24 simteris guna mendukung pengambilan kebijakan secara adil
Harmono, 2014:3.
2. Kebijakan Dividen
Menurut Manahan 2013:201, dividen adalah pendapatan korporasi yang dibagikan kepada pemegang saham. Dividen dibayarkan
baik dalam cash maupun dalam bentuk saham yang biasanya diterbitkan secara kuartalan. Saham hanya akan dibayarkan diluar laba ditahan dan
tidak dari modal yang ditanamkan yang berbentuk modal saham capital stockatau dari kelebihan yang diterima di atas nilai par.
Menurut Van Horne 1980, kebijakan dividen yaitu presentase laba yang dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen
tunai, penjagaan stabilitas dividen dari waktu ke waktu, pembagian dividen saham, dan pembelian saham Harmono, 2014:12. Sedangkan
menurut Brigham Houston 2009:32, keputusan kebijakan dividen dividend policy decision adalah keputusan mengenai berapa banyak laba
saat ini yang akan dibayarkan sebagai dividen sebagai ganti dan dipertahankan untuk diinvestasikan kembali dalam perusahaan.
Menurut Horne dan Wachowicz 2005:270, kebijakan dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan pendanaan
perusahaan. Rasio pembayaran dividen dividend payout ratio menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai
sumber pendanaan. Akan tetapi, dengan menahan laba saat ini dalam jumlah yang lebih besar dalam perusahaan juga berarti lebih sedikit uang
yang akan tersedia bagi pembayaran dividen saat ini. Jadi, aspek utama
25 dari kebijakan dividen perusahaan adalah menentukan alokasi laba yang
tepat antara pembayaran dividen dengan penambahan laba ditahan perusahaan.
Manahan 2013:204
menyatakan faktor-faktor
yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain :
a. Tingkat pertumbuhan korporasi Company growth rate b. Keterikatan dalam rapat Restrictive convenant
c. Profitability d. Stabilitas laba Earning stability
e. Kontrol perbaikan Maintenance control f. Memahami pengungkit keuangan Degree of financial leverage
g. Kemampuan untuk kondisi keuangan eksternal Ability to finance externally
h. Keadaan tak terduga uncertainity i. Ukuran dan umur korporasi Age and size
Sedangkan Brigham dan Houston 2006:95 menyatakan faktor- faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen terdiri dari:
a. Kontrak obligasi Kontrak utang seringkali membatasi pembayaran dividen
hanya kepada laba yang terjadi setelah pinjaman yang diberikan. Kontrak utang juga sering kali menyatakan bahwa tidak ada
dividen yang dibayarkan kecuali jika rasio lancar. b. Ketersediaan kas
26 Dividen tunai hanya dapat dibayarkan dengan kas. Jadi,
kekurangan kas di dalam bank dapat membatasi pembayaran dividen. Namun kemampuan perusahaan untuk melakukan
pinjaman dapat menutupi faktor ini. c. Jumlah peluang investasi yang menguntungkan
Jika sebuah perusahaan umumnya memiliki sejumlah besar peluang investasi yang menguntungkan, hal ini cenderung akan
menghasilkan sasaran rasio pembayaran rendah, dan begitu pula sebaliknya jika hanya terdapat sedikit peluang investasi perusahaan
yang menguntungkan. d. Biaya penjualan saham baru
Jika sebuah perusahaan perlu mendanai sejumlah investasi tertentu, perusahaan dapat memperoleh ekuitas melalui saldo laba
ditahan atau dengan menerbitkan saham biasa baru. e. Pengendalian
Jika manajemen berkepentingan akan menjaga kendali perusahaan, manajemen akan enggan menjual saham baru,
sehingga perusahaan mungkin akan menahan laba dalam jumlah yang lebih besar daripada yang seharusnya. Akan tetapi, jika para
pemegang saham menginginkan dividen yang lebih tinggi dan terlihat adanya tanda-tanda perebutan wewenang, maka dividen
akan dinaikan. Menurut John, et al 1999 dalam Rodoni dan Ali 2010:125
kebijakan perusahaan untuk membagikan laba ditahannya dalam bentuk
27 dividen kepada pemegang saham perusahaan adalah keputusan yang tidak
mudah dimana perusahaan dihadapkan pada dua pilihan, yaitu: a. Pembayaran dividen besar dan laba ditahan sedikit, dengan
konsekuensi perusahaan harus mencari dana eksternal dalam jumlah besar, atau
b. Pembayaran dividen sedikit dan laba ditahan banyak, dengan konsekuensinya perusahaan tidak perlu mencari dana eksternal
dalam jumlah besar. Dengan demikian, kebijakan dividen yang diambil oleh perusahaan
berkaitan dengan tujuan utama perusahaan dalam pembuatan keputusan keuangan yaitu meningkatkan nilai harga saham umum perusahaan.
Kebijakan dividen penting karena dua alasan yaiitu pertama, harga saham akan dipengaruhi oleh pembayaran dividen, sehingga akan berpengaruh
dengan perdagangan saham. Kedua, laba ditahan retained earnings merupakan sumber tambahan modal sendiri equity capital yang terbesar
dan terpenting untuk pertumbuhan perusahaan. Kedua alasan tersebut merupakan dua sisi kepentingan yang sedikit kontorversial. Agar kedua
kepentingan tersebut dapat terpenuhi secara optimal, maka manajemen perusahaan seharusnya memutuskan kebijakan dividen yang akan dipilih
secara hati-hati dan teliti Rodoni dan Ali, 2010:125. Brigham dan Houston 2006:70 menyebutkan terdapat tiga teori
mengenai kebijakan dividen yaitu: a.
Dividend irrelevance theory Teori Irrelevansi dividen
28 Dividend irrelevance theory adalah suatu teori yang
menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya.
Teori ini mengikuti pendapat Modigliani dan Miller M-M yang menyatakan bahwa nilai perusahaan hanya ditentukan oleh
kemampuan dasar untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya. Dengan kata lain, MM berpendapat bahwa nilai dari sebuah
perusahaan akan tergantung hanya pada laba yang diproduksi oleh aktiva-aktivanya, bukan pada bagaimana laba tersebut akan dibagi
menjadi dividen dan saldo laba ditahan. Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan tidak membayarkan dividennya, seorang
pemegang saham yang ingin mendapatkan dividen 5 persen dapat ”menciptakannya” dengan menjual 5 persen sahamnya. Sebaliknya,
jika sebuah perusahaan membayarkan dividen yang lebih tinggi daripada yang diinginkan oleh investor, investor tersebut dapat
menggunakan dividen yang tidak diinginkan untuk membeli tambahan saham perusahaan.
b. Bird in the hand-Theory Teori Burung di Tangan
Bird in the hand-Theory diungkapkan oleh Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri akan naik jika
dividend payout ratio rendah. Hal ini dikarenakan investor lebih suka menerima dividen daripada capital gains. MM menyebut
argumentasi Gordon-Lintner sebagai pemikiran burung di tangan
bird-in-the-hand yang keliru karena, menurut pendapat MM,
29 kebanyakan investor akan berencana untuk menginvestasikan
dividen mereka kembali ke dalam saham dari perusahaan yang sama atau yang serupa, dan di setiap waktu, tingkat risiko dari arus
kas perusahaan dalam jangka panjang bagi para investor akan ditentukan oleh tingkat risiko dari arus kas operasi, dan bukan dari
kebijakan pembayaran dividennya. c.
Tax preference theory Teori preferensi pajak Teori preferensi pajak menyatakan bahwa karena keuntungan
modal jangka panjang terkena pajak yang lebih ringan daripada dividen, investor lebih menyukai perusahaan menahan laba mereka
daripada membayarkannya sebagai dividen. Brigham dan Houston 2006:71-72 ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk
beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi, yaitu :
1 Keuntungan modal dikenakan tarif pajak lebih rendah
daripada pendapatan dividen. Untuk itu investor yang kaya yang memiliki sebagian besar saham mungkin lebih suka
perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba kedalam perusahaan.
Pertumbuhan laba
mungkin dianggap
menghasilkan kenaikan harga saham, dan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang
pajaknya tinggi. 2
Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, sehingga ada efek nilai waktu.
30 3
Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal
yang terutang. Karena adanya keuntungan pajak ini, para investor mungkin
lebih suka perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika demikian para investor akan mau membayar lebih tinggi untuk
perusahaan yang pembagian dividennya rendah daripada untuk perusahaan sejenis yang pembagian dividennya tinggi.
3. Free Cash Flow