Perangkat Framing Robert M. Entman

Framing ini pada akhirnya menentukan bagaimana realitas itu hadir di hadapan pembaca. Melaui framing inilah dapat ditentukan bagaimana realitas itu harus dilihat, dianalisis dan diklarifikasikan dalam kategori tertentu. Dalam hubungannya dengan penulisan berita, framing dapat mengakibatkan suatu peristiwa yang sama dapat menghasilkan berita yang secara radikal berbeda apabila wartawan mempunyai frame yang berbeda ketika melihat peristiwa tersebut dan menuliskan pandangannya dalam berita, karena asumsi dasar dari framing adalah bahwa individu wartawan selalu menyertakan pengalaman hidup, social, dan kecenderungan psikologisnya ketika menafsirkan pesan yang datang keapadanya. Individu tidak dibayangkan sebagai subjek pasif, sebaliknya dia aktif dan otonom. Menurut Aditjondro dalam Siahaan et al, proses framing merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses penyuntingan yang melibatkan semua pekerja dibagian keredaksian media cetak. Bahkan melibatkan semua pekerja dibagian yang terkait dengan kasus tertentu, yang masing-masing pihak ingin ditonjolkan atau harus ada informasi yang tidak peru diketahui oleh umum. Sobur, 2001 : 165 Analisis framing dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana realitas dikonstruksi oleh media. Selain itu, analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai realitas analisis untuk mengetahui bagaimana realitas peristiwa, actor, kelompok, atau apa saja dibingkai oleh media. Eriyanto, 2002 : 3

2.6 Perangkat Framing Robert M. Entman

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan dari model Robert M. Entman. Model ini berasumsi bahwa framing memberi tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang ditonjolkan atau dianggap penting oleh pembuat teks. Kata penonjolan itu sendiri dapat didefinisikan : membuat informasi terlihat lebih jelas, lebih bermakna, atau lebih mudah diingat oleh khalayak, lebih terasa dan tersimpan dalam memori dibandingkan dengan yang disajikan secara biasa. Bentuk penonjolan tersebut bisa beragam : menempatkan suatu aspek infromasi lebih menonjol dibandingkan dengan yang lain, lebih mencolok, melakukan pengulangan informasi yang dipandang penting atau dihubungkan dengan aspek budaya yang akrab di benak khalayak. Dengan bentuk seperti itu, sebuah ide atau gagasan atau informasi lebih mudah terlihat, lebih mudah diperhatikan, diingat, dan ditafsirkan karena berhubungan dengan skema pandangan khalayak. Karena penonjolan adalah produk interaksi antara teks dan penerima, kehadiran frame dalam teks bisa jadi tidak seperti yang dideteksi oleh peneliti, khalayak sangat mungkin mempunyai mempunyai pandangan tentang apa yang ia pikirkan atas suatu teks dan bagaimana teks berita tersebut dikonstruksikan dalam pikiran. Eriyanto, 2002 : 186 Menurut Entman dalam Siahaan 2001 : 80, framing memiliki implikasi bagi komunikasi politik. Frame menurut perhatian terhadap beberapa aspek dari realitas dengan mengabaikan elemen-elemen lainnya yang memungkinkan khalayak memiliki reaksi berbeda. Politisi mencari dukungan dengan memaksakan kompetisi satu sama lain. Mereka bersama jurnalis membangun frame berita. Daam konteks ini, menurut Entman, framing memainkan peran utama dalam mendesakkan kekuasaan politik, dan frame dalam teks berita sungguh merupakan kekuasaan yang tercetak. Entman menunjukkan identitas para actor atau interest yang berkompetisi untuk mendominasi teks. Namun Entman menyayangkan banyak teks berita dalam merefleksikan permainan kekuasaan dan batas wacana atas sebuah isu, memperlihatkan homogenitas framing pada satu tingkat analisis, dan belum mempersaingkannya dengan framing lainnya. Konsep framing dalam pandangan Entman, secara konsisten menawarkan sebuah cara untuk mengungkapkan the power of communication text. Analisis framing dapat menjelaskan dengancara yang tepat pengaruh atas kesadaran manusia yang didesak oleh transfer atau komunikasi informasi dari sebuah lokasi seperti, pidato, ucapan atau ungkapan, news report, atau novel. Framing menurut Entman secara esensial meliputi penyeleksian dan penonjolan. Membuat frame adalah menyeleksi beberapa aspek dari suatu pemahaman atas sebuah realitas, dan membuatnya lebih menonjol di dalam suatu teks yang dikomunikasikan sedemikian rupa sehingga mempromosikan sebuah definisi permasalahan yang khusus, interpretasi kausal, evaluasi moral dan atau merekomendasikan penanganannya. Siahaan dalam Sobur, 2006 164-165 Pada prosesnya, framing sangat berkaitan erat dengan rutinitas dan konvensi professional jurnalistik. Proses framing tidak dapat dipisahkan dari strategi pengolahan dan penyajian informasi dalam persentasi media. Dalam hal ini, wartawan menempati posisi startegis untuk menyusun dan mengolah informasi. Dengan posisi ini wartawan mengolah dan mengemas informasi sesuai dengan ideology, kecenderungan ataupun keberpihakan politik mereka. Wartawan juga dapat membatasi dan menafsirkan komentar-kmentar sumber berita, serta memberi porsi pemberitaan yang berbeda antara sumber berita yang satu dengan lainnya. Hal tersebut merupakan konsep framing yang dikemukakan oleh Entman, framing digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan penonjolan aspek tertentu dari realitas Eriyanto, 2002 : 186. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi besar daripada isu yang lain. Entman melihat framing dalam dua dimensi, yaitu seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek realitas. Kedua factor ini dapat lebih mempertajam framing berita melalui proses seleksi isu, menentukan fakta yang dipilih, ditonjolkan, dan dibuang yang tentunya akan melibatkan nilai dan ideology para wartawan yang telibat dalam produksi sebuah berita. Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Eriyanto, 2002 : 188 Frame timbul dalam dua level. Pertama, konsepsi mental yang digunakan untuk memproses informasi dan sebagai karakteristik dari teks berita. Kedua, perangkat spesifik dan narasi barita yang dipakai untuk membangun pengertian mengenai peristiwa. Frame berita dibentuk dari kata kunci, metafora, konsep, symbol, citra yang ada dalam narasi berita. Karenanya, frame dapat dideteksi dan diselidiki dari kata, citra dan gambar tertentu yang memberi makna tertentu dari teks berita. Kosakata dan gambar itu ditekankan dalam teks sehingga lebih menonjol disbandingkan bagian lain dalam teks. Itu dilakukan lewat pengulangan, penempatan yang lebih menonjol atau menghubungkan bagian lain dalam teks berita. Sehingga bagian itu lebih menonjol, lebih mudah dilihat, diingat dan lebih mempengaruhi khalayak. Eriyanto, 2002 : 189 Menurut Entman, framing dalam berita dilakukan dengan empat cara, yakni : pertama, pada identifikasi masalah problem identification, yaitu peristiwa dilihat sebagai apa da dengan nilai positif atau negative; kedua, pada identifikasi penyebab masalah diagnose cause; ketiga, pada evaluasi moral moral evaluation; dan keempat, saran penanggulangan masalah trestment recommendation, yaitu menawarkan suatu cara penanganan masalah dan kadangkala memprediksi hasilnya. Eriyanto, 2001 : 20 Konsepsi framing dari Entman tersebut menggambarkan secara luas bagaimana peristiwa dimaknai dan ditandai oleh wartawan. Define problems atau problem identification pendefinisian masalah adalah elemen yang pertama kali dapat dilihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frame atau bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda. Dan bingkai yang berbeda ini akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda pula. Eriyanto, 2002 : 190 Diagnose cause atau causal interpretation memperkirakan penyebab masalah, merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai actor auatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa what, tetapi bisa juga berarti siapa who. Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula. Make moral judgement membuat pilihan moral adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberikan argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan , dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip, berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak. Elemen framing yang lain adalah treatment recommendation menekankan penyelesian. Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat bergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah. Eriyanto, 2002 : 191 Pada prakteknya esensi framing tersebut bisa diimplementasikan media dengan berbagai cara, yakni dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain, serta menonjolkan aspek isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana, diantaranya dengan indicator. Eriyanto, 2001 : 191-193 a. Penempatan yang mencolok menempatkan di headline atau pada halaman depan b. Pengulangan c. Pemaknaan grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan d. Pemakaian foto e. Pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan f. Asosiasi terhadap symbol-simbol budaya, generaisasi, implikasi dan lain-lain

2.7 Perkawinan Siri

Dokumen yang terkait

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS.

0 3 47

PEMBINGKAIAN BERITA BAILOUT CENTURY (Studi Analisis Framing Tentang Bailout Century Pada Sidang Paripurna SPR di Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas).

1 2 100

Pembingkaian Berita Sel Mewah Artalyta di Rutan Pondok Bambu Jakarta (analisis framing dalam surat kabar Jawa Pos dan Kompas).

0 4 102

Pembingkaian Berita Isu Reshuffle Kabinet (Studi Analisis Framing Berita Isu Reshuffle Kabinet di Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas).

0 0 102

PEMBINGKAIAN BERITA KISRUH PILKADA DI MOJOKERTO PADA SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS EDISI, 22 -23 MEI 2010. ( STUDI ANALISIS FRAMING KISRUH PILKADA DI MOJOKERTO PADA SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS EDISI 22-23 MEI 2010).

0 1 79

PEMBINGKAIAN BERITA PEMBATALAN KUNJUNGAN KEPALA NEGARA KE BELANDA DI SURAT KABAR (Studi Analisis Framing Berita Pembatalan Kunjungan Kepala Negara ke Belanda di Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas).

3 13 142

PEMBINGKAIAN BERITA PEMBATALAN KUNJUNGAN KEPALA NEGARA KE BELANDA DI SURAT KABAR (Studi Analisis Framing Berita Pembatalan Kunjungan Kepala Negara ke Belanda di Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas)

0 0 17

KATA PENGANTAR - PEMBINGKAIAN BERITA RUU NIKAH SIRI DI SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS (Studi Analisis Framing RUU Nikah Siri di Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos)

0 0 17

PEMBINGKAIAN BERITA KISRUH PILKADA DI MOJOKERTO PADA SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS EDISI, 22 -23 MEI 2010. ( STUDI ANALISIS FRAMING KISRUH PILKADA DI MOJOKERTO PADA SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS EDISI 22-23 MEI 2010).

0 0 22

Pembingkaian Berita Isu Reshuffle Kabinet (Studi Analisis Framing Berita Isu Reshuffle Kabinet di Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas)

0 0 17