8
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dibahas kajian pustaka hasil-hasil penelitian terdahulu, kerangka berfikir dan hipotesis tindakan
A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Belajar dan Pembelajaran
a. Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Menurut Santrock dan Yessen 1994 mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relative permanen karena adanya pengalaman.
Reber 1988 mendefinisikan belajar dalam dua pengertian, pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan kedua, belajar
sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Dari berbagai definisi dapat disimpulkan
bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalamaan dalam wujud perubahan tingkah laku karena adanya
interaksi individu dengan lingkungan. Syaiful Bahri
dalam buku ”Psikologi Belajar” menerangkan beberapa pengertian belajar. Menurut James O. Whittaker belajar adalah
proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan
pengalaman. Cronbach mengatakan learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang
ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Howard L Kingskey berpendapat learning is the process by which
behavior in broader sense is originated or changed through practice or training. Belajar adalah suatu proses dimana tingkah laku dalam arti
luas ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Jadi bisa dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
melalui latihan dan pengalaman. b.
Pembelajaran Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menciptakan suasana atau memberi pelayanan agar siswa belajar. Perbedaan antara belajar dan pembelajaran pada penekanannya. Masalah
belajar lebih menekankan pada bahasan tentang siswa dan proses yang menyertai dalam rangka perubahan tingkah lakunya. Adapun
pembahasan mengenai pembelajaran lebih menekankan pada guru dalam upayanya untuk membuat siswa dapat belajar.
Menurut Oemar Hamalik 2009: 57 dalam buku kurikulum dan pembelajaran dikatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran. Sedangkan menurut Komaruddin 2000: 179 dalam buku Syaiful Sagala 2010: 12 pembelajaran adalah suatu kegiatan untuk
memperoleh pengetahuan atau pemahaman atau keterampilan termasuk penguasaan kognitif, afektif dan psikomotorik melalui studi,
pengajaran, atau pengalaman. c.
Prestasi Belajar Prestasi adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses
pembelajaran. Menurut Cece Wijaya, prestasi belajar itu dapat berupa pernyataan dalam bentuk angka dan nilai tingkah laku. Pernyataan
tersebut diperkuat oleh Thorndike dan Hasein yang menyatakan bahwa hasil belajar akan diketahui bila terjadi perubahan tingkah laku yang
akan dinyatakan dalam angka atau nilai Cece Wijaya, 1994: 27. Menurut Hadari Nawawi 1998: 100, prestasi belajar adalah tingkatan
keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes, mengenai
sejumlah materi tertentu. Tulus Tu’u 2004: 75 mendefinisikan prestasi belajar siswa
sebagai berikut: 1
Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di
sekolah. 2
Prestasi belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan
atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi.
3 Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukan melalui nilai atau
angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.
2. Pengajaran IPS
a. Pengertian IPS
IPS adalah ilmu yang mempelajari berbagai kenyataan sosial dalam kehidupan sehari-hari yang bersumber dari ilmu bumi, ekonomi,
antropologi, sosiologi dan tata negara Kurikulum Pendidikan Dasar oleh Dr. Magfuri, hal 4.
b. Kesulitan Belajar IPS
Sehubungan dengan permasalahan yang ada di jenjang SD khususnya di SDN Banyakan Mertoyudan dan terutama pada
kemampuan menjelaskan
menghargai jasa
pahlawan dalam
mempertahankan kemerdekaan. Masalah ini terjadi dikarenakan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah:
1 Contoh-contoh yang diberikan terkadang masih abstrak
2 Penggunaan media pengajaran kurang maksimal
3 Penggunaan metode mengajar yang kurang bervariasi
Dari faktor-faktor di atas, faktor yang akan diatasi dalam rencana penelitian ini adalah kurang penggunaan media pengajaran oleh guru
yang kurang maksimal. Sehubungan kondisi rendahnya prestasi atau hasil belajar siswa tersebut beberapa upaya dilakukan salah satunya
adalah dengan pendekatakan kontekstual. Pengguanaan pendekatan
kontekstual pada materi menghargai jasa para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan diharapkan mampu meningkatkan
prestasi belajar siswa. c.
Menghargai Jasa Para Pahlawan dalam Mempertahankan Kemerdekaan Ilmu Pengetahuan Sosial IPS merupakan salah satu mata
pelajaran yang diberikan mulai dari sekolah dasar yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial. Pada jenjang SDMI mata pelajaran IPS memuat mata pelajaran geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Melalui mata
pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga negara
yang cinta damai. Dari beberapa unsur IPS penulis mencoba membahas tentang menghargai jasa para pahlawan dalam mempertahankan
kemerdekaan yaitu bentuk penghargaan yang tak kalah penting adalah mencontoh sikap-sikap positif yang mereka tunjukkan dan meneruskan
perjuangan mereka. Sikap tokoh-tokoh bangsa yang patut kita contoh antara lain:
1 Rela berjuang demi bangsa dan negara
2 Berpendirian tetapi juga menghormati pendapat orang lain. Para
tokoh bangsa
terkenal memegang
teguh pendapat
dan memerjuangkan pendapatnya. Namun, ketika suatu kesepakatan
bersama telah diambil dengan lapang dada mereka menerima
keputusan tersebut Endang Susilaningsih dan Linda S. Limbong, 2008: 171.
3. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran berarti cara yang dilakukan dalam proses pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Dalam
pembelajaran terdapat beragam jenis metode pembelajaran. Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kelemahan. Guru dapat memilih metode yang
dipandang tepat dalam kegiatan pembelajaran. Menurut D. H. De Quljoe dan A. Gozali mengatakan bahwa macam-
macam metode pengajaran sebagai berikut: a.
Metode ceramah b.
Metode tanya jawab c.
Metode diskusi d.
Metode resitasi e.
Metode demonstrasi dan eksperimen f.
Metode kerja kelompok g.
Metode karya wisata Dari metode-metode mengajar tersebut di atas ada beberapa metode
yang sering digunakan dalam proses belajar mengajar di SD pada umumnya dan pelajaran IPS khususnya.
Adapun kebaikan dan keburukan masing-masing metode tersebut akan diterangkan sebagai berikut:
a. Metode ceramah
Metode ceramah adalah suatu cara menyampaikan bahan pengajaran kepada anak secara lesan. Keberhasilan metode ceramah ini
tidak semata-mata karena kehebatan guru dalam bermain kata-kata atau kalimat tetapi juga didukung oleh alat-alat pembantu lain seperti gambar,
potret, benda, barang tiruan, film, peta dan sebagainya. Kebaikan metode ini antara lain sebagai berikut:
1 dapat diikuti anak didik dalam jumlah banyak
2 guru dapat menguasai seluruh kelas
3 organisasi kelas sangat sederhana
4 tidak membutuhkan alat pelajaran yang banyak
Sedangkan keburukan-keburukannya antara lain: 1
guru kurang mengetahui sejauh mana penguasaan materi yang sudah diberikan
2 dapat menimbulkan verbalisme
3 anak cepat bosan kalau ceramahnya kurang menarik
b. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah suatu cara mengajar dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dengan tujuan untuk mengetahui
sejauh mana kemampuan anak menguasai bahan pelajaran yang diberikan.
Maksud dari memberikan pertanyaan adalah: 1
memperhatikan keaktifan anak belajar 2
meningkatkan anak dalam belajar 3
menanamkan kesadaran tanggung jawab 4
mengadakan penilaian Kebaikan metode ini adalah:
1 metode ini baik dan efektif
2 memenuhi prinsip aktifilet
3 melatih mengemukakan pendapat
Adapun keburukannya antara lain: 1
pertanyaan kurang jelas 2
kadang-kadang kurang memperhatikan kemampuan individu 3
anak salah pengertian tentang pertanyaan guru c.
Metode resitasi Metode resitasi adalah suatu cara mengajar dengan jalan
memberikan tugas pekerjaan atau pekerjaan rumah pada anak. Dalam memberikan pekerjaan rumah perlu diingat bahwa bahan harus sesuai
dengan bahan yang pernah diberikan dan guru harus mengontrol betul- betul. Kebaikan dari metode ini adalah:
1 hasil belajar sudah diingat
2 inisiatif dan usaha belajar anak terpupuk
3 memupuk rasa tanggung jawab
4 melatih melakukan kegiatan
Adapun keburukannya adalah: 1
kadang kurang pengawasan 2
prinsip individualistis dilupakan 3
guru kadang kurang menghargai anak d.
Metode karya wisata Metode karya wisata adalah metode penyampaian materi dengan
cara membawa langsung anak didik ke objek di luar kelas atau lingkungan kehidupan nyata agar siswa dapat mengamati secara
langsung. Kebaikan metode ini adalah:
1 anak mendapat pengalaman langsung
2 anak merasakan lebih puas
3 dapat memupuk inisiatif dan tanggung jawab
Adapun keburukannya adalah: 1
pengawasan kurang terfokus 2
anak sulit dikendalikan jika anak berjumlah banyak memerlukan waktu dan biaya yang banyak
e. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu para guru dalam mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara penegetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masayarakat Nurhadi, 2003: 4.
Pengetahuan dan
keterampilan siswa
diperoleh dari
siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia
belajar. Seseorang belajar apa dan kapan waktunya tergantung pada lingkungan, mereka dianggap penting dan relevan dalam kehidupan
sehari-hari. Seseorang mempelajari sesuatu karena mereka memiliki
kesempatan untuk menerapkan pembelajaran ini dalam kehidupan sehari-hari. Upaya guru untuk membantu siswa memahami relevansi
materi pembelajaran yang dipelajarinya itu adalah dengan melakukan suatu pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengaplikasikan apa yang dipelajarinya di kelas. Pembelajaran kontekstual
terfokus pada
perkembangan ilmu,
pemahaman, keterampilan siswa, dan juga pemahaman kontekstual siswa tentang
hubungan mata pelajaran yang dipelajarinya dengan dunia nyata Sumiati Asri, 2009: 13.
E. Mulyasa 2007: 103 menjelaskan bahwa pendekatan kontekstual
memungkinkan proses
belajar yang
tenang dan
menyenangkan karena pembelajaran dilakukan secara alamiah sehingga peserta didik langsung mempraktikan apa yang dipelajari. Pendekatan
kontekstual mendorong peserta didik memahami hakikat, makna dan manfaat belajar sehingga memungkinkan mereka rajin dan termotivasi
untuk senatiasa belajar.
John Dewey 1918 merumuskan kurikulum dam metodologi pembelajaran yang berkaitan dengan pengalaman dan minat siswa.
Siswa akan belajar dengan baik jika yang dipelajarinya terkait dengan pengetahuan dan kegiatan yang telah diketahuinya dan terjadi di
sekelilingnya. Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi pembelajaran yang diajarkan dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari Depdiknas 2004: 18.
Ada tujuh komponen dalam pendekatan kontektual. Komponen- komponen tersebut adalah Lukmanul Hakiim, 2009: 57-61:
1 Kontruktivisme constructivism
Kontruktivisme adalah mengembangkan pemikiran siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan
sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan yang baru.
2 Bertanya questioning
Dengan bertanya dapat mengembangkan sifat ingin tahu siswa. 3
Menemukan inquiry Siswa diberi pembelajaran untuk menangani permasalahan yang
mereka hadapi ketika berhadapan dengan dunia nyata.
4 Masyarakat belajar learning community
Siswa hidup dalam lingkungan masyarakat, dengan demikian masayarakat dapat dijadikan sumber daya untuk mengembangkan
pemahaman pembelajaran kontekstual. 5
Permodelan modeling Permodelan
artinya menghadirkan
model sebagai
contoh pembelajaran. Siswa akan lebih memahami materi jika dalam
pembelajaran guru menghadirkan model. Siswa akan mampu mengamati dan mencontoh apa yang ditunjukkan oleh guru.
6 Refleksi reflection
Refleksi merupakan ringkasan dari pembelajaran yang telah dilakukan siswa dan guru dalam proses pembelajaran.
7 Penilaian sebenarnya
Penilaian sebenarnya adalah melakukan peneilaian sebenarnya dengan berbagai cara. Tugas guru adalah menilai sejauh mana
keberhasilan pembelajaran. Untuk memahami pembelajaran kontekstual ada enam prinsip
dalam pembelajaran kontekstual Sumiati dan Asra, 2009: 18, yaitu: 1
Menekankan pada pemecahan masalah 2
Mengenal kegiatan mengajar terjadi pada berbagai konteks seperti rumah, masyarakat dan tempat bekerja
3 Mengarahkan siswa untuk menjadi pembelajar yang aktif
4 Menekankan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa
5 Mendorong siswa belajar dari satu dengan lainnya dan belajar
bersama-sama 6
Menggunakan penilaian otentik. Beberapa catatan dalam penerapan pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual yaitu: 1
kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh baik fisik maupun mental
2 kontekstual memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan
tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata 3
Kelas dalam pembelajaran kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji
data hasil temuan peserta didik di lapangan 4
Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari orang lain Wina Sanjaya, 2006: 270-272.
Kebaikan-kebaikan metode kontektual antara lain: 1
mengutamakan pada pengetahuan dan dunia nyata 2
mengembangkan daya fikir siswa 3
berpusat pada siswa 4
mengembangkan siswa aktif, kritis dan memecahkan masalah 5
siswa belajar
menyenangkan, mengasyikan
dan tidak
membosankan. Kelemahan metode ini adalah:
1 guru kadang kesulitan karena pengalaman siswa berbeda-beda
2 daya pikir siswa berbeda-beda
3 kadang sulit mengendalikan siswa dengan jumlah yang banyak
Penerapan pembelajaran kontekstual dalam pokok bahasan “Menghargai Jasa Para Pahlawan dalam Mempertahankan
Kemerdekaan”. Berikut ini peneliti sajikan skema pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual.
No Komponen
1. Kontruktivisme
constructivism a.
menggali pengetahuan awal siswa b.
mengembangkan pemikiran siswa akan belajar lebih bermakna
c. mengaitkan pengetahuan awal tentang
“Menghargai Jasa Para Pahlawan dalam Mempertahankan Kemerdekaan” dengan dunia
nyata
2. Bertanya
questioning a.
setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi
b.siswa berdiskusi secara klasikal c.
siswa bersama guru membuat kesimpulan 3.
Menemukan inquiry a.
Siswa diberi masalah atau tugas kelompok b.Siswa menyelesaikan masalah
c. Siswa menyimpulkan dalam diskusi
4. Masyarakat
belajar learning community
a. pembagian kelas menjadi beberapa kelompok
satu kelompok antara 4-5 siswa b.siswa belajar dengan berdiskusi dalam
kelompok untuk memecahkan masalah dan mencari solusinya
c. siswa dibawa ke monumen
5. Permodelan
modeling d.guru memberikan contoh cara kerja LKS
e. dalam proses pembelajaran guru mengajarkan
dalam bentuk model bukan hanya lesan 6.
Refleksi reflection Siswa mengungkapkan lesan tulisan yang telah
dipelajari secara kelompok atau mandiri 7.
Penilaian sebenarnya Penilaian sebenarnya meliputi kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotor
Berdasarkan skema di atas, proses pembelajaran konsep “Menghargai Jasa Para Pahlawan dalam Mempertahankan
Kemerdekaan” dengan pendekatan kontekstual dilaksanakan sebagai berikut:
1 pendahuluan yaitu memberiksn apersepsi dengan menggali
pengetahuan siswa dalam kehidupan sehari-hari yang berkaiatan dengan “Menghargai Jasa Para Pahlawan dalam Mempertahankan
Kemerdekaan” 2
pembagian kelompok yang terdiri dari empat sampai lima siswa yang memiliki kemampuan akademik yang berbeda-beda.
Pembegian kelompok dengan menjadikan siswa yang berbeda-beda kemampuannya dimaksudkan agar siswa lebih mudah menemukan
dan memahami konsep yang sulit, sehingga mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah dengan teman sekelompoknya
3 memberikan permasalahan kepada siswa berupa pertanyaan pada
LKS. Bersama teman sekelompoknya siswa memecahkan masalah. Diharapkan
siswa dapat
menemukan sendiri
berdasarkan pengalaman dan pengetahuan serta mendiskusikan dengan
kelompoknya. Dilanjutkan dengan menarik kesimpulan. 4
Presentasi yaitu memberikan kesempatan setiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi.
5 Diskusi secara klasikal dimaksudkan agar siswa saling melengkapi
hasil temuan antar kelompok satu dengan kelompok lainnya.
6 Refleksi yaitu siswa mengungkapkan kembali secara lisan atau
tulisan apa yang telah mereka pelajari untuk mengetahui sejauh mana respon siswa terhadap pokok bahasan “Menghargai Jasa Para
Pahlawan dalam Mempertahankan Kemerdekaan”.
B. Penelitian-penelitian Terdahulu