Perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari fakultas dan motivasi belajar. Studi kasus pada mahasiswa-mahasiswi Program SI Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2015.
ABSTRAK
PERBEDAAN SIKAP MAHASISWA TERHADAP PERILAKU MENYONTEK DITINJAU DARI FAKULTAS DAN MOTIVASI BELAJAR
Studi Kasus pada Mahasiswa-Mahasiswi S1 Angkatan 2015 Universitas Sanata Dharma Bernadeta Agustin Amalia Hapsari
Universitas Sanata Dharma 2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari fakultas; (2) perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari motivasi belajar.
Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2016. Populasi penelitian adalah mahasiswa-mahasiswi program S1 angkatan 2015 di Universitas Sanata Dharma, dengan jumlah 2.404 mahasiswa. Sampel penelitian sejumlah 343 mahasiswa. Teknik penarikan sampel adalah proporsional. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan Kruskal-Wallis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari fakultas (Nilai Sig 0,000 < α = 0,05); (2) ada perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari motivasi belajar (Nilai Sig 0,000 < α = 0,05).
(2)
PERCIEVED FROM FACULTY AND LEARNING MOTIVATION A Case Study on Undergraduate Students of 2015 Batch Sanata Dharma University
Bernadeta Agustin Amalia Hapsari Sanata Dharma University
2016
The study aims to find out: 1) differences of students’ attitude towards cheating behavior perceived from faculty; 2) differences of students’ attitude towards cheating behavior perceived from learning motivation.
This research is a case study. This research was done in May 2016. The population of this research were undergraduate students of 2015 batch Sanata Dharma University. The research population were 2,404 students. The samples were 343 students. The technique of drawing samples was a proportional sampling. The technique of collecting data was questionnaire. The technique of data analysis was Kruskal-Wallis.
The result of this research shows that: 1) there is difference in students’ attitude towards cheating behavior perceived from faculty (value sig. 0,000); 2) there is difference in students’ attitude towards cheating behavior perceived from learning motivation (value sig. 0,000).
(3)
i
PERBEDAAN SIKAP MAHASISWA TERHADAP PERILAKU
MENYONTEK DITINJAU DARI FAKULTAS DAN MOTIVASI
BELAJAR
Studi Kasus pada Mahasiswa-Mahasiswi SI angkatan 2015 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh :
Bernadeta Agustin Amalia Hapsari NIM: 121334058
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHILIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2016
(4)
(5)
(6)
iv
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini aku persembahkan untuk :
Allah Bapa Yang Maha Kuasa, Yesus Kristus, Bunda Maria dan Roh Kudus
Bapak Yulius Mujino
Ibu Yuliana Darwanti
Kakak Yuliana Alfa Inge Hanggangsari
Adik Yulius Febrian Erik Nugroho
Sahabat-sahabatku
Teman-teman PAK A dan PAK B 2012
(7)
v
MOTTO
Kerjakanlah lebih dari yang seharusnya.
Berikanlah lebih dari yang seharusnya.
Berusahalah lebih keras dari yang Anda inginkan.
Bidiklah sedikit lebih tinggi dari yang Anda piker mungkin.
Panjatkanlah banyak syukur kepada Allah atas kesehatan, keluarga, dan teman-teman yang Anda miliki. (Art Linkletter – Something Else to Smile About)
Karena itu Aku berkata kepadamu:
Apa saja yang kamu minta dan doakan,
Percayalah kamu telah menerimanya,
(8)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 25 Juli 2016
(9)
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Bernadeta Agustin Amalia Hapsari
NomorMahasiswa : 121334058
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PERBEDAAN SIKAP MAHASISWA TERHADAP PERILAKU MENYONTEK DITINJAU DARI FAKULTAS DAN MOTIVASI BELAJAR Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 25 Juli 2016 Yang menyatakan
(10)
viii ABSTRAK
PERBEDAAN SIKAP MAHASISWA TERHADAP PERILAKU MENYONTEK DITINJAU DARI FAKULTAS DAN MOTIVASI BELAJAR
Studi Kasus pada Mahasiswa-Mahasiswi S1 Angkatan 2015 Universitas Sanata Dharma
Bernadeta Agustin Amalia Hapsari Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari fakultas; (2) perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari motivasi belajar.
Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2016. Populasi penelitian adalah mahasiswa-mahasiswi program S1 angkatan 2015 di Universitas Sanata Dharma, dengan jumlah 2.404 mahasiswa. Sampel penelitian sejumlah 343 mahasiswa. Teknik penarikan sampel adalah proporsional. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan Kruskal-Wallis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari fakultas (Nilai Sig 0,000 < α = 0,05); (2) ada perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari motivasi belajar (Nilai Sig 0,000 < α = 0,05).
(11)
ix ABSTRACT
DIFFERENCES OF STUDENTS’ ATTITUDE TOWARDS CHEATING BEHAVIOR PERCIEVED FROM FACULTY AND LEARNING
MOTIVATION
A Case Study on Undergraduate Students of 2015 Batch Sanata Dharma University
Bernadeta Agustin Amalia Hapsari Sanata Dharma University
2016
The study aims to find out: 1) differences of students’ attitude towards cheating behavior perceived from faculty; 2) differences of students’ attitude towards cheating behavior perceived from learning motivation.
This research is a case study. This research was done in May 2016. The population of this research were undergraduate students of 2015 batch Sanata Dharma University. The research population were 2,404 students. The samples were 343 students. The technique of drawing samples was a proportional sampling. The technique of collecting data was questionnaire. The technique of data analysis was Kruskal-Wallis.
The result of this research shows that: 1) there is difference in students’ attitude towards cheating behavior perceived from faculty (value sig. 0,000); 2) there is difference in students’ attitude towards cheating behavior perceived from learning motivation (value sig. 0,000).
(12)
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat karunia dan berkat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Sikap Mahasiswa Terhadap Perilaku Menyontek Ditinjau dari Fakultas dan Motivasi Belajar” dengan lancar. Penulisan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi. Selama penyusunan dan penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma dan Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Dr. S. Widanarto P, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing, yang selalu membimbing, mendampingi, membantu, dan memberikan motivasi kepada saya.
4. Segenap staf dosen pengajar Program Studi Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
(13)
xi
Dharma, Yogyakarta yang telah memberikan pengetahuan dan bantuan selama proses perkuliahan.
5. Ibu Theresia Aris Sudarsilah, selaku staf sekretariat Program Studi Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah membantu kelancaran proses administrasi selama perkuliahan dan penelitian.
6. Pemimpin dan seluruh staf beserta karyawan perpustakaan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah melayani peminjaman buku-buku serta menyediakan fasilitas selama belajar hingga penyusunan skripsi. 7. Orang tua saya Bapak Yulius Mujino dan Ibu Yuliana Darwanti, kakak saya
Yuliana Alfa Inge Hanggangsari serta adik saya Yulius Febrian Erik Nugroho yang selalu memberikan semangat, cinta, nasihat, dukungan, dan doa.
8. Seluruh mahasiswa angkatan 2012 atas dukungan dan kerjasama selama proses perkuliahan.
9. Para sahabat yang selalu memberikan dukungan, masukan, semangat, dan bantuan.
10. Teman-teman yang membantu membagikan kuesioner kepada responden. 11. Mahasiswa-mahasiswi S1 Universitas Sanata Dharma angkatan 2015 yang
telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini.
12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini.
(14)
xii
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan adanya kritik atau saran dari pembaca dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.
Yogyakarta, 25 Juli 2016 Penulis,
(15)
xiii DAFTAR ISI
JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Batasan Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Sikap ... 8
(16)
xiv
B. Komponen Sikap ... 9
C. Faktor Pembentuk Sikap... 10
D. Menyontek ... 13
E. Indikator Menyontek ... 15
F. Bentuk-Bentuk Menyontek ... 18
G. Motivasi Belajar ... 19
H. Peranan Motivasi Dalam Belajar ... 21
I. Hipotesis Penelitian ... 23
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 26
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 27
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 27
E. Operasionalisasi Variabel ... 31
F. Teknik Pengumpulan Data ... 34
G. Teknik Pengujian Instrumen... 35
H. Teknik Analisis Data ... 42
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Universitas Sanata Dharma ... 47
B. Arti Logo, Visi, Misi, Motto dan Nilai-nilai Dasar Universitas Sanata Dharma ... 50
C. Tujuan Pendidikan Universitas Sanata Dharma ... 52
(17)
xv
E. Profil Lulusan Universitas Sanata Dharma ... 53
F. Rektor Universitas Sanata Dharma ... 54
BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 55
1. Deskripsi Responden Penelitian ... 55
2. Deskripsi Variabel Responden ... 56
B. Pengujian Hipotesis ... 64
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 67
1. Perbedaan Sikap Mahasiswa terhadap Perilaku Menyontek Ditinjau dari Fakultas ... 67
2. Perbedaan Sikap Mahasiswa terhadap Perilaku Menyontek Ditinjau dari Motivasi Belajar ... 69
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 72
B. Keterbatasan Penelitian ... 72
C. Saran-Saran... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 75
(18)
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Populasi Penelitian ... 28
Tabel 3.2 Proporsi Sampel Mahasiswa Setiap Fakultas ... 30
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Variabel Sikap ... 31
Tabel 3.4 Penilaian Skala Likert ... 32
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Kuesioner Variabel Motivasi Belajar ... 33
Tabel 3.6 Penilaian Skala Likert ... 34
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Sikap Tahap I ... 36
Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Sikap Tahap II ... 37
Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar Tahap I ... 38
Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar Tahap II ... 39
Tabel 3.11 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar Tahap III ... 40
Tabel 3.12 Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II ... 43
Tabel 3.13 Rentang Variabel Sikap ... 44
Tabel 3.14 Rentang Variabel Motivasi Belajar ... 45
Tabel 4.1 Fakultas dan Program Studi ... 52
(19)
xvii
Tabel 5.2 Sikap Mahasiswa Terhadap Perilaku Menyontek ... 56 Tabel 5.3 Deskripsi Statistik Variabel Fakultas ... 57 Tabel 5.4 Sikap Mahasiswa Terhadap Perilaku Menyontek Ditinjau dari
Fakultas ... 59 Tabel 5.5 Motivasi Belajar ... 61 Tabel 5.6 Deskripsi Statistik Variabel Motivasi Belajar ... 62 Tabel 5.7 Sikap Mahasiswa Terhadap Perilaku Menyontek Ditinjau dari
Motivasi Belajar ... 63 Tabel 5.8 Hasil Pengujian Kruskal-Wallis untuk Perbedaan Sikap Mahasiswa
Terhadap Perilaku Menyontek Ditinjau dari Fakultas ... 65 Tabel 5.9 Hasil Pengujian Kruskal-Wallis untuk Perbedaan Sikap
Mahasiswa Terhadap Perilaku Menyontek Ditinjau dari
(20)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 78
Lampiran 2 Data Mentah Validitas dan Reliabilitas ... 83
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 86
Lampiran 4 Data Penelitian ... 101
Lampiran 5 Deskripsi Variabel Penelitian ... 115
Lampiran 6 Hasil Perhitungan Penilaian Acuan Patokan (PAP) II ... 117
Lampiran 7 Hasil Pengujian Kruskal-Wallis ... 122
(21)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor pendukung dalam memajukan suatu Negara. Indonesia merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Manusia. Pemerintah mengharapkan Negara Indonesia menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Pemerintah telah melakukan berbagai cara untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, salah satunya melalui pendidikan.
Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat mendasar bagi sebuah negara, seperti halnya tujuan negara Indonesia di bidang pendidikan yang termuat dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan tersebut dituangkan ke dalam berbagai macam program pendidikan sebagai upaya perwujudan cita-cita luhur bangsa. Inti dari pendidikan nasional adalah menciptakan pribadi-pribadi generasi muda yang cerdas secara utuh, bukan hanya intelektual tetapi juga bermutu dalam setiap dimensi akhlak, kepribadian dan moral. Namun, dalam sistem pendidikan Indonesia, pengukuran kemajuan dan penguasaan ilmu peserta didik mengacu pada evaluasi belajar yang ditafsirkan berupa nilai sesuai standar tertentu. Hal ini mengakibatkan masyarakat memandang prestasi belajar hanya pada pencapaian nilai yang tinggi, bukan pada proses belajar.
(22)
Tujuan pendidikan di Indonesia akan sulit tercapai apabila pelajar dan mahasiswa di Indonesia sering melakukan tindakan tidak jujur atau curang pada saat ujian, yakni menyontek. Indarto dan Masrun (2004) mendefinisikan menyontek sebagai perbuatan curang, tidak jujur, dan tidak legal dalam mendapatkan jawaban pada saat tes. Sedangkan Sudjana dan Wulan (1994) mendefinisikan menyontek sebagai tindakan kecurangan dalam tes melalui pemanfaatan informasi yang berasal dari luar secara tidak sah. Perilaku menyontek merupakan tindakan ketidakjujuran yang dapat ditemukan di sekolah-sekolah, baik tingkat dasar, menengah maupun perguruan tinggi. Perilaku menyontek bukan merupakan hal yang asing di kalangan mahasiswa. Hendrajaya (2013) mengungkapkan bahwa mahasiswa FEB jurusan akuntansi salah satu perguruan tinggi di Surabaya sering melakukan tindakan curang dalam mengerjakan ujian. Apabila tindakan tersebut tidak diketahui dosen ataupun pengawas ujian, maka tindakan tersebut akan terus dilanjutkan dengan aman.
Pujiatni dan Lestari (2010) menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang dapat mendorong mahasiswa untuk menyontek. Perilaku menyontek dilakukan oleh mahasiswa yang tidak mau belajar keras, kurang tekun, dan merasa kurang percaya diri terhadap kemampuan yang dimilikinya, namun ingin mendapatkan nilai yang tinggi dalam ujian. Perilaku menyontek juga dapat didorong oleh kekhawatiran tidak mendapatkan nilai yang tinggi atau tidak lulus, ingin cepat lulus, dan memperbaiki nilai agar orang tua senang. Hal lain yang mendorong mahasiswa untuk menyontek adalah lingkungan
(23)
3
yang mendukung, yakni teman-teman yang menyontek serta perilaku pengawas yang longgar ketika ujian juga menjadi pendorong bagi mahasiswa untuk mendapatkan nilai baik dengan berbagai cara yang tidak jujur.
Perilaku kecurangan akademik yang dilakukan oleh pelajar atau mahasiswa dapat dilakukan dengan berbagai cara. Purnamasari (2013) menyatakan bahwa perbuatan yang termasuk dalam kategori menyontek di sekolah antara lain bertanya langsung pada teman ketika sedang mengerjakan ujian; membawa catatan pada kertas kecil, pada anggota badan atau pada pakaian saat ujian; menerima jawaban dari server atau pihak luar; mencari bocoran soal; meniru/menyalin pekerjaan teman; menyuruh atau meminta bantuan orang lain dalam menyelesaikan tugas di kelas atau tugas penulisan
paper dan take home test. Di samping itu, Kurniawan (2011) juga
mengungkapkan bahwa perilaku kecurangan akademik yang paling banyak dilakukan oleh mahasiswa psikologi Unnes adalah menggunakan materi yang dilarang digunakan saat dilaksanakan ujian, plagiasi dan pemalsuan data pada penyusunan laporan atau tugas kuliah. Perilaku kecurangan akademik dapat berpotensi merusak harapan masyarakat terhadap lulusan sarjana.
Perubahan lingkungan belajar mengakibatkan mahasiswa melakukan tindakan menyontek. Mereka yang dulu sebagai siswa sekolah selalu dibantu dan didorong oleh guru-guru untuk menyelesaikan masalah belajar, kini telah menjadi mahasiswa yang harus mandiri dalam belajar. Perguruan tinggi menuntut mahasiswa untuk dapat belajar mandiri. Individu yang kurang bisa beradaptasi dengan perubahan lingkungan belajar di perguruan tinggi, akan
(24)
kesulitan untuk memahami materi. Hal ini menyebabkan mereka melakukan tindakan tidak jujur untuk mendapatkan nilai yang baik.
Setiap perguruan tinggi memiliki berbagai perangkat agar proses belajar dapat berjalan dengan baik, serta terciptanya lingkungan belajar yang kondusif. Perangkat-perangkat tersebut adalah peraturan-peraturan kebijakan di masing-masing fakultas. Premaux, Lin & Wen dalam Mujahidan (2009) menyatakan bahwa mahasiswa di fakultas teknik, matematika, kedokteran dan ekonomi lebih sering menyontek daripada mahasiswa di fakultas ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Perbedaan perilaku menyontek pada setiap fakultas terkait dengan tingkat kesulitan mata kuliah pada masing-masing fakultas.
Masing-masing fakultas memiliki tingkat kesulitan yang berbeda pada setiap mata kuliah. Tingkat kesulitan pada setiap mata kuliah akan mempengaruhi proses perkuliahan mahasiswa. Djamarah (2002) mengungkapkan bahwa proses perkuliahan akan berjalan dengan lancar apabila disertai dengan minat. Dengan kata lain, apabila mahasiswa memiliki minat, maka mahasiswa akan termotivasi untuk belajar dalam rentang waktu tertentu.
Tingkat kesulitan mata kuliah akan mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa. Apabila mata kuliah yang dipelajari relatif sulit, sebagian mahasiwa akan enggan mempelajarinya. Motivasi belajar yang rendah cenderung membuat mahasiswa setuju dengan menyontek. Pujiatni dan
(25)
5
Lestari (2010) mengungkapkan, ada pula mahasiswa yang menganggap menyontek sebagai perilaku yang biasa dilakukan dalam keadaan terpaksa. Dalam hal ini mahasiswa mengibaratkan perilaku menyontek sama dengan belajar karena saat menulis dalam kertas kecil seperti meringkas catatan dengan membaca.
Mahasiswa yang memiliki motivasi belajar tinggi justru tertantang untuk mempelajari mata kuliah yang sulit. Mereka cenderung tidak setuju dengan perilaku kecurangan atau menyontek. Seperti yang diungkapakan oleh Pujiatni dan Lestari (2010) mahasiswa memandang perilaku menyontek sebagai perbuatan yang tidak baik, tidak terpuji dan perbuatan berdosa yang harus dihindari. Perilaku menyontek juga dipandang sebagai perilaku menjerumuskan diri dalam hal yang negatif dan membohongi diri sendiri karena menyontek tidak dapat mengukur seberapa jauh kemampuan yang dimiliki. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan usaha yang tekun dan didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik tanpa menggunakan tindakan yang tidak jujur .
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis akan melakukan penelitian yang berjudul “Perbedaan Sikap Mahasiswa terhadap Perilaku Menyontek Ditinjau dari Fakultas dan Motivasi Belajar”. Studi Kasus Mahasiswa-Mahasiswi Program S1 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2015.
(26)
B. Batasan Masalah
Banyak variabel yang mempengaruhi sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan memfokuskan pada variabel fakultas dan motivasi belajar mahasiswa.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada perbedaan sikap mahasiswa-mahasiswi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap perilaku menyontek ditinjau dari fakultas? 2. Apakah ada perbedaan sikap mahasiswa-mahasiswi di Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta terhadap perilaku menyontek ditinjau dari motivasi belajar?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui perbedaan sikap mahasiswa/i Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap perilaku menyontek yang ditinjau dari fakultas dan motivasi belajar mahasiswa.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dosen, mahasiswa, dan perguruan tinggi.
1. Dosen
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi dosen dalam mengetahui dan mencegah perilaku menyontek mahasiswa-mahasiswa Universitas Sanat Dharma, sehingga hasil ujian yang dihasilkan benar-benar
(27)
7
merupakan hasil belajar mahasiswa dan mencerminkan kemampuan mahasiswa yang sesungguhnya. Dengan demikian, pengambilan keputusan terkait dengan nilai yang dihasilkan mahasiswa tidak bias. 2. Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa untuk lebih menyadari tentang kemampuan yang dimiliki dan dapat mengoptimalkan kompetensi-kompetensi yang ada pada diri mahasiswa.
3. Perguruan Tinggi
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perguruan tinggi dalam mengimplementasikan pendidikan karakter khususnya kejujuran dalam belajar. Implementasi pendidikan karakter dapat dimulai dari hal-hal yang sederhana, salah satunya adalah mendidik untuk bersikap jujur dalam ujian.
(28)
8 BAB II
KAJIAN TEORITIK A. Sikap
Sikap adalah bentuk pernyataan seseorang terhadap hal-hal yang ditemuinya seperti benda, orang ataupun fenomena (Azwar 2008). Sikap merupakan perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung (unfavorable) pada suatu objek. Suharyat (2009) menyatakan bahwa:
“Sikap merupakan hasil dari proses interaksi seseorang dengan lingkungannya, yang merupakan perwujudan dari pikiran, perasaan seseorang serta penilaian terhadap obyek, yang didasarkan pada pengetahuan, pemahaman, pendapat dan keyakinan terhadap obyek sehingga menghasilkan suatu kecenderungan untuk bertindak pada suatu objek.”
Sementara itu menurut Purwanto (2000) sikap merupakan suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapinya. Dalam hal ini, sikap merupakan penentuan penting dalam tingkah laku manusia untuk bereaksi.
Sikap seseorang terhadap suatu objek dapat positif atau negatif. Menurut Suharyat (2009) sikap positif akan terbentuk apabila rangsangan yang datang pada seseorang memberi pengalaman yang menyenangkan. Sebaliknya sikap negatif akan timbul, bila rangsangan yang datang memberi pengalaman yang tidak menyenangkan. Hal tersebut terlihat dari tanggapan seseorang apakah ia menerima atau menolak, setuju atau tidak setuju terhadap
(29)
9
suatu objek. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Pujiatni dan Lestari (2010). perilaku menyontek dipandang oleh sebagian mahasiswa sebagai perbuatan yang tidak baik, tidak terpuji dan perbuatan berdosa yang harus dihindari. Perilaku menyontek juga dipandang sebagai perilaku menjerumuskan diri dalam hal yang negatif dan membohongi diri sendiri karena menyontek tidak dapat mengukur seberapa jauh kemampuan yang dimiliki. Namun demikian, ada pula mahasiswa yang menganggap menyontek sebagai perilaku yang biasa dilakukan dalam keadaan terpaksa. Dalam hal ini perilaku menyontek disamakan dengan belajar karena pada saat menulis dalam kertas kecil dianggap seperti membaca dan meringkas catatan.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan tanggapan seseorang yang timbul karena rangsangan, terhadap suatu objek berupa tanggapan positif atau tanggapan negatif.
B. Komponen Sikap
Dalam teori sikap terdapat tiga komponen dasar yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif (Azwar,2005). Komponen-komponen sikap tersebut berasal dari apa yang dipercaya tentang suatu objek, perasaan terhadap suatu objek, dan perilaku seseorang terhadap suatu objek.
Komponen kognitif yakni kepercayaan seseorang mengenai apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayan datang dari apa yang dilihat dan apa yang diketahui. Berdasarkan apa yang dilihat, akan membentuk gagasan mengenai karakteristik suatu objek. Kepercayaan yang dibentuk menjadi dasar
(30)
pengetahuan seseorang terhadap apa yang diharapkan dan tidak diharapkan dari objek tertentu.
Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif sesorang terhadap suatu objek sikap. Komponen afektif dapat diartikan sebagai perasaan seseorang yang dimiliki terhadap suatu objek. Reaksi emosional dari komponen afektif banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau sesuatu yang dipercaya individu bagi objek tertentu.
Komponen konatif menunjukkan perilaku atau kecenderungan berperilaku dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Perilaku seseorang dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu ditentukan oleh kepercayaannya terhadap stimulus tersebut. Sikap seseorang akan dicerminkan dalam bentuk perilaku terhadap suatu objek. C. Faktor Pembentuk Sikap
Azwar (2005) menyatakan pembentukan sikap seseorang pada dasarnya disebabkan oleh adanya interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, terjadi pertukaran informasi antar individu dan hubungan yang saling mempengaruhi. Hubungan timbal balik ini yang membentuk pola sikap terhadap objek yang dihadapi. Azwar juga mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap seseorang, antara lain:
(31)
11
1. Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi meninggalkan kesan yang kuat dan dapat menjadi dasar pembentukan sikap. Pengalaman yang telah dialami individu akan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi dasar terbentuknya sikap. Sikap lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Reaksi individu terhadap pengalaman sekarang tidak terlepas dari penghayatan terhadap pengalaman yang lalu. 2. Kebudayaan
Kebudayaan di mana seseorang hidup memberikan pengaruh terhadap pembentukan sikap. Apabila seseorang tinggal dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi suatu perbuatan menyimpang, maka ada kemungkinan akan mendukung perbuatan menyimpang tersebut. Kebudayaan menanamkan pengaruh sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat.
3. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting
Orang lain yang hidup di sekitar individu akan memberikan pengaruh terhadap pembetukan sikap. Seseorang yang dianggap penting seperti orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami, dan lain-lain akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap
(32)
seseorang terhadap suatu objek. Pada umumnya individu cenderung memiliki sikap searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang dianggap penting. 4. Media Massa
Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Dalam penyampaian informasi, media massa memberikan pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Pesan sugesti yang cukup kuat akan memberi dasar efektif dalam menilai suatu hal sehingga terbentuk arah sikap tertentu. Berita yang disampaikan melalui media massa seringkali mengandung unsur subjektivitas. Hal tersebut berpengaruh terhadap pembentukan sikap pembaca yang menerima berita tersebut.
5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama mempunyai pegaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya memberikan konsep moral pada individu. Pemahaman baik dan buruk, sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan keagamaan. Konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan, sehingga ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap suatu objek. Apabila individu melihat suatu objek yang bertentangan dengan
(33)
13
ajaran moral dan agama, maka tidak ada keraguan bagi mereka untuk bersikap menolak
6. Emosional
Sikap tidak hanya ditentukan oleh pengalaman pribadi dan situasi seseorang. Sikap juga merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi. Suatu bentuk sikap pernyataan yang didasari oleh emosi berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap tersebut merupakan sikap yang dapat segera berlalu, tetapi dapat pula merupakan sikap yang bertahan lama.
D. Menyontek
Sudjana dan Wulan (1994) menjelaskan bahwa menyontek merupakan tindakan kecurangan dalam tes melalui pemanfaatan informasi yang berasal dari luar secara tidak sah. Bower (Purnamasari, 2013) mendefinisikan
cheating adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk
tujuan yang sah dan terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademik untuk menghindari kegagalan akademik. Di samping itu, menurut Indarto dan Masrun (2004) menyontek didefinisikan sebagai perbuatan curang, tidak jujur, dan tidak legal dalam mendapatkan jawaban pada saat tes.
Salah satu alasan yang mendorong individu untuk menyontek adalah untuk memuaskan harapan orang tua. Santrock (2003) mengatakan bahwa tidak jarang orang tua dalam mendidik anak-anaknya dipengaruhi oleh ambisi dari orang tua tanpa melihat kemampuan anaknya. Sikap orang tua yang
(34)
mengharapkan terlalu berlebihan pada anak akan menghambat anak untuk menunjukkan prestasi sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Smith (dalam Aryani, 2009) mengemukakan bahwa keputusan moral dan motivasi untuk mencapai prestasi atau ketakutan untuk gagal menjadi alasan yang seorang individu cenderung melakukan tindakan menyontek. Alasan tersebut meliputi:
1. Terpengaruh melihat teman melakukan kecurangan meskipun pada awalnya tidak berniat melakukan tindakan curang.
2. Terpaksa membuka buku karena pertanyaan ujian terlalu text book sehingga memaksa peserta harus menghafal kata demi kata dari buku teks.
3. Merasa guru kurang adil dan diskriminatif dalam pemberian nilai. 4. Adanya peluang karena pengawasan dalam ujian tidak ketat. 5. Takut gagal.
6. Ingin memperoleh nilai tinggi tetapi tanpa diimbangi belajar keras. 7. Tidak percaya diri, sehingga mengantisipasinya dengan membawa
catatatan kecil.
8. Terlalu cemas dalam menghadapi ujian.
9. Berpikir bahwa guru tidak akan memeriksa tugas yang diberikan seperti sebelumnya, sehingga tidak menyalin tugas milik teman.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku menyontek adalah kegiatan, tindakan atau perbuatan yang dilakukan secara sengaja dengan menggunakan cara-cara yang tidak jujur atau curang untuk
(35)
15
memalsukan hasil belajar dengan menggunakan bantuan atau memanfaatkan informasi dari luar secara tidak sah pada saat dilaksanakan tes atau evaluasi akademik untuk mencapai tujuan tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor iternal adalah faktor yang berasal dari diri mahasiswa, seperti; malas belajar, konsep diri, kepercayaan diri, kecemasan dan ketakutan akan gagal yang berlebihan. Sedangkan faktor ekternal adalah faktor yang berasal dari luar mahasiswa, misalnya; teman sebaya, lingkungan dan kesempatan.
E. Indikator Menyontek
Menyontek sebagai perilaku ketiakjujuran akademis yang sering dilakukan oleh mahasiswa memiliki beberapa indikator. Hartanto (2012:23) menjelaskan terdapat delapan indikator menyontek sebagai berikut:
1. Prokrastinasi dan Efikasi Diri
Gejala yang sering ditemui pada seseorang yang menyontek adalah prokrastinasi dan juga rendahnya efikasi diri. Prokrastinasi merupakan gejala yang paling sering ditemui pada seseorang yang menyontek. Seseorang yang terbiasa menunda pekerjaan akan memiliki kesiapan yang rendah dalam menghadapi ujian.
Efikasi diri yang rendah juga merupakan indikasi lain bagi perilaku menyontek. Efikasi diri merupakan sebuah keyakinan diri seseorang dalam menyelesaikan tugas atau permasalahan. Orang yang memiliki tingkat efikasi diri yang tinggi cenderung lebih percaya diri, mampu
(36)
menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik dan menolak untuk melakukan kegiatan menyontek.
2. Kecemasan yang Berlebihan
Munculnya kecemasan yang berlebihan juga merupakan indikator bagi seseorang yang melakukan kegiatan menyontek. Gejala yang muncul pada seseorang yang menyontek adalah munculnya kecemasan yang berlebihan saat ujian. Kecemasan tersebut dapat mempengaruhi pikiran, sehingga otak tidak dapat berkerja sesuai dengan kemampuannya. Keadaan tersebut membuat orang terdorong dalam melakukan kegiatan menyontek untuk menciptakan ketenangan pada dirinya.
3. Motivasi Belajar dan Berprestasi
Orang yang memiliki motivasi untuk berprestasi akan berusaha menyelesaikan tugas maupun pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan usahanya sendiri dan sebaik-baiknya. Hal ini dapat berarti bahwa orang yang memiliki motivasi berprestasi cenderung mengerjakan tugas sendiri dan menghindari perilaku menyontek. Sebaliknya orang-orang yang memiliki motivasi belajar yang rendah akan banyak menemui kesulitan dalam belajar, sehingga memiliki tingkat pengetahuan dan pemahaman yang kurang dalam menghadapi ujian.
4. Keterikatan dalam Kelompok
Orang yang memiliki keterikatan dalam suatu kelompok akan cenderung melakukan kegiatan menyontek. Hal itu terjadi karena orang tersebut merasakan keterikatan yang kuat di antara mereka sehingga
(37)
17
mendorong untuk saling menolong dan berbagi termasuk juga dalam menyelesaikan ujian. Biasanya seseorang akan cenderung menyontek kepada teman dekatnya.
5. Keinginan Nilai Tinggi
Keinginan seseorang untuk mendapatkan nilai yang tinggi juga dapat menjadi pendorong seseorang melakukan kegiatan menyontek. Orang berpikir bahwa nilai adalah segalanya dan berusaha untuk mendapatkan nilai yang baik meskipun harus menggunakan cara tidak benar.
6. Pikiran Negatif
Pikiran negatif yang dimiliki seseorang seperti ketakutan dianggap bodoh dan dijauhi teman, ketakutan dimarahi dosen atau orang tua karena nilai jelek juga menjadi indikator perilaku menyontek. Adanya perilaku menyontek terjadi diawali karena hubungan orang tua dan siswa yang kurang baik. Orang tua seharusnya memberikan dorongan dan kepercayaan kepada anaknya agar dapat meminimalisir perilaku menyontek.
7. Harga Diri dan Kendali Diri
Mahasiswa yang memiliki harga diri tinggi cenderung melakukan kegiatan menyontek. Hal ini dilakukan agar harga diri tetap terjaga dengan mendapatkan nilai tinggi meskipun dengan menyontek. Sama halnya dengan orang yang memiliki kendali diri yang rendah cenderung melakukan kegiatan menyontek.
(38)
8. Perilaku impulsive dan cari perhatian.
Orang yang melakukan kegiatan menyontek menunjukkan indikasi mereka selalu mengikuti kata hati (impulsive). Begitu pula seseorang yang membutuhkan perhatian cenderung akan melakukan kegiatan menyontek. Hal ini disebabkan mereka ingin diperhatikan dengan mendapatkan nilai yang tinggi.
F. Bentuk-Bentuk Menyontek
Bentuk-bentuk perilaku menyontek menurut Hetherington and Feldman (Veronikha, 2004) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Social Active
a. Melihat jawaban teman yang lain ketika ujian berlangsung.
b. Meminta jawaban kepada teman yang lain ketika ujian sedang berlangsung.
2. Individualistic-Opportunistic
a. Menggunakan HP atau alat elektronik lain yang dilarang ketika ujian sedang berlangsung.
b. Mempersiapkan catatan yang digunakan pada saat ujian akan berlangsung.
c. Melihat dan menyalin sebagian atau seluruh hasil kerja teman lain pada saat tes.
3. Individual Planned
a. Mengganti jawaban ketika guru keluar kelas.
(39)
19
c. Memanfaatkan kelengahan/kelemahan guru ketika menyontek.
4. Social Passive
a. Mengijinkan orang lain melihat jawaban ketika ujian sedang berlangsung.
b. Membiarkan orang lain menyalin pekerjaannya.
c. Memberi jawaban tes kepada teman pada saat ujian sedang berlangsung.
G. Motivasi Belajar
Mc. Donald dalam Sardiman (2005) mengatakan bahwa “Motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and
anticipatory goal reactions.” Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Setiap manusia mempunyai harapan yang akan mendorong mereka melakukan kegiatan. Kegiatan untuk mencapai tujuan atau harapan disebut dengan perilaku, sedangkan harapan, keinginan dan kebutuhan yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu disebut motif.
Uno (2007) mengungkapkan motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang yang timbul karena rangsangan dari dalam maupun dari luar untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.
(40)
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Djamarah (2002) mengatakan bahwa dalam proses belajar motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Sejalan dengan pendapat di atas menurut pandangan Good dan Brophy (Uno, 2003) belajar merupakan suatu proses atau interaksi yang dilakukan seseorang dalam memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri.
Winkel (2004) menyatakan bahwa motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis di dalam diri manusia yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar demi mencapai tujuan. Misalnya anak yang akan ikut ujian membutuhkan sejumlah informasi atau ilmu untuk membantu dalam ujian, agar memperoleh nilai yang baik. Jika pada saat ujian anak tidak bisa menjawab, maka akan muncul motif anak untuk menyontek karena ingin mempertahankan dirinya agar tidak dimarahi orang tuanya karena memperoleh nilai yang buruk. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Candra Alvianto (2008) pada siswa-siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Dukun Kecamatan Muntilan. Dari 70 responden, menunjukkan bahwa terdapat hubugan negatif yang signifikan antara variabel motivasi berprestasi dengan perilaku menyontek. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat motivasi berpretasi pada siswa-siswi, maka akan semakin rendah tingkat perilaku menyonteknya. Demikian pula sebalikya, semakin rendah
(41)
21
tingkat motivasi berprestasi pada siswa-siswi, maka semakin tinggi tingkat perilaku menyonteknya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri individu yang dapat menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelansungan kegiatan belajar tersebut dan mendorong perilaku individu untuk belajar.
Menurut Uno (2007), motivasi belajar timbul karena faktor intrinsik berupa hasrat dan keinginan berhasil, dorongan kebutuhan belajar, dan harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Kedua faktor disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat.
Indikator motivasi belajar yang mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang belajar adalah: (1) adanya hasrat ingin berhasil, (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan, (4) adanya penghargaan dalam belajar, (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.
H. Peranan Motivasi dalam Belajar
Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Uno (2007) mengungkapkan ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain:
(42)
1. Peranan Motivasi dalam Menentukan Penguatan Belajar.
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan melalui hal-hal yang pernah dilaluinya. Upaya anak menyelesaikan masalah belajar dengan mencari sumber belajar merupakan peran motivasi yang dapat menimbulkan penguatan belajar. Sesuatu dapat menjadi penguat belajar seseorang, apabila dia sedang benar-benar mempunyai motivasi untuk belajar suatu hal. Motivasi dapat menentukan hal-hal apa di lingkungan yang dapat memperkuat perbuatan belajar.
2. Peran Motivasi dalam Memperjelas Tujuan Belajar
Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar dapat diketahui apabila sudah dinikmati manfaatnya. Belajar akan dirasakan manfaatnya apabila seseorang dapat menerapkan atau mempraktikannya dalam kehidupan.
3. Motivasi Menentukan Ketekunan Belajar
Seorang anak yang sudah termotivasi untuk belajar akan berusaha untuk mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini, tampak bahwa motivasi belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya, seseorang yang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, dia akan tidak tahan lama belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain
(43)
23
dan bukan belajar. Dengan demikian, motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.
I. Hipotesis Penelitian
Perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek berdasarkan fakultas berhubungan dengan tingkat kesulitan mata kuliah yang ada pada masing-masing fakultas. Tingkat kesulitan mata kuliah akan mempengaruhi perkuliahan mahasiswa berkaitan dengan minat mahasiswa mempelajari mata kuliah pada bidang tersebut.
Menurut penelitian yang dilakukan Premaux, Lin & Wen (Mujahidan, 2009) menyatakan bahwa mahasiswa di fakultas teknik, matematika, kedokteran dan ekonomi lebih sering menyontek daripada mahasiswa di fakultas ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Perbedaan ini disebabkan karena tingkat kesulitan mata kuliah masing-masing fakultas berbeda.
Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan Micehel Seguin di UQAM dalam http://koranyogya.com/siapa-raja-nyontekmahasiswa-sains-dan-manajemen/ (diakses tanggal 21 Maret 2016), menunjukkan bahwa perilaku menyontek lebih banyak dilakukan oleh mahasiswa Sains dan Manajemen daripada mahasiswa Ilmu Humaniora, ilmu komunikasi, Politik dan Hukum, Pendidikan dan Seni. Menurut Seguin, fakultas yang memiliki mahasiswa dengan tingkat kecurangan tinggi adalah fakultas yang tingkat kesulitan untuk lulus lebih tinggi dari fakultas lain. Tingkat kesulitan pada setiap mata kuliah juga akan mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi belajar mahasiswa.
(44)
Berdasarkan penjelasan di atas maka ditentukan hipotesis sebagai berikut:
Ho1= Tidak ada perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek berdasarkan fakultas.
Ha1= Ada perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek berdasarkan fakultas.
Motivasi belajar juga akan menyebabkan perbedaan sikap pada mahasiswa terhadap perilaku menyontek. Seseorang ingin mendapatkan nilai yang tinggi namun seringkali tidak didasari dengan usaha belajar. Hal tersebut akan mendorong untuk melakukan tindakan tidak jujur untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Penelitian yang dilakukan Aryani, dkk menunjukkan terdapat hubungan negatif antara motivasi diri dengan kecenderungan menyontek. Artinya, semakin tinggi motivasi diri maka semakin rendah kecenderungan menyontek. Hasil analisis data menunjukkan tingkat motivasi diri pelajar SMK PGRI 1 Pacitan Jawa Timur secara umum termasuk kategori tinggi atau positif yaitu sebesar 50%. Hasil penelitian ini diperkuat dengan teori yang dikemukakan Winkel (2004) bahwa peranan dari motivasi adalah mempengaruhi kuat lemahnya semangat belajar. Individu yang memiliki motivasi tinggi dalam mencapai tujuan, ketika menghadapi masalah akan melakukan tindakan-tindakan yang positif untuk memecahkan masalahnya. Sedangkan bagi individu yang memiliki motivasi rendah akan cenderung bermalas-malasan dan melakukan tindakan negatif.
(45)
25
Motivasi belajar dipengaruhi oleh tekanan dalam diri seseorang untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Tekanan ini dapat timbul karena adanya kompetisi dalam kelas. Haryono, dkk (2001), mengatakan bahwa pelajar yang mempersepsikan intensitas dalam kelasnya tinggi akan terdorong untuk melakukan perilaku menyontek. Semakin tinggi persepsi pelajar terhadap intensitas kompetisi dalam kelas, semakin tinggi pula perilaku menyontek yang terjadi. Tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi menyebabkan pelajar cemas. Perasaan cemas tersebut akan mendorong individu untuk melakukan upaya demi mencapai tujuannya, yaitu belajar atau menyontek. Di antara dua alternatif tersebut, menyontek lebih sering dilakukan sebab menuntut usaha yang minimal tetapi efektif untuk mencapai tujuan (Haryono, dkk :2001).
Berdasarkan permasalahan dan deskripsi teoritik yang disajikan dalam penelitian ini, maka perumusan hipotesis adalah sebagai berikut:
Hipotesis II
Ho2= Tidak ada perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek berdasarkan motivasi belajar.
Ha2= Ada perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek berdasarkan motivasi belajar.
(46)
26 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah studi kasus. Studi kasus adalah penelitian yang melakukan penyelidikan secara mendalam mengenai subjek tertentu untuk memberikan gambaran lengkap mengenai subjek tertentu (Sangaji dan Shopian, 2010: 21). Menurut Suprapto (2013: 15), penelitian studi kasus adalah penelitian terhadap satu individu, keluarga, kelompok institusi sosial, dan masyarakat tentang penentuan faktor dan hubungan antar faktor sehingga memperoleh informasi tentang perilaku dan status subjek yang diteliti secara rinci dan mendalam (in depth), diantaranya latar belakang dan sifat atau ciri-ciri yang khas dari kasus tersebut.
Penelitian ini akan dilakukan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Hasil atau kesimpulan ini tidak bisa digeneralisasikan pada universitas-universitas lainnya di Yogyakarta, sebab penelitian studi kasus merupakan jenis penelitian dengan karakteristik serta masalah yang mempunyai kaitan antara latar belakang dan kondisi nyata saat ini dari subyek yang diteliti.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Waktu penelitian
(47)
27
C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi S1 angkatan 2015 di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Peneliti memilih angkatan 2015 karena mereka berada pada usia dewasa awal yaitu 18 tahun (Santrock:2012). Pada masa ini remaja mengalami ketidakstabilan salah satunya dalam hal pendidilan. Ketidakstabilan yang terjadi dalam hal pendidikan terkadang membuat individu tersebut sedikit sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, seperti suasana universitas, teman-teman, dosen dan peraturan-peraturan baru yang ada di dalam universitas. 2. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas terdiri dari motivasi belajar dan fakultas. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap mahasiswa-mahasiswi Universitas Sanata Dharma terhadap perilaku menyontek. D. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004: 72). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa-mahasiswi program S1 di Universitas Sanata Dharma angkatan 2015 yang terdiri dari tujuh fakultas, yaitu Fakultas Keguruan dan Ilmu
(48)
Pendidikan, Fakultas Ekonomi, Fakultas Sastra, Fakultas Farmasi, Fakultas Teologi, Fakultas Psikologi, dan Fakultas Sains dan Teknologi. Jumlah populasi penelitian adalah:
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
No Fakultas Program Studi Jumlah
1. Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Bimbingan dan Konseling 78 1.074 2. Pendidikan Agama Katolik 49
3. Pendidikan Guru Sekolah Dasar (S1) 261 4. Pendidikan Bahasa Inggris 160 5. Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia 91
6. Pendidikan Sejarah 42
7. Pend. Ekonomi BKK Pend. Akuntansi 91 8. Pend. Ekonomi BKK Pend. Ekonomi 51
9. Pendidikan Matematika 101
10. Pendidikan Fisika 48
11. Pendidikan Biologi 102
12. Ekonomi Akuntansi 158 367
13. Manajemen 209
14. Sastra Sastra Indonesia 52 205
15. Sastra Inggris 136
16. Sejarah 17
17. Sains dan Teknologi
Matematika 32 364
18. Teknik Elektro 62
19. Teknik Mesin 129
20. Teknik Informatika 123
21. Teologi Ilmu Teologi 75 75
22. Farmasi Farmasi 169 169
23. Psikologi Psikologi 168 168
Jumlah 2.404 2.404
2. Sampel Penelitian
Menurut Siregar (2010:145) sampel adalah suatu prosedur, di mana hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi. Dalam penelitian ini, yang digunakan dalam menentukan besaran sampel penelitian adalah menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Slovin
(49)
29
(Siregar 2010:149) karena jumlah populasi sudah diketahui. Rumus untuk menghitung sampel adalah sebagai berikut:
Keterangan:
n = Besarnya sampel N = jumlah populasi
e = perkiraan tingkat kesalahan
Berdasarkan rumus di atas maka perhitungan sampel penelitian adalah sebagai berikut:
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan di atas, maka besarnya sampel penelitian adalah 343 responden.
3. Teknik Penarikan Sampel
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2004: 73). Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling dan non
(50)
probability sampling. Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel proporsional (Siregar 2010:146). Perhitungannya adalah sebagai berikut:
a. Jumlah sampel yang akan diambil adalah 343 responden. b. Proporsi sampel untuk setiap fakultas adalah 343/2404 = 0.14
c. Setiap jumlah sampel dari setiap fakultas dikalikan proporsi sampel di setiap fakultas.
Tabel 3.2
Proporsi Sampel Mahasiswa Setiap Fakultas
Fakultas Program Studi Anggota Populasi
Proporsi Jumlah Sampel
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Bimbingan dan Konseling
78 0.14 11 153
Pendidikan Agama Katolik
49 0.14 7
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (S1)
261 0.14 37
Pendidikan Bahasa Inggris
160 0.14 23
Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia
91 0.14 13
Pendidikan Sejarah 42 0.14 6 Pendidikan Akuntansi 91 0.14 13 Pendidikan Ekonomi 51 0.14 7 Pendidikan Matematika 101 0.14 14 Pendidikan Fisika 48 0.14 7 Pendidikan Biologi 102 0.14 15
Ekonomi Akuntansi 158 0.14 22 52
Manajemen 209 0.14 30
Sastra Sastra Indonesia 52 0.14 8 30 Sastra Inggris 136 0.14 19
Sejarah 17 0.14 3
Sains dan Teknologi
Matematika 32 0.14 5 49
Teknik Elektro 62 0.14 9 Teknik Mesin 129 0.14 18 Teknik Informatika 123 0.14 17
Teologi Ilmu Teologi 75 0.14 11 11
Farmasi Farmasi 169 0.14 24 24
Psikologi Psikologi 168 0.14 24 24
(51)
31
E. Operasionalisasi Variabel 1. Variabel Sikap
Sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek diukur dengan menggunakan tiga komponen skala sikap, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Adapun indikator dan nomor item dalam operasionalisasi variabel sikap adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Kuesioner Variabel Sikap
Dimensi Indikator Kognitif Afektif Konatif
+ - + - + -
Prokrastinasi dan efikasi diri
Keyakinan pada diri sendiri
1,4
Menunda tugas 2,3 Kecemasan Nilai jelek 5,6
Motivasi belajar dan prestasi
Semangat belajar 7,9 8 Ketertarikan
dengan kelompok
Solidaritas 10,11 Nilai tinggi Keinginan
mendapatkan nilai tinggi
12,13 Pikiran negatif Acuh tak acuh 14,15
Harga diri dan kendali diri
Mampu mengontrol diri
16,17,18 Perilaku
impulsive dan cari perhatian
Mengikuti kata hati 19,20
Cari perhatian 21,22
Setiap pernyataan dalam kuesioner diukur dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert merupakan skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena tertentu (Siregar, 2010:138). Pada kuesioner ini, peneliti memutuskan untuk meniadakan pilihan alternatif jawaban Ragu-Ragu
(52)
(R), sehingga hanya ada empat pilihan alternatif saja. Hadi (2004), ditiadakannya pilihan alternatif jawaban didasarkan pada:
a. Kategori undecided mempunyai arti ganda. Bisa diartikan belum dapat memutuskan, bisa juga diartikan netral.
b. Tersedianya jawaban di tengah menimbulkan kecenderungan menjawab di tengah, terutama bagi responden yang ragu-ragu ke arah setuju atau tidak setuju.
c. Maksud jawaban SS-S-TS-STS adalah untuk melihat kecenderungan pendapat responden ke arah setuju atau tidak setuju.
Pemberian skor pada setiap alternatif pernyataaan adalah sebagai berikut: Tabel 3.4
Penilaian Skala Likert
Jawaban Skor
Positif Negatif
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangar Tidak Setuju 1 4
2. Variabel Motivasi Belajar
Uno (2007) mengungkapkan motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri sesesorang yang timbul karena rangsangan dari dalam maupun dari luar untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.
(53)
33
Menurut Uno (2007), motivasi belajar timbul karena faktor intrinsik berupa hasrat dan keinginan berhasil, dorongan kebutuhan belajar, dan harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Kedua faktor disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat.
Adapun indikator dan nomor item dalam operasionalisasi varibel motivasi belajar adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5
Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar
Dimensi Indikator Nomor Item
(+) (-)
Dorongan Internal
1. Hasrat ingin berhasil 2, 18 1, 3 2. Dorongan dan
kebutuhan akan belajar
4, 5, 6 16
3. Harapan dan cita-cita masa depan
13, 19, 22 17 Dorongan
Eksternal
4. Penghargaan dalam belajar
7, 9, 20 8 5. Kegiatan yang
menarik dalam belajar
10, 11 15
6. Lingkungan belajar
yang kondusif 14, 21 12
Setiap pernyataan dalam kuesioner diukur dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert merupakan skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena tertentu (Siregar, 2010:138). Pada kuesioner ini, peneliti
(54)
memutuskan untuk meniadakan pilihan alternatif jawaban Ragu-Ragu (R), sehingga hanya ada empat pilihan alternatif saja. Hadi (2004), ditiadakannya pilihan alternatif jawaban didasarkan pada:
a. Kategori undecided mempunyai arti ganda. Bisa diartikan belum dapat memutuskan, bisa juga diartikan netral.
b. Tersedianya jawaban di tengah menimbulkan kecenderungan menjawab di tengah, terutama bagi responden yang ragu-ragu ke arah setuju atau tidak setuju.
c. Maksud jawaban SS-S-TS-STS adalah untuk melihat kecenderungan pendapat responden ke arah setuju atau tidak setuju.
Pemberian skor pada setiap alternatif pernyataaan adalah sebagai berikut: Tabel 3.6
Penilaian Skala Likert
Jawaban Skor
Positif Negatif
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangar Tidak Setuju 1 4
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner (angket). Kuesioner menurut Sugiyono (2004:135) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien apabila peneliti mengetahui dengan pasti variabel yang akan diukur dan mengetahui apa yang
(55)
35
bisa diharapkan dari responden. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner tertutup
G. Teknik Pengujian Instrumen
Sebelum instrumen penelitian diujicobakan, peneliti telah meminta orang lain untuk memberikan komentar tentang penulisan kalimat dan ambiguitas pada setiap butir kuesioner. Setelah dilakukan validasi dan perbaikan, instrumen penelitian dibagikan kepada responden. Instrumen penelitian yang telah diisi dan diterima kembali oleh peneliti, kemudian dilakukan uji coba instrumen dengan menggunakan program komputer SPSS. Dari hasil uji coba instrument didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Uji Validitas Instrumen
Pengujian validitas alat ukur dalam penelitian ini dilakukan dengan program komputer SPSS dengan cara melihat nilai korelasi (pearson
correlation) adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)]
≤ taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Jumlah responden sebesar 343 dan α = 0.05, sehingga nilai r (0.05, 343) pada table product moment adalah 0.1058. Rumus yang digunakan untuk uji validitas menggunakan teknik korelasi product moment (Siregar, 2010:164) adalah:
√[ ][ ]
Keterangan:
n = jumlah responden
x = skor variabel (jawaban responden) y = skor total variabel untuk responden n
(56)
Kriteria validitas suatu instrumen adalah apabila rhitung > rtabel dengan taraf signifikan (α = 0.05) maka butir-butir pernyataan dikatakan valid. Sebaliknya apabila rhitung < rtabel dengan taraf signifikan (α = 0.05) maka butir-butir pernyataan dikatakan tidak valid.
a. Hasil Uji Validitas Sikap
Berikut disajikan hasil pengujian validitas instrumen penelitian ini. Pengujian validitas dilakukan dengan responden sebanyak 70 mahasiswa di Universitas Sanata Dharma.
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Sikap Tahap I No
Item
Validitas Keterangan
rtabel (Taraf Signifikansi 5%)
rhitung
1 0,239 0,511 Valid
2 0,239 0.456 Valid
3 0,239 0,546 Valid
4 0,239 0,587 Valid
5 0,239 0,498 Valid
6 0,239 0.523 Valid
7 0,239 -0,309 Tidak Valid
8 0,239 -0,570 Tidak Valid
9 0,239 -0,162 Tidak Valid
10 0,239 0,656 Valid
11 0,239 0,657 Valid
12 0,239 0,543 Valid
13 0,239 0,715 Valid
14 0,239 0,528 Valid
15 0,239 -0,084 Tidak Valid
16 0,239 -0,031 Tidak Valid
17 0,239 -0,169 Tidak Valid
18 0,239 -0,228 Tidak Valid
19 0,239 0,464 Valid
20 0,239 0,528 Valid
21 0,239 0,607 Valid
(57)
37
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 22 butir item yang digunakan terdapat 7 item yang tidak valid karena rhitung lebih kecil dari rtabel. Butir item yang tidak valid tersebut kemudian dihapus. Setelah butir item yang tidak valid dihapus, dilakukan kembali pengujian validitas. Berikut disajikan tabel hasil pengujian validitas tahap II.
Tabel 3.8
Hasil Uji Validitas Sikap Tahap II No
Item
Validitas Keterangan
rtabel (Taraf Signifikansi 5%)
rhitung
1 0,239 0,589 Valid
2 0,239 0.507 Valid
3 0,239 0,560 Valid
4 0,239 0,569 Valid
5 0,239 0,575 Valid
6 0,239 0.614 Valid
10 0,239 0,650 Valid
11 0,239 0,676 Valid
12 0,239 0,629 Valid
13 0,239 0,775 Valid
14 0,239 0,595 Valid
19 0,239 0,610 Valid
20 0,239 0,642 Valid
21 0,239 0,645 Valid
22 0,239 0,786 Valid
Setelah dilakukan uji validitas, diketahui item-item dalam kuesioner yang dinyatakan valid berjumlah 15. Item-item tersebut telah mewakili variabel sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek.
(58)
b. Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar
Berikut disajikan hasil pengujian validitas instrumen penelitian ini. Pengujian validitas dilakukan dengan responden sebanyak 70 mahasiswa di Universitas Sanata Dharma.
Tabel 3.9
Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar Tahap I No
Item
Validitas Keterangan
rtabel (Taraf Signifikansi 5%)
rhitung
1 0,239 0,367 Valid
2 0,239 0,220 Tidak Valid
3 0,239 0,309 Valid
4 0,239 0,295 Valid
5 0,239 0,475 Valid
6 0,239 0,389 Valid
7 0,239 0,639 Valid
8 0,239 0,290 Valid
9 0,239 0,152 Tidak Valid
10 0,239 0,493 Valid
11 0,239 0,408 Valid
12 0,239 0,192 Tidak Valid
13 0,239 0,502 Valid
14 0,239 0,356 Valid
15 0,239 0,365 Valid
16 0,239 0,513 Valid
17 0,239 0,262 Valid
18 0,239 0,359 Valid
19 0,239 0,546 Valid
20 0,239 0,472 Valid
21 0,239 0,462 Valid
22 0,239 0,578 Valid
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 22 butir item yang digunakan terdapat 3 item yang tidak valid karena rhitung lebih kecil dari rtabel. Butir item yang tidak valid tersebut kemudian dihapus. Setelah butir item yang tidak valid dihapus, dilakukan kembali
(59)
39
pengujian validitas. Berikut disajikan tabel hasil pengujian validitas tahap II.
Tabel 3.10
Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar Tahap II No
Item
Validitas Keterangan
rtabel (Taraf Signifikansi 5%)
rhitung
1 0,239 0,364 Valid
3 0,239 0,290 Valid
4 0,239 0,275 Valid
5 0,239 0,477 Valid
6 0,239 0,392 Valid
7 0,239 0,644 Valid
8 0,239 0,305 Valid
10 0,239 0,528 Valid
11 0,239 0,419 Valid
13 0,239 0,485 Valid
14 0,239 0,335 Valid
15 0,239 0,361 Valid
16 0,239 0,524 Valid
17 0,239 0,214 Tidak Valid
18 0,239 0,362 Valid
19 0,239 0,542 Valid
20 0,239 0,472 Valid
21 0,239 0,462 Valid
22 0,239 0,578 Valid
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 19 butir item yang diuji terdapat 1 item yang tidak valid karena rhitung lebih kecil dari rtabel. Butir item yang tidak valid tersebut kemudian dihapus. Setelah butir item yang tidak valid dihapus, dilakukan kembali pengujian validitas. Berikut disajikan tabel hasil pengujian validitas tahap III.
(60)
Tabel 3.11
Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar Tahap III No
Item
Validitas Keterangan
rtabel (Taraf Signifikansi 5%)
rhitung
1 0,239 0,374 Valid
3 0,239 0,241 Valid
4 0,239 0,277 Valid
5 0,239 0,487 Valid
6 0,239 0,404 Valid
7 0,239 0,635 Valid
8 0,239 0,307 Valid
10 0,239 0,546 Valid
11 0,239 0,431 Valid
13 0,239 0,481 Valid
14 0,239 0,352 Valid
15 0,239 0,341 Valid
16 0,239 0,544 Valid
18 0,239 0,360 Valid
19 0,239 0,529 Valid
20 0,239 0,456 Valid
21 0,239 0,462 Valid
22 0,239 0,553 Valid
Setelah dilakukan uji validitas, diketahui tem-item dalam kuesioner yang dinyatakan valid berjumlah 18. Item-item tersebut telah mewakili variabel sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek.
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Jonathan Sarwono (2014:248) reliabilitas menunjuk pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil pengukuran tertentu di setiap kali pengukuran dilakukan pada hal yang sama. Pengujian reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini dilakukan dengan program komputer SPSS
(61)
41
dengan teknik koefisien Alpha Cronbach yaitu dengan membelah item sebanyak jumlah itemnya. Semakin besar koefisien reliabilitas berarti semakin kecil kesalahan pengukuran maka semakin reliabel alat ukur tersebut. Rumus ini digunakan karena kuesioner yang diberikan berbentuk skala 1-4 dan jawaban responden menginterpretasikan penilaian sikap. Kriteria suatu instrument dikatakan reliabel dengan menggunakan teknik ini, apabila koefisien reliabilitasnya (r11) > 0.6.
Tahapan perhitungan uji reliabilitas dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach, yaitu:
a. Menentukan nilai varians setiap butir pertanyaan
b. Menentukan nilai varians total
c. Menentukan reliabilitas instrument
[ ] [ ] Keterangan:
n = Jumlah sampel X = Nilai skor yang dipiih
= Varians total
= Jumlah varians butir k = Jumlah butir pertanyaan
(62)
Hasil pengujian reliabilitas variabel sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek dengan jumlah data (n) sebanyak 70 responden pada derajad keyakinan 5% maka diperoleh nilai 0.917. Nilai ini lebih besar dari 0,6. Dengan demikian instrument yang digunakan untuk melihat sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek dikatakan reliabel. Sedangkan hasil pengujian reliabilitas variabel motivasi belajar dengan jumlah data (n) sebanyak 70 responden pada derajad keyakinan 5% maka diperoleh nilai 0.837. Nilai ini lebih besar dari 0,6. Dengan demikian instrument yang digunakan untuk melihat motivasi belajar mahasiswa dikatakan reliabel.
H. Teknik Analisis Data 1. Teknik Deskriptif
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistika deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsiskan atau member gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel dan populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum. Analisis deskriptif ini dilakukan dengan pengujian hipotesis deskriptif (Siregar, 2010:221). Pengujian statistik deskriptif ini untuk mendeskripsikan variabel penelitian yaitu sikap dan motivasi belajar menggunakan patokan penelitian dengan PAP II. Untuk keperluan deskripsi data, digunakan tabel distribusi frekuensi untuk setiap variabel.
(63)
43
Tabel 3.12
Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II
Skor Kategori Kecenderungan Variabel 81% - 100% Sangat Tinggi
66% - 80% Tinggi
56% - 65% Cukup
46% - 55% Rendah
<45% Sangat Rendah
Dalam PAP tipe II terdapat batas atau patokan yang paling rendah
(passing score) yaitu 56% dari total skor yang seharusnya dicapai, diberi
nilai cukup. PAP II umumnya merupakan cara menghitung dengan skor minimal 0 dan skor maksimal 100. Pada penelitian ini, peneliti telah menetapkan skor terendah 1 dan skor tertinggi 4. Maka untuk mendeskripsikan ketegori variabel sikap dan variabel motivasi belajar terlebih dahulu harus menentukan skor interval dengan memodifikasi rumus PAP tipe II, sebagai berikut:
Skor terendah yang mungkin dicapai + [Nilai presentase x (Skor tertinggi yang mungkin dicapai item – Skor terendah yang mungkin dicapai)] a. Variabel Sikap
Skor tertinggi yang mungkin dicapai : 4 x 15 = 60 Skor terendah yang mungkin dicapai : 1 x 15 = 15 Skor:
Sangat Tinggi = 15 + 81% (60 - 15) = 52 - 60 Tinggi = 15 + 66% (60 - 15) = 45 - 51 Cukup Tinggi = 15 + 56% (60 - 15) = 41 - 44 Rendah = 15 + 46% (60 - 15) = 36 - 40
(64)
Sangat Rendah = 15 + 0% (60 - 15) = 15 – 35
Data perhitungan di atas dapat disimpulkan kategori kecenderungan variabel berikut:
Tabel 3.13 Rentang variabel Sikap
No Interval Kategori
1. 52 – 60 Sangat Tinggi
2. 45 – 51 Tinggi
3. 41 – 44 Cukup Tinggi
4. 36 – 40 Rendah
5. 15 – 35 Sangat Rendah
b. Variabel Motivasi Belajar
Skor tertinggi yang mungkin dicapai : 4 x 18 = 72 Skor terendah yang mungkin dicapai : 1 x 18 = 18 Skor:
Sangat Tinggi = 18 + 81% (72-18) = 62 - 72 Tinggi = 18 + 66% (72-18) = 54 - 61 Cukup = 18 + 56% (72-18) = 49 - 53 Rendah = 18 + 46% (72-18) = 43 - 48 Sangat Rendah = 18 + 0% (72-18) = 18 – 42
Data perhitungan di atas dapat disimpulkan kategori kecenderungan variabel berikut:
(65)
45
Tabel 3.14
Rentang Variabel Motivasi Belajar
No Interval Kategori
1. 62 – 72 Sangat Tinggi
2. 54 – 61 Tinggi
3. 49 – 53 Cukup
4. 43 – 48 Rendah
5. 18 – 42 Sangat Rendah
2. Uji Hipotesis
a. Teknik analisis data yang digunakan untuk variabel fakultas dalam penelitian ini adalah Kruskal-Wallis. Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut (Priyanto, 2012:216):
1) Merumuskan Ho dan Ha
Ho : Tidak ada perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari fakultas.
Ha : Ada perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari fakultas.
2) Kriteria Pengujian
a) Jika signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak b) Jika signifikansi > 0,05 maka Ho diterima 3) Membuat Kesimpulan
a) Ho diterima jika nilai Asymp. Sig > 0,05, artinya tidak ada perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari fakultas.
(66)
b) Ha diterima jika nilai Asymp. Sig < 0,05, artinya ada perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari fakultas.
b. Teknik analisis data yang digunakan untuk variabel motivasi belajar dalam penelitian ini adalah Kruskal-Wallis. Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut (Priyanto, 2012:216):
1) Merumuskan Ho dan Ha
Ho : Tidak ada perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari motivasi belajar.
Ha : Ada perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari motivasi belajar.
2) Kriteria Pengujian
a) Jika signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak b) Jika signifikansi > 0,05 maka Ho diterima 3) Membuat Kesimpulan
a) Ho diterima jika nilai Asymp. Sig > 0,05, artinya tidak ada perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari motivasi belajar.
b) Ha diterima jika nilai Asymp. Sig < 0,05, artinya ada perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari motivasi belajar.
(67)
47 BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Universitas Sanata Dharma
1. Latar Belakang Berdirinya Universitas Sanata Dharma
Gagasan untuk mendirikan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) oleh Prof. Moh. Yamin, S.H. Prof. Moh. Yamin, S.H. adalah Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan RI tahun 1950-an. Gagasan untuk mendirikan Perguruan Tinggi ini disambut baik oleh para imam katholik, terutama Ordo Societas Jesus (Serikat Yesus yang disingkat S.J.). Pada waktu itu, ordo ini telah membuka kursus-kursus B1, antara lain B1 mendidik yayasan De Brito di Yogyakarta yang dikelola oleh Pater H. Loeff, S.J. dan B1 Bahasa Inggris yayasan Loyola di Semarang yang dikelola oleh Pater W.J. Van der Meulen, S.J. dan Pater H. Bastianse, S.J. Setelah mendapat dukungan dari Conggregatio de Propaganda Fide, selanjutnya Pater Kester menggabungkan kursus-kursus ini menjadi sebuah perguruan tinggi dan lahirlah PTPG Sanata Dharma. Pater Kester pada waktu itu menjabat sebagai Superior Misionaris Serikat Yesus. PTPG Sanata Dharma lahir pada tanggal 20 Oktober 1955 yang kemudian diresmikan oleh pemerintah pada tanggal 17 Desember 1955.
Pada awalnya PTPG Sanata Dharma mempunyai 4 Jurusan, yaitu Bahasa Inggris, Sejarah, IPA, dan Ilmu Mendidik. Para pembesar misi Serikat Yesus menunjuk Pater Prof. Nicolaus Driyarkara, S.J. menjadi
(68)
Dekan PTPG Sanata Dharma dan Pater H. Loeff sebagai Wakil Dekan PTPG Sanata Dharma. Nama "Sanata Dharma" diciptakan oleh Pater K. Looymans, S.J. yang waktu itu menjadi pejabat Departemen Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan di Kantor Wali Gereja Indonesia. "Sanata Dharma" sebenarnya dibaca "Sanyata Dharma", yang berarti "kebaktian yang sebenarnya" atau "pelayanan yang nyata". Kebaktian dan pelayanan itu ditujukan kepada tanah air dan gereja (Pro Patria et Eclessia).
2. Perkembangan Universitas Sanata Dharma (1958 – 1993)
Seiring berjalannya waktu, PTPG Sanata Dharma menyesuaikan diri dengan ketentuan pemerintah, dalam hal ini Kementrian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Pada bulan November 1958 PTPG Sanata Dharma berubah menjadi FKIP (Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan) Sanata Dharma dan menjadi bagian dari Universitas Katolik Indonesia cabang Yogyakarta. Pada masa FKIP ini Sanata Dharma berhasil memperoleh status "disamakan" dengan negeri berdasarkan SK Menteri PTIP No.1 / 1961 pada tanggal 6 Mei 1961 jo No. 77 / 1962 tanggal 11 Juli 1962. Walaupun bagian dari Universitas Katolik Indonesia, secara de
facto FKIP Sanata Dharma berdiri sendiri.
FKIP Sanata Dharma mengatasi kerancuan antara menjadi bagian dari Universitas Katolik Indonesia cabang Yogyakarta dengan kemandirian FKIP Sanata Dharma sebagai sebuah institusi pendidikan dengan berubah menjadi IKIP Sanata Dharma berdasarkan SK Menteri PTIP No. 237 / B - Swt / U / 1965. Surat Keputusan ini berlaku mulai
(69)
49
tanggal 1 September 1965. Selain melaksanakan Program S1 (sebelumnya Sarjana Muda dan Sarjana), IKIP Sanata Dharma juga dipercaya pemerintah untuk mengelola Program Diploma I, II, dan III untuk jurusan Matematika, Fisika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPS, dan PMP. Berbagai program Diploma ini ditutup pada tahun 1990 dan selanjutnya dibika program Diploma II PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar). 3. Universitas Sanata Dharma (1993 sampai sekarang)
Seiring berjalannya waktu dan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat serta kemajuan zaman, pada tanggal 20 April 1993 sesuai dengan SK Mendikbud No. 46/D/O/1993, IKIP Sanata Dharma dikembangkan menjadi Universitas Sanata Dharma atau lebih dikenal dengan nama USD. Dengan perkembangan ini, USD diharapkan tetap dapat memajukan sistem pendidikan guru sekaligus berpartisipasi dalam memperluas wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setelah berkembang menjadi universitas, USD terdorong untuk memperluas muatan program pendidikannya. Di samping tetap mempertahankan pendidikan guru dengan tetap membuka FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan), Sanata Dharma membuka beberapa fakultas baru. Universitas Sanata Dharma sekarang memiliki 8 Fakultas dengan 23 Program Studi, 4 Program Pasca Sarjana, 2 Program Profesi, dan Program Kursus Bersertifikat. Sekarang ini, banyak hal berkembang di Universitas Sanata Dharma. Perkembangan Universitas Sanata Dharma meliputi berbagai aspek, baik sarana fisik (gedung, lab, perpustakaan, dan
(70)
fasilitas fisik lainnya), administrasi (sistem informasi, manajemen, biro/lembaga/pusat/serta unit pendukung), peningkatan mutu akademik, penelitian, pengajaran, serta pengabdian pada masyarakat.
B. Arti Logo, Visi, Misi, Motto dan Nilai-nilai Dasar Universitas Sanata Dharma
1. Arti Logo Universitas Sanata Dharma
Universitas Sanata Dharma berlambangkan daun teratai coklat bersudut lima dengan sebuah obor hitam yang menyala merah, sebuah buku terbuka dengan tulisan Ad Maiorem Dei Gloriam dan tulisan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta berwarna hitam di dalamnya.
a. Bingkai : teratai bersudut lima
b. Teratai : kemuliaan, sudut lima : pancasila
c. Tulisan Sanata Dharma : perbuatan luhur yang nyata d. Obor : hidup dengan semangat yang menyala-nyala
e. Buku yang terbuka : ilmu pengetahuan yang selalu berkembang f. Teratai yang berwarna coklat : sikap dewasa yang matang
g. Tulisan Ad Maiorem Dei Gloriam : demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar
2. Visi Universitas Sanata Dharma
Menjadi penggali kebenaran yang unggul dan humanis demi terwujudnya masyarakat yang semakin bermartabat.
(71)
51
3. Misi Universitas Sanata Dharma
Menghadirkan pencerahan yang mencerdaskan bagi masyarakat melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi.
a. Mengembangkan system pendidikan holistik yang merupakan perpaduan keunggulan akademik dan nilai-nilai kemanusiaan melalui pendekatan yang berciri cura personalis, dialogis, pluralistik, dan transformatif.
b. Menciptakan masyarakat akademik Universitas yang mampu menghargai kebebasan akademik serta otonomi keilmuan, mampu bekerjasama lintas ilmu, dan mampu mengedepankan kedalaman dari pada keluasan wawasan keilmuan dalam usaha menggali kebenaran lewat kegiatan pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.
c. Menghadirkan pencerahan yang mencerdaskan bagi masyarakat melalui publikasi hasil kegiatan pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat, pengembangan kerjasama dengan berbagai mitra yang memiliki visi serta kepedulian sama, dan pemberdayaan para alumni dalam pengembangan keterlibatan nyata di tengah masyarakat.
4. Motto Universitas Sanata Dharma
"Memadukan keunggulan akademik dan nilai-nilai kemanusiaan", disingkat: CERDAS dan HUMANIS.
(1)
UJI KRUSKAL-WALLIS
Perbedaan Sikap Mahasiswa Terhadap Perilaku Menyontek Ditinjau dari
Fakultas
Ranks
Fakultas N Mean Rank Sikap FKIP 153 171.92
EKONOMI 52 232.87 SASTRA 30 173.70 FST 49 151.98 TEOLOGI 11 105.55 FARMASI 24 159.90 PSIKOLOGI 24 121.94 Total 343
Test Statisticsa,b
Sikap
Chi-Square 33.082
Df 6
Asymp. Sig. .000 a. Kruskal Wallis Test
(2)
125
UJI KRUSKAL-WALLIS
Perbedaan Sikap Mahasiswa Terhadap Perilaku Menyontek Ditinjau dari
Motivasi Belajar
Ranks
Motivasi_Belajar N Mean Rank Sikap sangat tinggi 21 169.21
tinggi 98 128.27 cukup 148 187.95 rendah 63 187.44 sangat rendah 13 249.81 Total 343
Test Statisticsa,b
Sikap
Chi-Square 32.507
df 4
Asymp. Sig. .000 a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Motivasi_Belajar
(3)
LAMPIRAN 8
(4)
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
(6)