pengalaman, refleksi, konseptualisasi, dan eksperimentasi. Guru juga dapat memperkenalkan berbagai unsur pengalaman ke dalam kelas
misalnya dengan bunyi-bunyian, musik, gambar visual, gerakan-gerakan, pengalaman, dan bahkan percakapan Suyono dan Haryanto, 2011: 164.
Bahkan guru juga dapat menerapkan berbagai teknik penilaian yang berfokus pada gaya belajar yang berbeda-beda. Misalnya menggunakan
tes lisan untuk siswa dengan gaya belajar auditorial, karena siswa dengan gaya belajar auditorial lebih pandai dalam bercerita, namun merasa
kesulitan dalam menulis. Menggunakan tes tertulis untuk siswa dengan gaya belajar visual dan menggunakan ujian praktek untuk siswa dengan
gaya belajar kinestetik. Sehingga diharapkan selama proses pembelajaran guru dapat memberikan porsi penilaian secara adil bagi setiap siswa.
C. Gaya Mengajar Guru
1. Pengertian Mengajar
Istilah mengajar sudah dikenal sejak lama, bahkan sejak disadari pentingnya pendidikan dan persekolahan. Konsep mengajar sering
ditafsirkan berbeda-beda karena senantiasa dilandasi oleh teori belajar tertentu, sedangkan tafsiran tentang belajar juga banyak macam
ragamnya. Membahas mengenai pengertian mengajar, Muhibbin 1995: 182
mengulas pendapat Tyson and Caroll yang menyatakan bahwa mengajar
adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan.
Dalam penelitian Rossum dan Hammer 2004 disimpulkan enam konsep mengajar, yaitu:
a. Mengajar adalah menanamkan dengan jelas informasi yang
terstruktur dengan baik Artinya mengajar adalah menyajikan materi pelajaran yang harus
dipelajari sedemikian rupa sehingga tidak terlalu kering disajikan dengan humor jika mungkin. Materi pelajaran perlu dijelaskan
dengan baik dan disajikan dalam cara yang terorganisir dengan baik, sehingga siswa tidak merasa kesulitan ketika harus belajar sendiri.
b. Mengajar adalah mengirimkan pengetahuan terstruktur, mengakui
keberadan siswa Dalam konsep ini, mengajar adalah proses yang harus dilakukan
dengan jelas, teratur, efisien, menghibur dan termasuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan. Hal ini
menunjukkan adanya interaksi antara siswa dan guru, sehingga siswa merasa keberadaannya di dalam kelas diakui.
c. Mengajar adalah berinteraksi dan pembentukan
Dalam hal ini, mengajar ditandai dengan diskusi yang didominasi oleh guru, dimana didalamnya ada seorang guru yang antusias
membentuk dan memotivasi para siswa menggunakan umpan balik positif dan negatif. Yang paling penting dalam hal ini adalah bahwa
seorang guru dan siswanya memiliki kontak yang baik. Guru tidak boleh otoriter dan tidak harus menunjukkan bahwa dirinya sendiri
lebih unggul dari pada siswanya. Dalam hal ini guru harus mendengarkan pendapat siswa, sehingga segala permasalahan yang
ada dapat diselesaikan dengan diskusi. d.
Mengajar adalah tantangan dan pengembangan jalan pikir bagi diri sendiri
Dalam hal ini mengajar adalah menantang siswa untuk berpikir dalam mencapai tujuan. Guru tidak mengarahkan siswa terlalu
banyak, atau membiarkan siswa mencari tau sendiri apakah sesuatu itu tidak mungkin atau benar. Sehingga penilaian yang diberikan
oleh guru harus fokus pada proses dan tidak bergantung pada hasil akhir. Dalam proses ini siswa menjadi peserta aktif, sedangkan peran
guru terletak lebih dalam pembinaan proses pembelajaran. e.
Mengajar adalah pengajaran dialog Dalam hal ini, mengajar adalah melibatkan siswa sebanyak mungkin
kedalam subyek. Dalam hal ini, guru dan siswa bersama-sama mengerjakan suatu masalah dan membahasnya, sehingga semua
pihak dapat mengajar. f.
Mengajar adalah saling percaya dan saling peduli Mengajar saling percaya dan peduli berarti mengajar yang
berkembang dalam situasi pemahaman total antara siswa dan guru sehingga metode pengajaran tidak lagi penting.