ini hanya difokuskan pada persepsi


(28)

mahasiwa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari jenis kelamin, program studi dan prestasi belajar akademik.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari Jenis Kelamin?

2. Apakah ada perbedaan persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari Program Studi?

3. Apakah ada perbedaan persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari Prestasi Belajar Akademik?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari Jenis Kelamin.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari Program Studi.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari Prestasi Belajar Akademik.


(29)

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan peneliti tentang persepsi mahasiswa USD terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari jenis kelamin, program studi dan prestasi belajar akademik.

2. Bagi USD

Menambah referensi yang diharapkan dapat menjadi wacana bagi USD dalam menyikapi program pendidikan profesi guru ditinjau dari jenis kelamin, program studi dan prestasi belajar akademik.

3. Bagi Mahasiswa

Untuk mengetahui secara nyata tentang persepsi mahasiswa USD terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari jenis kelamin, program studi dan prestasi belajar akademik.


(30)

8 BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Tinjauan Teoritis 1. Persepsi Mahasiswa

a. Pengertian Persepsi

Persepsi sering dinyatakan sebagai interpretation of experience (penafsiran pengalaman). Interprestasi menyebabkan kita menjadi subjek dari pengalaman kita sendiri. Winkel (1991:55) mengemukakan bahwa persepsi merupakan proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antara gejala, maupun peristiwa) sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti.

Proses persepsi dimulai dengan penginderaan, yaitu diterimanya berbagai gejala dari luar diri kita melalui lima indera yang kita miliki yang sering kita sebut sebagai rangsangan. Rangsangan tersebut kemudian diinterprestasikan sehingga menyebabkan kita mempunyai suatu pengertian terhadap lingkungan.

Walgito (1994:53) mengungkapkan persepsi sebagai suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses berwujud diterimanya stimulus individu melalui alat reseptornya (alat penerima rangsangan). Stimulus tersebut kemudian diteruskan sampai ke pusat susunan saraf (otak) sehingga individu menyadari apa yang dilihat, apa yang didengar dan sebagainya. Persepsi yaitu pengamatan


(31)

secara global yang belum disertai dengan kesadaran, sehingga subjek dan objeknya belum dibedakan satu dari yang lainnya (Kartono, 1984:77). Menurut Mahmud (1989:41) persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di dalam otak.

Azwar (1995:10) mengemukakan bahwa persepsi terhadap suatu objek dan peristiwa yang sama dan disampaikan oleh orang yang sama pula, hal ini tidak berarti persepsi orang yang satu dengan orang yang lain tidak mungkin terjadi kesamaan. Maksudnya satu stimulus dapat menimbulkan lebih dari satu respon yang berbeda dan beberapa stimulus yang berbeda dapat saja menimbulkan satu respon yang sama. Persepsi merupakan suatu proses di mana proses tersebut didahului dengan proses penginderaan. Proses penginderaan ini terjadi karena manusia berinteraksi dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, sehingga manusia perlu menyerap unsur dari luar yang berupa rangsangan atau stimulus melalui inderanya. Dengan demikian, penginderaan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera. Namun proses tersebut tidak berhenti di situ saja, pada umumnya stimulus tersebut diteruskan ke syaraf otak sebagai pusat susunan syaraf dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Proses penginderaan terjadi setiap saat, yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu


(32)

dengan dunia luarnya (Branca, 1964; Woodworth dan Marquis, 1957 dalam Bimo Walgito, 1991:53).

Persepsi adalah proses pemberian arti oleh seseorang kepada berbagai rangsangan atau stimulus yang diterimanya (Alexander Hiam dan Charles D. Schewe, 1994:212). Mengutip Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:675) persepsi diartikan sebagai suatu tanggapan (penerimaan langsung atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indera. Bagi semua orang sangatlah mudah kiranya melakukan perbuatan melihat, mendengar, membaui atau mencium, merasakan dan menyentuh, yaitu proses-proses yang sudah semestinya ada. Namun informasi yang datang dari organ-organ indera kiranya perlu terlebih dahulu diorganisasikan dan diinterpretasikan sebelum dapat dimengerti, proses ini dinamakan persepsi/perception (Soenardi,1988:83). Persepsi sering juga diartikan sebagai pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rahmat, 1986). Persepsi adalah sejumlah indera disatukan dan dikoordinasikan di dalam pusat syaraf yang lebih tinggi (otak) sehingga manusia bisa mengenali dan menilai objek.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa persepsi adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan rangsang dari luar/lingkungan melalui panca indera, sehingga individu mengerti dan


(33)

menyadari apa yang ditangkap oleh inderanya. Dalam hal ini, persepsi merupakan proses pemahaman, penerimaan, pengorganisasian dan penginterpretasian oleh mahasiswa terhadap rangsangan dari luar

yaitu program pendidikan profesi guru. Irwanto dkk (1983:55). Mengemukakan bahwa konsep lain

mengenai persepsi, yaitu proses diterimanya ransangan (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai ransangan itu disadari dan dimengerti.

Robbins (2002:46) mendeskripsikan persepsi adalah suatu proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan menginteprestasikan kesan sensori mereka untuk memberi arti pada lingkungan mereka. Riset tentang persepsi secara konsisten menunjukkan bahwa individu yang berbeda dapat melihat hal yang sama tetapi memahaminya secara berbeda. Ada sejumlah faktor yang bekerja untuk membentuk dan terkadang memutar-balikkan persepsi. Faktor-faktor ini terdiri dari; Pelaku persepsi (perceiver), Objek atau yang dipersepsikan dan Konteks dari situasi dimana persepsi itu dilakukan.

Berbeda dengan persepsi terhadap benda mati seperti meja, mesin atau gedung, persepsi terhadap individu adalah kesimpulan yang berdasarkan tindakan orang tersebut. Objek yang tidak hidup dikenai hukum-hukum alam tetapi tidak mempunyai keyakinan, motif atau maksud seperti yang ada pada manusia. Akibatnya individu akan berusaha mengembangkan penjelasan-penjelasan mengapa berperilaku


(34)

dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu, persepsi dan penilaian individu terhadap seseorang akan cukup banyak dipengaruhi oleh pengandaian-pengandaian yang diambil mengenai keadaan internal orang itu (Robbins, 2008:176).

Menurut Irwanto, dkk (1988:76) faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi meliputi:

1) Perhatian yang selektif

Dalam kehidupan manusia, setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Meskipun demikian, ia tidak harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya. Untuk itu, individu harus memutuskan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja. Dengan demikian, objek-objek atau gejala lain tidak akan tampil kemuka sebagai objek pengamat.

2) Ciri-ciri rangsang.

Rangsang yang bergerak diantara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar diantara yang kecil yang kontras dengan latar belakangnya dan yang intensistas rangsangnya lebih kuat.

3) Nilai-nilai dan kebutuhan individu.

Seseorang tentu punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam pengamatannya sehingga individu yang satu tentu mempunyai nilai-nilai dan kebutuhan yang berbeda dengan individu lainnya.


(35)

b. Objek Persepsi

Objek persepsi dapat berada di dalam individu atau di luar individu yang mempersepsi. Apabila objek persepsi berada di dalam individu yang mempersepsi berarti individu tersebut mempersepsi dirinya sendiri, sehingga ia dapat mengerti dan mengevaluasi keadaan dirinya sendiri. Apabila objek persepsi berada di luar individu yang mempersepsi, maka objek persepsi dapat berupa benda-benda disebut persepsi benda (things perception) atau disebut juga non social perception, sedangkan bila objek persepsi berupa manusia disebut persepsi sosial (social perception) (Heider, 1958 dalam Bimo Walgito, 1991:56).

Ada persamaan dan perbedaan antara mempersepsi benda-benda mati dan mempersepsi manusia. Persamaan terjadi bila manusia dipandang sebagai benda fisik seperti benda-benda fisik lainnya yang terikat pada waktu dan tempat. Dalam kenyataannya, manusia bukan benda fisik semata, tetapi mempunyai kemampuan-kemampuan, harapan dan perasaan yang tidak dipunyai oleh benda - benda fisik lainnya sehingga hal ini akan membawa perbedaan antara mempersepsi benda-benda dan mempersepsi manusia (Morgan dalam Bimo Walgito, 1991:56). Dengan demikian mempersepsi manusia akan dipengaruhi oleh manusia yang dipersepsi.


(36)

2. Program Pendidikan Profesi Guru

a. Latar Belakang Pencanangan Pendidikan Profesi Guru

Selama ini dalam anggapan masyarakat khususnya masyarakat perkotaan atau daerah yang wilayahnya telah mengalami kemajuan ekonomi, pekerjaan guru dianggap tidak menjanjikan masa depan. Bagi alumni perguruan tinggi, profesi guru hanyalah pekerjaan sambilan dari pada sama sekali menganggur. Di daerah pedesaan yang rata-rata kecerdasan masyarakat masih rendah guru dihormati, namun penghargaan tersebut terasa semu. Gagasan Mendiknas Bambang Sudibyo untuk memantapkan guru sebagai profesi merupakan gagasan konstruktif bagi peningkatan profesionalisme guru Indonesia yang selama ini sangat memprihatinkan. Para guru di Indonesia yang merupakan komponen inti pembelajaran di sekolah dalam dua dekade terakhir semakin dihanyuti kultur pragmatisme.

b. Tujuan pendidikan profesi Guru

Mengacu pada UU No. 20/2003 Pasal 3, tujuan umum pendidikan profesi guru adalah menghasilkan calon guru yang memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan khusus Pendidikan Profesi Guru adalah menghasilkan calon guru yang


(37)

memiliki kompetensi merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah serta melakukan penelitian.

c. Standar Kompetensi Lulusan

Sosok utuh kompentensi guru mencakup:

1) Kemampuan mengenal secara mendalam peserta didik yang dilayani.

2) Penguasaan bidang studi secara keilmuan dan kependidikan, yaitu kemampuan mengemas materi pembelajaran kependidikan.

3) Kemampuan menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik yang meliputi perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian proses dan hasil pembelajaran serta pemanfaatan hasil penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran sebagai pemicu perbaikan secara berkelanjutan.

4) Pengembangan profesionalitas berkelanjutan.

Keempat wilayah kompetensi ini dapat ditinjau dari segi pengetahuan, keterampilan dan sikap, yang merupakan kesatuan utuh tetapi memiliki dua dimensi tak terpisahkan yaitu dimensi akademik (kompetensi akademik) dan dimensi profesional (kompetensi profesional). Kompetensi akademik lebih banyak berkenaan dengan pengetahuan konseptual, teknis/prosedural, faktual, dan sikap positif


(38)

terhadap profesi guru, sedangkan kompetensi profesional berkenaan dengan penerapan pengetahuan dan tindakan pengembangan diri secara profesional. Sesuai dengan sifatnya, kompetensi akademik diperoleh lewat pendidikan akademik tingkat universitas, sedangkan kompetensi profesional lewat pendidikan profesi.

Kompetensi guru tersebut disajikan sebagai berikut.

1) Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik mencapai standar kompetensi.

2) Menguasai ilmu pendidikan, perkembangan dan membimbing peserta didik.

3) Menguasai pembelajaran bidang studi seperti belajar dan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, perencanaan pembelajaran, media pembelajaran dan penelitian bagi peningkatan pembelajaran bidang studi.

4) Mampu melaksanakan praktik pembelajaran bidang studi.

5) Memiliki integritas kepribadian yang meliputi aspek fisik-motorik, intelektual, sosial, konatif dan afektif.

6) Kompetensi sosial merupakan kemampuan dalam menjalin hubungan sosial secara langsung maupun menggunakan media di sekolah dan luar sekolah.


(39)

d. Profesi Keguruan

Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan.

Ciri-ciri profesi adalah (Pakde Sofa, 2008) : 1) Standar unjuk kerja

2) Lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku profesi tersebut dengan standar kualitas akademik yang bertanggung jawab 3) Organisasi profesi

4) Etika dan kode etik profesi 5) Sistem imbalan

6) Pengakuan masyarakat

Pada dasarnya profesi guru adalah profesi yang sedang tumbuh. Walaupun ada yang berpendapat bahwa guru adalah jabatan semi profesional, namun sebenarnya lebih dari itu. Hal ini dimungkinkan karena jabatan guru hanya dapat diperoleh pada lembaga pendidikan yang lulusannya menyiapkan tenaga guru, adanya organisasi profesi, kode etik dan ada aturan tentang jabatan fungsional guru (SK Menpan No. 26/ 1989).

Ciri-ciri jabatan guru adalah sebagai berikut (Pakde Sofa, 2008): 1) Melibatkan kegiatan intelektual.


(40)

2) Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.

3) Memerlukan persiapan profesional yang lama (dibandingkan dengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum belaka).

4) Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan. 5) Menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen. 6) Menentukan baku (standarnya) sendiri.

7) Lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi. 8) Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat. Profesi keguruan secara garis besar meliputi minimal empat pokok antara lain:

1) Menguasai bahan pengajaran

2) Merencanakan program belajar-mengajar

3) Melaksanakan, memimpin dan mengelola proses belajar-mengajar serta,

4) Menilai dan mengevaluasi kegiatan belajar-mengajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1104) profesi diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dsb) tertentu. Di dalam profesi dituntut adanya keahlian dan etika khusus serta standar layanan. Pengertian ini mengandung implikasi bahwa profesi hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang secara khusus dipersiapkan untuk itu. Dengan kata lain profesi bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak memperoleh pekerjaan lain.


(41)

e. Model Ideal Profesi Guru

Idealnya sebuah profesi memiliki superioritas di dalam struktur pekerjaan, sehingga status profesional itu diinginkan dan mendapat imbalan berupa hak-hak istimewa. Jika guru adalah sebuah profesi, maka seharusnya banyak orang, dan terutama orang-orang terbaik di negeri ini ingin menjadi guru. Idealnya guru adalah profesi yang semestinya mendapatkan perlakuan istimewa dari pemerintah dan masyarakat. Kenyataannya siswa terbaik di negeri ini tidak memilih untuk melanjutkan studi ke jurusan keguruan. Secara ideal status profesional bisa berasal dari beberapa unsur, seperti adanya undang-undang, otonomi atau hak untuk mengatur dirinya sendiri, keahlian yang menyangkut pengetahuan dan adanya penghargaan tinggi dari masyarakat atau kliennya (Humes , 1986 dalam Nurkolis, 2004). Status profesional juga bisa dipandang dari sudut yang lebih luas, yaitu dalam konteks politik, sosial, dan ekonomi (Siegrist, 1994 dalam Nurkolis, 2004).

Apabila guru dipandang sebagai profesi, maka perlu dilakukan analisis yang menyangkut beberapa hal, antara lain.

1) Berdasarkan pasal 39 ayat 2 UU No. 20 tahun 2003, secara tegas dinyatakan bahwa guru merupakan tenaga profesional. Namun undang-undang tidak selalu berjalan seperti yang diinginkan, dan kenyataannya berdasarkan kriteria ideal dan komparatif tidak mendukung bunyi undang-undang tersebut.


(42)

2) Guru harus memiliki otonomi. Ternyata guru memiliki otonomi keilmuan pun belum, karena masih banyak dibebani dengan muatan-muatan politis yang tidak ada kaitannya dengan upaya pendewasaan dan pencerdasan manusia. Hal ini tercermin dari tidak merdekanya guru dalam menentukan materi pelajaran, penggunaan buku pelajaran, hingga pelaksanaan evaluasi yang masih didominasi oleh kekuatan penguasa.

3) Seharusnya sebuah profesi dihargai di masyarakat. Kenyataannya profesi guru dipandang tidak seperti profesi lain, seperti dokter, notaris, apoteker dan sebagainya.

4) Secara politis, pendidikan tidak pernah punya akses strategis terhadap kekuasaan. Menurut Husen dan Kogan (Nurkolis, 2004) hasil temuan atau penelitian para guru tidak memiliki pengaruh terhadap pengambilan kebijakan para penguasa, dan hubungan keduanya tidak jelas. Di mata penguasa, guru tidak memiliki posisi tawar.

5) Peran dan kedudukan guru di tengah masyarakat terus merosot. Masyarakat menghargai seseorang lebih cenderung dari sisi materi, padahal rata-rata guru kekurangan materi.

6) Pendidikan tidak pernah diperhitungkan sama sekali memiliki pengaruh terhadap perkembangan ekonomi. Hal ini karena pendidikan tidak dipandang sebagai investasi yang menguntungkan, tetapi hanya sebagai cost. Ketika pendidikan


(43)

tidak dianggap memberi sumbangan terhadap ekonomi, maka guru tidak dianggap sebagai profesi (Kydd dkk, 1997 dalam Nurkolis, 2004).

f. Model Pendidikan Profesi Guru

Ke depan guru yang diijinkan mengajar adalah guru yang telah memiliki sertifikat sebagai guru. Untuk dapat memperoleh sertifikat guru dilakukan melalui dua jalur. Jalur yang pertama adalah guru harus mengumpulkan portofolio yang berisi ijazah dan serifikat-sertifikat lain yang berkaitan dengan kompetensi keguruannya. Portofolio ini kemudian akan dinilai oleh asesor yang telah memiliki NIA (Nomer Induk Asesor). Apabila lolos seleksi maka guru tersebut akan memperoleh sertifikat. Sedang bagi guru yang belum lulus maka akan diberikan PLPG (Pendidikan dan Latihan Profesi Guru). Setelah mengikuti PLPG akan diadakan tes, apabila telah lolos tes maka sertifikat akan diberikan. Jalur yang kedua adalah melalui pendidikan profesi. Pendidikan profesi harus ditempuh oleh sarjana pendidikan yang akan menjadi guru. Namun pemerintah juga membuka kesempatan kepada sarjana yang berasal dari ilmu murni untuk mengikuti pendidikan profesi ini. Lama pendidikan profesi guru 1 tahun untuk guru SMP dan SMA, sedang untuk guru TK dan SD hanya 6 bulan saja. Model terakhir inilah yang kemudian memunculkan pro-kontra. Alasan pemerintah membuka kesempatan bagi sarjana ilmu murni untuk dapat mengikuti pendidikan profesi guru adalah bahwa


(44)

mereka memiliki penguasaan keilmuan yang jelas lebih tinggi dari pada melalui jalur S1 pendidikan, karena mereka belajar bidang keilmuan lebih lama dari pada jalur S1 pendidikan. Dengan demikian diharapkan guru masa yang akan datang adalah profil guru yang sungguh-sungguh menguasai ilmu lebih baik, benar dan tidak membuat kesalahan dalam mengajarkan ilmunya, serta diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Sarjana ilmu murni yang ingin mengikuti pendidikan profesi guru akan diseleksi secara ketat. Hanya para sarjana ilmu murni yang mempunyai jiwa pendidik dan betul-betul ingin menjadi guru yang boleh ikut pendidikan profesi.

Kekhawatiran yang terjadi dengan pendidikan profesi yang terbuka adalah terciptanya guru-guru instant yang mengajar tanpa jiwa dan dedikasi. Kekhawatiran ini terungkap dalam konferensi pers di sela-sela loka karya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Republik Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) pada tanggal 5 Nopember 2008 di kampus UPI. Loka karya yang dihadiri pula BEM dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan ini salah satunya mengkritisi RPP Guru yang kini tengah disusun pemerintah. Menurut salah satu pengurus BEM UPI, ketentuan yang memperbolehkan profesi guru digeluti mereka yang menenpuh ilmu non kependidikan (LPTK) berpotensi mengurangi kredibilitas dan kapabilitas profesi pengajar. Menurutnya, guru itu harus profesional, digeluti oleh mereka


(45)

yang mempunyai motivasi sejak awal ingin menjadi guru dan digembleng di LPTK, bukan peralihan orang-orang yang tidak mendapat pekerjaan. Di dalam pasal 7 RPP tentang guru (draft versi 17 Agustus 2008) tertulis, profesi guru bisa berasal dari luar S1/ D4 non kependidikan. Mereka harus mengikuti pendidikan profesi yang fokusnya pembelajaran pada aspek pedagogi. Bobot kuliahnya 36-40 SKS (sistem kredit semester). Lulusan kependidikan tetap diwajibkan mengikuti pendidikan ini, namun penekanannya lebih pada bidang keahlian, tidak lagi pedagogi . Menurut Sekretaris Jendral Federasi Guru Independen Indonesia kebijakan tersebut juga menunjukkan bahwa LPTK seolah-olah tidak profesional, tidak dipercaya menghasilkan guru yang baik. Di sisi lain untuk menghasilkan guru yang baik tidak dapat ditempuh melalui proses instant lewat pendidikan 36-40 sks saja. Lulusan sarjana ilmu murni yang kemudian menempuh pendidikan profesi guru mungkin bisa mengajar, tetapi tidak mendidik dengan baik. Seperti halnya profesi kedokteran atau pengacara menjadi profesi tertutup, aspek kepribadian dan pedagogi tidak bisa diperoleh secara instant. Profesor Said Hamid Hasan, pengamat pendidikan dari UPI berpendapat bahwa mengajar itu idealnya tidak sekedar berupa transfer pengetahuan. Beliau menilai bahwa guru yang dihasilkan lewat pendidikan profesi yang terbuka bagi sarjana ilmu murni adalah guru instant, tanpa penggemblengan dan dedikasi. Paul Suparno, mantan Rektor Universitas Sanata Dharma


(46)

Yogyakarta juga mengungkapkan kekhawatiran dengan lamanya pendidikan profesi guru yang hanya satu tahun untuk guru SMP dan SMA. Pertanyaan yang muncul adalah apakah dengan waktu satu tahun tersebut calon guru dapat sungguh-sungguh kompeten dalam segi pedagogi, kepribadian, profesional dan sosial dalam berelasi dengan siswa (Paul Suparno, Kompas 31 Oktober 2008).

Model pendidikan profesi guru melalui jalur sarjana ilmu murni ditambah pendidikan profesi guru mempunyai keunggulan, terutama dalam penguasaan ilmu karena mereka sudah lulus sarjana ilmu murni dan telah belajar ilmu-ilmu tersebut selama empat tahun. Penguasaan mereka di bidang keilmuan jelas lebih tinggi daripada melalui jalur S-1 pendidikan karena belajar bidang keilmuan lebih lama dari pada jalur S-1 pendidikan. Dengan demikian, diharapkan mereka mempunyai pengertian keilmuan lebih baik, benar, dan tidak membuat kesalahan dalam mengajarkan ilmunya.

Konsep pendidikan tinggi untuk Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) memiliki karakteristik khas karena mengkhususkan diri dalam mendidik mahasiswa untuk menjadi pendidik. Dengan kata lain, LPTK memiliki kekhasan dalam bentuk mengajar peserta didik untuk mampu mengajar orang lain. Konsekuensi dari kekhasan ini adalah bahwa dari kuliah hari pertama di LPTK, harus sudah ditanamkan dalam diri mahasiswa bahwa kelak mereka akan menjadi manusia yang bertanggung jawab untuk


(47)

memanusiakan manusia lain melalui proses pendidikan. Untuk dapat berhasil memanusiakan manusia lain, lulusan LPTK harus menguasai sejumlah kompetensi yang berkaitan dengan proses pembelajaran untuk membelajarkan kepada orang lain. Atas dasar itu model pembelajaran di LPTK harus dilaksanakan secara khas.

Bentuk pembelajaran di LPTK tidak dapat lepas dari model yang akan dipilih. Selama ini dikenal dua model pengadaan guru, yaitu (1) model terintegrasi, terpadu, atau konkuren (concurent model) dan (2) model bersambungan atau konsekutif (consecutive model). Model konkuren adalah program pendidikan bagi calon guru yang mengupayakan penguasaan ilmu, teknologi dan/atau kesenian sebagai sumber bahan ajar secara bersamaan dengan pembentukan kemampuan mengajar. Adapun model konsekutif adalah program pendidikan bagi calon guru yang telah menguasai ilmu, teknologi dan/atau kesenian sebagai sumber bahan ajar yang mengupayakan pembentukan kemampuan mengajar.

Mengingat sebaran LPTK untuk program studi di Indonesia tidak sama maka perlu suatu strategi untuk mencari bentuk pembelajaran yang ideal. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program diploma empat (D-IV) atau program sarjana (S-1). Adapun kompetensi


(48)

guru meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan kompetensi profesional. Kesempatan menjadi guru, khususnya guru SLTP dan SLTA, terbuka untuk lulusan LPTK dan Non-LPTK. Meskipun demikian, untuk menjadi guru keduanya harus mengikuti uji kompetensi untuk mendapatkan sertifikat pendidik.

3. Standar Kompetensi Guru

Kemampuan melakukan pembelajaran sebenarnya merupakan kemampuan utama seorang guru. Menjadi penting bagi seorang guru atau calon guru untuk mengerti sejauh mana tuntutan profesional sebagai guru. Kompetensi (competency) didefinisikan dengan berbagai cara, namun pada dasarnya kompetensi merupakan kebulatan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ditampilkan melalui unjuk kerja, yang diharapkan bisa dicapai seseorang setelah menyelesaikan suatu program pendidikan. Sementara itu, menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 045/U/2002, kompetensi diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu.

Menurut UU RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Dalam hal ini, kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang


(49)

diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi guru menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan.

Menurut Mulyasa (2007:26) kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi di samping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik pengembangan pribadi dan profesionalisme.

Standarisasi kompetensi adalah proses pencapaian tingkat minimal kompetensi standar yang dipersyaratkan oleh suatu profesi pelayanan pendidikan yang menglobal menuntut standar profesi yang memenuhi persyaratan nasional dan internasional. Standar kompetensi dalam program sertifikasi lebih menekankan pada pemberian kompetensi minimal yang di persyaratkan untuk melakukan unjuk kerja yang efektif di tempat tugas yaitu tugas kependidikan (Mulyasa, 2007:32).

Menurut PP RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Dalam konteks itu, maka kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diwujudkan


(50)

dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seorang guru untuk memangku jabatan guru sebagai profesi. Keempat jenis kompetensi guru yang dipersyaratkan beserta subkompetensi dan indikator esensialnya diuraikan sebagai berikut.

a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Secara substantif kompetensi ini mencakup kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Mulyasa, 2007:75). Secara rinci masing-masing elemen kompetensi pedagogik tersebut dapat dijabarkan menjadi subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut.

1) Memahami peserta didik.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial antara lain memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.

2) Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran.


(51)

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial antara lain menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.

3) Melaksanakan pembelajaran.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial seperti menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

4) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial antara lain melaksanakan evaluasi (assess-ment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.

5) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial antara lain memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.


(52)

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

Secara rinci, setiap elemen kepribadian tersebut dijabarkan menjadi subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut.

1) Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial antara lain bertindak sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga sebagai pendidik, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

2) Memiliki kepribadian yang dewasa.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial seperti menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai pendidik.

3) Memiliki kepribadian yang berwibwa.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial seperti memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku disegani.

4) Memiliki kepribdian yang arif.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial seperti menampilkan tindakan yang didasarkan pada pemanfaatan peserta


(53)

didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

5) Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial seperti bertindak sesuai dengan norma religius (takwa kepada Tuhan YME, jujur, iklas dan suka menolong) dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

c. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru. Secara rinci masing-masing elemen kompetensi tersebut memiliki subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut.

1) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial antara lain memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.


(54)

2) Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.

d. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut.

1) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial yaitu berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.

2) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.

3) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

4. Jenis Kelamin

Elizabeth B. Hurlock (1992:191-192) menyatakan bahwa, akibat yang luas dari masa puber pada keadaan fisik anak juga mempengaruhi sikap dan perilaku. Pada umumnya pengaruh masa puber lebih banyak pada anak perempuan dari pada anak laki-laki, sebagian disebabkan karena anak


(55)

perempuan biasanya lebih cepat matang dari pada anak laki-laki dan sebagian banyak hambatan-hambatan sosial mulai ditekankan pada perilaku anak perempuan justru pada anak perempuan mencoba untuk membebaskan diri dari berbagai pembatasan.

Berikut perbedaan karakter pria dan wanita menurut Kartono (1971:137-144) antara lain:

a. Betapapun baik dan cemerlangnya intelegensi wanita itu, namun pada intinya hampir-hampir ia tidak mempunyai interesse yang menyeluruh pada soal-soal teoritis seperti kaum laki-laki. Hal ini bergantung pada struktur otaknya.

b. Kaum wanita lebih langsung atau direct, lebih praktis dan lebih meminati segi-segi kehidupan yang segera. Sedangkan laki-laki pada umumnya hanya mempunyai interesse, jika kejadian-kejadian tadi mengandung latar belakang atau nuansa tertentu, sesuai dengan minatnya, atau berhubungan dengan kepribadiannya. Jadi wanita itu lebih dekat pada masalah-masalah kehidupan yang praktis, sedangkan kaum laki-laki lebih tertarik pada segi-segi kejiwaan yang bersifat abstrak dari kehidupan ini sebagai bagian dari kehidupannya sendiri. c. Wanita itu pada umumnya sangat bergairah, sangat vivid penuh vitalitas

hidup. Sering memiliki sifat keremajaan, dan pada banyak hal wanita itu berdiri lebih dekat pada anaknya. Oleh karena itu sangat tepatlah ia ditugaskan sebagai pendidik anaknya. Tepat juga untuk teman bergaul


(56)

bagi kaum pria karena kaum pria itu selalu tertarik pada keremajaan dan kesegaran sifat-sifat wanita ini.

d. Wanita itu pada hakekatnya lebih heterosentris, lebih menonjol sifat kesosialannya. Sesuai dengan kodrat alamiahnya, wanita itu lebih banyak tertarik pada kehidupan orang lain. Pada banyak segi wanita itu menganggap orang laki-laki sebagai anaknya yang harus dibimbingnya. Oleh karena itu, wanita ini selalu terbuka hatinya bagi orang lain, dan mudah menerima orang lain, sehingga ia menjadi tempat pemberhentian yang terpercaya. Sedang kaum pria itu bersifat lebih egosentris, dan suka berpikir pada hal-hal yang lebih objektif dan essensiil. Kaum pria itu biasanya muncul sebagai pemegang inisiatif, yang menjadi stimulans dan pengarah bagi kemajuan. Dia mengejar cita-citanya dengan sarana tertentu. Oleh karena itu kehidupan dirinya dianggap sebagai sesuatu yang autonom, sebagai suatu prospek usaha yang ekspansif dan sifat-sifatnya selalu agresif, penuh daya serang untuk menguasai sesuatu ruang lingkup. Wanita itu sebaliknya dari laki-laki. Sifatnya lebih melindungi, memelihara dan mempertahankan (defensif). Perbedaan lain wanita dan pria pada waktu senggang yaitu bahwa wanita itu lebih suka menyibukkan diri dengan berbagai macam pekerjaan ringan. Sedang kaum pria lebih suka istirahat, tidur atau relax seenak-enaknya. Dengan demikian wanita itu pada umumnya lebih tangkas dan lebih giat pada waktu senggangnya, sehingga segenap waktunya selalu dipenuhi oleh macam-macam kesibukan dan pekerjaan.


(57)

Berdasarkan perbedaan wanita dan pria di atas, Kartono (1971:144) menyimpulkan bahwa, perbedaan pria dan wanita itu bukan terletak pada adanya perbedaan yang essensiil dari pada temperament atau karakternya, akan tetapi pada perbedaan susunan jasmaniahnya, juga ada perbedaan dalam tujuan hidupnya serta fungsi sosialnya atau fungsinya di dalam masyarakat.

Tri Dayakisni dan Hudaniah (2003:184) menyatakan bahwa wanita lebih mungkin dari pada pria untuk menghibur temannya, memberikan dukungan emosional dan memberikan informasi konseling tentang masalah-masalah pribadi atau psikologis.

5. Program Studi

Program studi (prodi) adalah satuan pelaksanaan pendidikan yang bertugas melaksanakan satuan kurikulum untuk satu keahlian tertentu. Adanya prodi lebih menunjukkan pada kekhususan penguasaan disiplin ilmu tertentu, misalnya Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial membagi prodinya menjadi tiga yaitu Prodi Pendidikan Sejarah, Prodi Pendidikan Ekonomi-Bidang Keahlian Khusus Ekonomi Koperasi/Pendidikan Dunia Usaha dan Prodi Pendidikan Ekonomi-Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi (Insadha, 2005).

Setiap prodi mengembangkan upaya-upayanya melalui penawaran mata kuliah. Dalam hal ini, mata kuliah yang ditawarkan sejalan dengan tujuan yang dirumuskan oleh prodi untuk menghasilkan lulusan yang


(58)

berkompeten terhadap bidang ilmunya. Masing-masing prodi di Universitas Sanata Dharma memiliki rumusan tujuan yang berbeda.

Adapun tujuan yang dirumuskan oleh masing-masing prodi adalah sebagai berikut.

a. Prodi Pendidikan Ekonomi-Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi (PAK)

Prodi ini bertujuan menghasilkan tenaga kependidikan, baik guru maupun non guru yang profesional di bidang akuntansi dan manajemen untuk Sekolah Menegah Umum maupun Sekolah Menengah Kejuruan kelompok Bisnis Manajemen serta untuk berbagai dunia usaha. Kompetensi lain lulusan ini adalah menguasai prinsip dan sistem akuntansi secara manual maupun berbasis komputer, sehingga mereka dapat bekerja di perusahaan-perusahaan nasional maupun multinasional, perbankan dan sebagainya (Insadha, 2005:35-36).

b. Prodi Pendidikan Ekonomi-Bidang Keahlian Khusus Ekonomi Koperasi/Pendidikan Dunia Usaha (PE)

Prodi ini bertujuan menghasilkan tenaga kependidikan, baik guru maupun non guru yang profesional di bidang ekonomi untuk Sekolah Menengah Umum maupun Sekolah Menengah Kejuruan kelompok Bisnis Manajemen serta lembaga-lembaga pendidikan lain. Tujuan lainnya adalah menyiapkan lulusan untuk dapat menguasai ilmu ekonomi, manajemen, kewirausahaan, perkoperasian, akuntansi dan


(59)

praktek komputer yang memungkinkan lulusannya bekerja di dunia usaha maupun pemerintah (Insadha, 2005:35).

c. Prodi Pendidikan Sejarah

Prodi ini bertujuan menghasilkan sejarawan pendidik yang profesional, dalam bidang ilmu sejarah dan bidang kependidikan, yang dilandasi nilai-nilai kristiani yang universal dan nilai-nilai kemanusiaan (Insadha, 2005:33).

d. Prodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah (PBSID)

Tujuan Prodi ini yaitu memberikan bekal kepada mahasiswa untuk menjadi tenaga pengajar yang profesional dalam bidang kependidikan. Selain itu memberikan bekal kepada mahasiswa untuk mengembangkan diri dalam bidang non-kependidikan sesuai dengan minatnya (Insadha, 2005:31-32).

e. Prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI)

Keunggulan prodi ini adalah penguasaan keterampilan berbahasa yang handal, pengetahuan dan ketrampilan dalam mengajar baik bahasa inggris maupun bahasa indonesia bagi orang Indonesia maupun orang asing, pengetahuan dan keterampilan dalam pergaulan internasional, kemampuan mendesign program, meneliti dan menuliskan laporannya. Lulusan ini dapat memilih untuk bekerja bagi orang lain atau menciptakan lapangan kerja bagi diri sendiri maupun orang lain. Keunggulan yang lain adalah pembentukan kepribadian yang matang (character building) sebagai salah satu tujuan utama.


(60)

Lulusan Prodi ini memiliki lapangan kerja dalam lingkup yang luas baik dalam bidang pendidikan bahasa inggris di sekolah formal maupun non-formal, training department di perusahaan swasta, perbankan, perhotelan, administrasi kesekretariatan yang terkait dengan ekspor-impor, lembaga percetakan dan publikasi termasuk media masa dan lain-lain (Insadha, 2005:29-30).

f. Prodi Bimbingan dan Konseling (BK)

Lulusan Program Studi ini memiliki kompetensi untuk menjadi konselor di lembaga pendidikan, khususnya sekolah. Lulusan ini sekaligus juga memiliki bekal yang dapat dikembangkan untuk menjadi tenaga yang profesional dalam bidang pendidikan, pelatihan, pengembangan sumber daya manusia. Mereka juga cakap dalam pemberian berbagai layanan bimbingan, termasuk konseling diluar sekolah, seperti rumah sakit, panti sosial, asrama dan industri (Insadha, 2005:25).

g. Pendidikan Fisika

Prodi S1 Pendidikan Fisika bertujuan mempersiapkan mahasiswa menjadi guru fisika Sekolah Menengah yang unggul dalam penguasaan ilmu fisika dan pembelajarannya, serta unggul dalam nilai kemanusiaan (Insadha, 2005:39).

h. Prodi Pendidikan Matematika

Jurusan ini bertujuan untuk membantu pengembangan pendidikan/pengajaran dan sistemnya untuk membentuk manusia yang


(61)

seutuhnya, serta mendidik dan melatih mahasiswa untuk menjadi guru matematika yang profesional, baik dalam bidang keahlian maupun keguruannya (Insadha, 2005:38).

i. Pendidikan Biologi

Lulusan program studi ini memiliki kompetensi untuk menjadi guru biologi Sekolah Menengah yang unggul dalam penguasaan ilmu biologi dan pembelajarannya.

j. Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Lulusan program studi ini memiliki kompetensi untuk menjadi guru Sekolah Dasar. Hampir seluruh lulusan program studi ini terserap di SD swasta maupun negeri (Insadha, 2005:26)

k. Prodi Ilmu Pendidikan- Kekhususan Ilmu Pendidikan Agama Katolik Lulusan Program Studi IPPAK dapat bekerja sebagai (Insadha, 2005:28):

1) Pendidik hidup beriman di sekolah/perguruan tinggi.

2) Ahli kateketik di paroki, kevikepan, keuskupan dan di lembaga-lembaga lain, seperti Konferensi Waligereja Indonesia, Departemen Agama, Pembinaan Mental TNI dan POLRI, dan sebagainya.

3) Petugas pastoral misal di rumah sakit, yayasan sosial, LSM dan lain-lain.


(62)

6. Prestasi Belajar Akademik a. Pengertian Belajar

Syah (1997:89) mengemukakan bahwa belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Menurut imron (1996:3) mengemukakan bahwa belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman. Menurut Soemosasmito (1987:11) belajar adalah usaha seseorang untuk menguasai bahan pelajaran yang diberikan.

Adi (1994:21) yang dikutip dari Margon, King, Weisz dan Schopler (1989) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang relatif permanen, yang terjadi karena latihan ataupun pengalaman. Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap (Winkel, 2004:59).

b. Pengertian prestasi belajar akademik

Tirtonegoro (1984:14) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Menurut Winkel (1984:3) prestasi belajar merupakan “bukti


(63)

usaha yang di capai”. Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian hasil usaha belajar mahasiswa dan bertujuan untuk mencapai suatu keadaan yang lebih memuaskan dari sebelumnya.

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Ed: 4, 2008:1101), Prestasi Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru atau dosen. Sedangkan prestasi belajar akademik adalah hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar disekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran atau penilaian. Apabila seseorang belajar maka ia akan memperoleh hasilnya. Hasil belajar adalah perubahan dalam diri mahasiswa, ketika ia dapat mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak diketahuinya. Setiap orang mempunyai hasil yang berbeda dari yang telah dipelajari. Keberhasilan mahasiswa dalam kegiatan yang disebut belajar akan nampak pada prestasi belajar akademik yang diraihnya. Prestasi belajar dapat diketahui dari hasil evaluasi belajarnya (Sudjana, 1990:28).

Menurut Mahmud (1990:46) prestasi belajar yang dicapai siswa berfungsi sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah disukai siswa, lambang pemudaan hasrat ingin tahu, bahwa informasi dalam inovasi pendidikan dengan asumsi bahwa pendidikan dapat mendorong siswa meningkatkan ilmu pengetahuan, indikator


(64)

intern dan ekstern dalam institusi pendidikan serta indikator daya serap anak didik. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar akademik adalah hasil usaha kegiatan belajar yang dicapai oleh mahasiswa pada periode tertentu yang ditunjukkan dengan angka nilai yang diberikan oleh dosen.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Menurut Haditono (1994:229) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut:

1) Faktor intern yaitu faktor yang berasal dari individu, yang meliputi: a) Faktor psikologis yaitu faktor yang berhubungan dengan

kejiwaan misalnya intelegasi, perhatian, minat, bakat, emisi, dan kesiapan maupun kelelahan.

b) Faktor biologis yaitu hal-hal atau hambatan-hambatan yang secara langsung berhubungan dengan siswa yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh.

2) Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar individu

Faktor ekstern ini meliputi keluarga, masyarakat, dan sekolah. Keluarga merupakan tempat pertama kali seorang anak belajar. Sekolah merupakan tempat seseorang anak mendapatkan pendidikan formal di tempat ini pula biasanya pengukuran prestasi belajar dilakukan , dan masyarakat merupakan lingkungan seorang anak belajar lebih banyak dibandingkan belajar di keluarga dan sekolah.


(65)

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:236-253) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut:

a) Faktor Internal

1) Sikap terhadap belajar, merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak atau mengabaikan kesempatan belajar. 2) Motivasi belajar, merupakan kekuatan mental yang

mendorong terjadinya proses belajar. Jika motivasi melemah akan mengakibatkan melemahnya kegiatan belajar, maka mutu hasil belajar akan menjadi rendah.

3) Konsentrasi belajar, merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran yang tertuju pada isi bahan pelajaran maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta istirahat.

4) Mengolah bahan pelajaran, merupakan kemampuan untuk menerima isi dan cara perolehan ajaran yang dikembangkan diberbagai mata pelajaran, sehingga menjadi makna.

5) Menyimpan perolehan hasil belajar, merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolahan pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek


(66)

(hasil belajar cepat dilupakan) dan waktu yang lama (hasil belajar tetap dimiliki). Proses belajar terdiri dari penerimaan, pengolahan, penyimpanan dan pengaktifan yang berupa penguatan serta pembangkitan kembali untuk dipergunakan. 6) Kemampuan berprestasi merupakan suatu puncak proses

belajar yang membuktikan keberhasilan belajar dalam memecahkan tugas-tugas belajar.

7) Rasa percaya diri, timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil.

8) Intelegensi dan keberhasilan belajar, adalah salah satu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berfikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien.

9) Kebiasaan belajar, dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik antara lain belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, dan datang terlambat.

b) Faktor eksternal

1) Guru adalah pengajar yang mendidik, ia tidak hanya mengajar pada bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya. 2) Prasarana dan sarana, kelengkapannya merupakan kondisi


(67)

sarana dan prasarana akan menjamin terselenggarakannya proses belajar yang baik.

3) Faktor keluarga, hubungan yang baik antar anggota keluarga dapat membantu dalam kegiatan belajar, sehingga memungkinkan prestasi belajar lebih baik.

4) Faktor lingkungan, linkungan dimana mahasiswa tinggal, akan mempengaruhi kegiatan belajarnya.

B. Kerangka Berpikir

1. Persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari jenis kelamin.

Persepsi merupakan suatu proses pemahaman, penerimaan, pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap rangsangan dari luar yaitu adanya pendidikan profesi guru. Persepsi mahasiswa terhadap suatu objek dapat berupa persepsi positif dan persepsi negatif. Persepsi positif berarti pandangan atau pendapat mahasiswa yang baik terhadap suatu objek, sedang persepsi negatif berarti pandangan atau pendapat mahasiswa yang kurang baik terhadap suatu objek. Demikian juga terhadap program pendidikan profesi guru dapat menimbulkan persepsi positif atau persepsi negatif.

Jenis kelamin adalah sifat pria dan wanita baik yang menyangkut segi fisik maupun psikisnya. Berdasarkan perkembangan fisiologi dan psikologi, pria dan wanita mempunyai perkembangan yang berbeda.


(68)

Keadaan fisik dan psikologis inilah yang dapat mempengaruhi perbedaan persepsi antara pria dan wanita. Jadi perbedaan jenis kelamin diduga akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu objek dan dapat menimbulkan persepsi positif atau persepsi negatif terhadap program pendidikan profesi guru.

2. Persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari program studi.

Persepsi merupakan suatu proses pemahaman, penerimaan, pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap rangsangan dari luar yaitu adanya program pendidikan profesi guru. Persepsi seseorang terhadap suatu objek dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa apa yang ada dalam diri individu yang mempersepsi (segi kejasmanian dan psikologis), sedangkan faktor eksternal berupa stimulus dan lingkungan. Stimulus dan lingkungan sebagai faktor eksternal dan individu sebagai faktor internal saling berinteraksi dalam individu mengadakan persepsi (Bimo Walgito, 1991:54–55).

Program studi (prodi) adalah satuan pelaksanaan pendidikan yang bertugas melaksanakan satuan kurikulum untuk satu keahlian tertentu. Berbagai macam program studi mempunyai rumusan tujuan yang berbeda, masing-masing prodi mengembangkan upaya-upayanya melalui penawaran mata kuliah. Dengan demikian perbedaan program studi diduga akan menimbulkan perbedaan persepsi terhadap program pendidikan profesi guru.


(69)

3. Persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari prestasi belajar akademik.

Persepsi merupakan suatu proses pemahaman, penerimaan, pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap rangsangan dari luar yaitu adanya pendidikan profesi guru. Prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh dosen. Setiap orang mempunyai hasil yang berbeda dari apa yang telah dipelajari. Keberhasilan mahasiswa dalam kegiatan belajarnya akan nampak pada prestasi belajar akademik yang diraihnya. Mahasiswa yang mempunyai prestasi belajar akademik yang tinggi akan tercermin dalam segala usaha yang dilakukannya untuk mencapai apa yang menjadi tujuan dan cita-citanya. Demikian juga sebaliknya untuk mahasiswa yang prestasi belajarnya kurang baik.

Mahasiswa yang mempunyai prestasi belajar tinggi diduga memiliki persepsi yang baik pada program pendidikan profesi guru. Mahasiswa yang memiliki prestasi kurang baik kemungkinan akan memiliki persepsi yang kurang positif atau negatif terhadap program pendidikan profesi guru. Jadi perbedaan prestasi akademik diduga akan mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru.


(70)

C. Hipotesis

Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Ada perbedaan persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari jenis kelamin.

H2 : Ada perbedaan persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari program studi.

H3 : Ada perbedaan persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari prestasi belajar akademik.


(71)

49 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian komparatif. Penelitian komparatif

merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk membandingkan atau

menganalisis perbedaan-perbedaan dalam variabel. Jadi tujuan penelitian ini

adalah untuk menganalisis persepsi mahasiswa Universitas Sanata Dharma

terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari jenis kelamin, program studi dan prestasi belajar akademik.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Universitas Sanata

Dharma, Kampus I Mrican, Kampus III Paingan dan Kampus IV Kota Baru

Yogyakarta pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2010. Sasaran

penelitian adalah mahasiswa Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP)

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i FKIP Universitas Sanata


(72)

2. Objek penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah persepsi mahasiswa terhadap program

pendidikan profesi guru ditinjau dari jenis kelamin, program studi dan

prestasi belajar akademik.

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono 2008:61). Sesuai dengan masalah yang diteliti

maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FKIP

tahun ajaran 2009/2010 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi, karena keterbatasan dana, tenaga dan

waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari

populasi itu (Sugiyono, 2008:62). Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih

baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian

populasi. Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10%−15% atau

20%−25% atau lebih (Arikunto, 2006:134). Berdasarkan tabel yang


(73)

maka jumlah sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 317

mahasiswa FKIP tahun ajaran 2009/2010 yang berasal dari Prodi

Pendidikan Akuntansi, Pendidikan Ekonomi, Pendidikan Sejarah,

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Pendidikan Bahasa

Inggris, Bimbingan dan Konseling, Pendidikan Fisika, Pendidikan

Matematika, Pendidikan Biologi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan

Ilmu Pendidikan-Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.

3. Teknik Penarikan Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

proportionate stratified dan convenience sampling. Teknik proportionate

stratified digunakan karena populasinya mempunyai anggota atau unsur

yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Teknik

pengambilan sampel convenience sampling dilakukan dengan cara

memilih responden yang kebetulan ditemui pada saat penelitian. Teknik

pengambilan sampel proporsi dilakukan untuk menyempurnakan

penggunaan sampel berstrata. Ada kala banyaknya subjek yang terdapat

pada setiap strata tidak sama. Oleh karena itu untuk memperoleh sampel

yang representatif, pengambilan subjek dari setiap strata ditentukan

seimbang atau sebanding dengan banyaknya subyek dalam

masing-masing strata.

Adapun pengambilan banyaknya sampel mahasiswa dari


(1)

LAMPIRAN 6


(2)

164

T-Test

Group Statistics

129 129.25 19.803 1.744 188 134.12 16.385 1.195 Jenis_Kelamin

Laki-Laki Perempuan Persepsi_Mahasiswa

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Persepsi _Mahasis wa Equal variances assumed

2.479 .116 -2.385 315 .018 -4.869 2.041 -8.885 -.853 Equal

variances not assumed


(3)

Oneway

Descriptives

Persepsi_Mahasiswa N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence

Interval for Mean Minimum Maximum

Lower Bound

Upper

Bound PAK 30 126.00 21.223 3.875 118.08 133.92 76 175 PE 15 145.00 15.208 3.927 136.58 153.42 124 168 P.SEJ 15 124.60 11.752 3.034 118.09 131.11 106 142 PBSID 35 132.29 19.546 3.304 125.57 139.00 76 174 PBI 70 126.43 15.487 1.851 122.74 130.12 92 175 BK 25 144.36 15.753 3.151 137.86 150.86 120 175 P.FIS 16 125.56 17.096 4.274 116.45 134.67 95 165 P.MAT 37 129.35 15.695 2.580 124.12 134.58 73 157 P.BIO 7 146.57 9.144 3.456 138.11 155.03 130 155 PGSD 48 136.25 17.373 2.508 131.21 141.29 82 175 IPPAK 19 137.53 18.650 4.279 128.54 146.52 104 175 Total 317 132.14 17.985 1.010 130.15 134.12 73 175

Test of Homogeneity of Variances

Persepsi_Mahasiswa Levene

Statistic df1 df2 Sig. .891 10 306 .542

ANOVA

Persepsi_Mahasiswa

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 14281.700 10 1428.170 4.970 .000 Within Groups 87927.467 306 287.345 Total 102209.167 316


(4)

166

Oneway

Descriptives

Persepsi_Mahasiswa

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence

Interval for Mean Minimum Maximum

Lower Bound

Upper

Bound Tinggi 2 129.50 6.364 4.500 72.32 186.68 125 134 Cukup 56 128.71 15.681 2.095 124.51 132.91 73 158 Rendah 134 131.19 17.567 1.518 128.19 134.20 76 175 Sangat Rendah 125 134.72 19.256 1.722 131.31 138.13 76 175 Total 317 132.14 17.985 1.010 130.15 134.12 73 175

Test of Homogeneity of Variances

Persepsi_Mahasiswa Levene

Statistic df1 df2 Sig. 1.903 3 313 .129

ANOVA

Persepsi_Mahasiswa

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 1623.083 3 541.028 1.684 .170 Within Groups 100586.084 313 321.361 Total 102209.167 316


(5)

LAMPIRAN 7


(6)

Dokumen yang terkait

PENDAHULUAN Minat Maha Persepsi Mah Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Mahasiswa Untuk Menjadi Guru Ditinjau Dari Mahasiswa Tentang Profesi Guru Dan Prestasi Belajar Mahasiswa FKIP

0 0 12

Persepsi mahasiswa pendidikan akuntansi terhadap profesi guru ditinjau dari minat mahasiswa masuk keguruan, prestasi mata kuliah PPL II dan latar belakang orang tua : studi kasus mahasiswa FKIP Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma

0 0 142

Hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru dan prestasi belajar dengan minat mahasiswa menjadi guru : studi kasus pada mahasiswa Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2006.

0 0 159

Pengaruh motivasi dan prestasi belajar mahasiswa terhadap kemampuan praktik mengajar : studi kasus mahasiswa fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 0 97

Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan profesi guru : studi kasus pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

1 14 155

Evaluasi pelaksanaan mata kuliah program pengalaman lapangan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan : studi kasus mahasiswa program studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 0 2

Analisis kepuasan mahasiswa terhadap kualitas pelayanan perpustakaan Universitas Sanata Dharma ditinjau dari jenis kelamin, semester, program studi : studi kasus mahasiswa Universitas Sanata Dharma.

0 0 153

Evaluasi pelaksanaan mata kuliah program pengalaman lapangan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan : studi kasus mahasiswa program studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 1 177

Pengaruh motivasi dan prestasi belajar mahasiswa terhadap kemampuan praktik mengajar : studi kasus mahasiswa fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 0 95

Persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari jenis kelamin, program studi dan prestasi belajar akademik : studi kasus mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 0 187