Farmakodinamik Malnutrisi pada Penyakit Ginjal Kronis

b. N-Acetylcysteine mengontrol pelepasan mediator pro-inflamasi sistemik seperti kemokin, sitokin TNF, interleukin, interferon agar bekerja tidak berlebihan sehingga menyebabkan inflamasi kronik Borras dkk., 2004; Luciak M, 2004. c. N-Acetylcysteine bekerja sebagai immune-booster meningkatkan sistem imunitas dengan meningkatkan aktivitas sel imunitas T-limfosit, makrofag, neutrofil untuk memfagositosis dan melisis bakteri atau benda asing, sehingga memperbaiki daya tahan terhadap infeksi, meningkatkan kemampuan antioksidan, mengembalikan keseimbangan redoxreduced and oxidized glutathione selular. Mengembalikan keseimbangan r edox ini sangat penting dalam mengatur respon terhadap inflamasi Hansen, Watson dan Jones, 2004. d. N-Acetylcysteine mencegah kerusakan membran sel dan lipid peroksidasi sehingga tidak terjadi dampak berlebihan dari leukotrein seperti vasokontriksi dan bronkokontriksi. Sebagai hasil akhir kerja NAS sebagai immune booster dapat mengurangi frekuensi dan keparahan infeksi Voghel dkk., 2008. e. N-Acetylcysteine memperbaiki struktur, bentuk dan fungsi sel darah merah sebagai pembawa oksigen sehingga memperbaiki keadaan hypoxemia Voghel dkk., 2008. f. N-Acetylcysteine bekerja sebagai true-mucolytic pada bronkhitis dan penyakit paru sudah banyak digunakan Cuzzocrea dkk., 2001. g. N-Acetylcysteine mempunyai aktivitas fluidikasi atau pencairan yang kuat terhadap sekresi mucus dan mukopurulen dengan jalan depolimerisasi dari kompleks asam mukoprotein dan asam nukleat penyebab viskositas dari komponen-komponen mukoid dan purulenta dari sputum dan sekresi-sekresi lainnya, tambahan pula obat ini berefek sebagai anti flogistik dan mempercepat regulasi mukosaCuzzocrea dkk., 2001. h. Keracunan paracetamol aksidental atau sengaja. Dosis awal secara oral 140 mgkg berat badan diberikan secepatnya 10 jam setelah masuknya bahan beracun, diikuti denagn 70 mgkg berat badan yang diberikan setiap 4 jam selama 1-3 hari Cuzzocrea dkk., 2000; Gregory S. Kelly, 1998. i. Uropathy dari iso dan cyclophosphamide. Pada siklus kemoterapi tertentu dengan iso dan cyclophosphamide sebanyak 1200 mgm3 pemukaan tubuh selama 5 hari setiap 28 hari, acetylcysteine dapat diberikan secara oral dengan dosis masing masing 1 gram. Larutkan tablet ke dalam gelas yang berisi air Cuzzocrea dkk., 2001; Gregory S. Kelly, 1998.

2.9.2. Farmakokinetik

N-Acetylcysteine Farmako kinetik N-Acetylcysteine oral tampaknya berbanding lurus dengan dosis yang diberikan, dan N-Acetylcysteine tidak terakumulasi dalam plasma pada pemberian dosis berulang. Setelah pemberian oral, N- Acetylcysteine diserap seluruhnya dengan cepat dari saluran pencernaan. N- Acetylcysteine dimetabolisme secara luas dan cepat di dinding usus dan juga hati. Metabolit aktif N-Acetylcysteine sistem danglutation tereduksi, tidak hanya N-Acetylcysteine sendiri, cenderung bertanggung jawab pada sebagian besar efek farmakologis dan klinis yang diamati. Konsentrasi plasma sistem bebas meningkat secara signifikan setelah pemberian N-Acetylcysteine . Eliminasi waktu paruh s istem bebas dalam plasma ≈0,81jam. N- Acetylcysteine dapat berada dalam plasma dan jaringan sebagai senyawa induk atau metabolitaktif maupun tidak aktif sistem danglutation tereduksi, fraksi bebas yang terikat protein melalui ikatan disulfide dan fraksi yang tergabung dalam rantai protein. Khosravi M dkk., 2009; Nolin TD dkk., 2010; Dewi RTK, 2014 Tabel 2.4. Farmakokinetik