Pendugaan kurva perm HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 21 Manfaat Pilihan Kawasan Terumbu Buatan No Kawasan Terumbu Buatan Tipe Terumbu Buatan Luas Kawasan ha Manfaat Pilihan Rp 1 Pulau Pramuka Ban dan hong 87,91 82.283.760 2 Gosong Pramuka Kubah 22,68 21.228.480 3 Pulau Semak Daun Kubus 13,15 12.308.400 4 Gosong Karang Lebar Silinder 26,44 24.747.840 5 Pulau Kelapa Besi Susun 16,00 14.976.000 Total 155.544.480 Sumber : Data Primer Diolah 2009 Nilai manfaat pilihan tertinggi diperoleh dari pemanfaatan kawasan terumbu buatan Pulau Pramuka sebesar Rp82.283.760 sedangkan nilai manfaat pilihan terendah di kawasan terumbu buatan Semak Daun sebesar Rp12.308.400. Nilai total manfaat pilihan kawasan terumbu buatan adalah sebesar Rp155.544.480. D. Manfaat Keberadaan Manfaat keberadaan adalah nilai guna yang berdasarkan pada kepedulian akan keberadaan sumberdaya. Manfaat keberadaan kawasan terumbu buatan di perairan Kepulauan Seribu diperoleh dengan menggunakan teknik valuasi yang didasarkan pada survei, sehingga keinginan membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden. Secara teknik WTP diperoleh dengan menggunakan Contingen Valuation Method CVM atau teknik pengukuran secara langsung dengan menanyakan kepada responden tentang keinginan membayar barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam. Nilai manfaat keberadaan kawasan terumbu buatan didasarkan pada nilai median dari WTP. Kurva lelang diperkirakan dengan meregresikan WTP sebagai variabel tak bebas dependent variable dengan variabel bebas independent variable yang merupakan karakteristik responden seperti umur, pendidikan, jumlah keluarga dan pendapatan. Analisis regresi yang dilakukan menghasilkan fungsi sebagai berikut: Ln WTP = 3.968 + 0.428 Ln I + 0.134 Ln A + 0.230 Ln E- 0.233 Ln M Secara rinci, nilai-nilai koefisien penduga fungsi di atas terlihat pada Tabel 22. Tabel 22 Koefisien Penduga Fungsi WTP Keberadaan Kawasan Terumbu Buatan No Variabel Satuan Koefisien Penduga 1 Konstanta 3,968 2 Pendapatan Rupiah Rpbln 0,428 3 Umur Tahun 0,134 4 Pendidikan Tahun 0,230 5 Tanggungan Keluarga 0,233 6 R-Sq R 2 20,50 Sumber : Data Primer Diolah 2009 Nilai median yang merupakan kemampuan responden untuk menilai kawasan terumbu buatan sebesar Rp80.000 per tahun. Tabel 22 menunjukkan nilai kesediaan membayar responden dengan tiga tingkatan pendidikan SD, SMP, SMA yang paling rendah adalah sebesar Rp20.000 dan nilai kesediaan membayar responden tertinggi adalah sebesar Rp100.000. Nilai rata-rata WTP individu adalah Rp80.000. Nila R 2 yang diperoleh sebesar 20,50, terkait dengan kecilnya nilai R 2 yang diperoleh, maka pada Tabel 23, disajikan beberapa kajian pustaka tentang nilai WTP. Tabel 23 Ringkasan Kajian Pustaka terkait dengan Nilai R 2 dari Nilai WTP No Peneliti, Tahun Topik R 2 1 Hadker N et al ., 1996 Willingness to pay for Borivli National Park : evidence from a contingent valuation 51,5 2 Wawo M, 2000 Penilaian ekonomi terumbu karang: studi kasus di Desa Ameth Pulau Nusalaut Provinsi Maluku 28,0 3 Andalita V et al. ,2006 Valuasi ekonomi ekosistem terumbu karang di perairan menjangan Provinsi Bali 18,3 4 Azis N, 2006 Analisis ekonomi alternatif pengelolaan ekosistem mangrove Kecamatan Barru Kabupaten Barru 18,7 5 Anggraini D, 2008 Analisis peluang zona wisata bahari di kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta: pendekatan recreation opportunity spectrum 50,0 6.4.2 Nilai Ekonomi Total Kawasan Terumbu Buatan Nilai ekonomi total bermanfaat untuk mengilustrasikan hubungan timbal balik antara ekonomi dan lingkungan yang diperlukan untuk melakukan pengelolaan sumberdaya alam yang baik dan menggambarkan keuntungan atau kerugian yang berkaitan dengan pilihan kebijakan dan program pengelolaan sumber daya alam, juga bermanfaat dalam menciptakan keadilan dalam distribusi manfaat tersebut Ramdan et al. 2003 dalam Azis 2006. Nilai ekonomi total didasarkan pada hasil identifikasi seluruh jenis manfaat dari kawasan terumbu buatan di perairan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap seluruh nilai manfaat. Nilai manfaat total per kawasan terumbu buatan terlihat pada Tabel 24. Tabel 24 Nilai Manfaat Total per Kawasan Terumbu Buatan Kawasan Terumbu Buatan Tipe Terumbu Buatan Nilai Manfaat Total Rp Pulau Pramuka Ban dan Hong 14.948.621.010 Gosong Pramuka Kubah 1.467.711.320 Pulau Semak Daun Kubus 467.957.900 Gosong Karang Lebar Silinder 1.461.752.400 Pulau Kelapa Besi Susun 1.037.446.000 Total 19.383.488.670 Sumber : Data Primer Diolah 2009 Berdasarkan Tabel 24 dapat dilihat bahwa nilai manfaat total tertinggi pada kawasan terumbu buatan Pulau Pramuka dengan tipe terumbu buatan ban dan hong yaitu sebesar Rp14,948,621,010 hal ini disebabkan nilai ekonomi yang diterima besar dan biaya yang digunakan relatif kecil. Pemanfaatan kawasan terumbu buatan Gosong Pramuka dengan tipe terumbu buatan kubah menghasilkan nilai manfaat total sebesar Rp1.467.711.320 sedangkan nilai manfaat total untuk kawasan terumbu buatan Gosong Karang Lebar dengan tipe terumbu buatan silinder adalah sebesat Rp1.461.752.400. Pemanfaatan kawasan terumbu buatan Pulau Kelapa dengan tipe terumbu buatan besi susun menghasilkan nilai manfaat total sebesar Rp1.037.446.000 dan nilai manfaat total terendah untuk kawasan terumbu buatan Pulau Semak Daun dengan tipe terumbu buatan kubus yaitu sebesar Rp467.957.900. Nilai ekonomi total bermanfaat untuk mengilustrasikan hubungan timbal balik antara ekonomi dan lingkungan yang diperlukan untuk melakukan mengelola sumberdaya alam yang baik dan untuk menggambarkan keuntungan atau kerugian yang berkaitan dengan pilihan kebijakan. Rekapitulasi hasil estimasi seluruh manfaat kawasan terumbu buatan terlihat pada Tabel 25. Tabel 25 Nilai Total Ekonomi Kawasan Terumbu Buatan No Jenis Manfaat Nilai ManfaatRptahun 1 Manfaat Langsung 15.111.949.390 2 Manfaat Tidak Langsung 4.102.700.600 3 Manfaat Pilihan 155.544.480 4 Manfaat Keberadaan 13.294.200 Total 19.383.488.670 Sumber : Data Primer Diolah 2009 Berdasarkan Tabel 25, nilai ekonomi total yang diperoleh untuk lima kawasan terumbu buatan adalah sebesar Rp19.383,.488.670. Nilai ekonomi total kawasan terumbu buatan diketahui setelah menjumlahkan hasil dari penilaian manfaat kawasan terumbu buatan secara keseluruhan. Manfaat yang memberikan kontribusi terbesar adalah manfaat langsung yaitu Rp15.111.949.390 sedangkan nilai manfaat yang memberikan kontribusi paling kecil adalah manfaat keberadaan sebesar Rp13.294.200. 6.4.3 Penilaian Biaya Identifikasi manfaat biaya suatu ekosistem kawasan memerlukan data komponen manfaat dan biaya, dalam penelitian ini komponen biaya terdiri atas biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat dari ekosistem kawasan tersebut. Biaya tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk memelihara ekosistem agar tetap memberikan manfaat lestari. A. Biaya Langsung Biaya langsung meliputi biaya yang harus dikeluarkan untuk mengambil manfaat perikanan. Biaya penangkapan ikan tergantung pada skala usaha dan jenis ikan yang ditangkap. Dalam penelitian ini yang ditangkap adalah jenis ikan karang dan ikan lain yang berasosiasi dengan kawasan terumbu buatan, sedangkan alat tangkap yang digunakan adalah perlengkapan dan peralatan yang masih tradisional seperti bubu, jaring muroami dan pancing. Hasil perhitungan biaya investasi dan biaya operasional untuk masing-masing alat tangkap terlihat pada Tabel 26. Tabel 26 Biaya Investasi dan Biaya Operasional Pemanfaatan Kawasan Terumbu Buatan No Kawasan Terumbu Buatan Biaya Rp Total Biaya Rp Investasi Operasional 1 Pulau Pramuka 120.500.000 1.020.000 121.520.000 2 Gosong Pramuka 233.000.000 1.850.000 234.850.000 3 Pulau Semak Daun 213.500.000 1.336.000 214.836.000 4 Gosong Karang Lebar 30.000.000 870.000 30.870.000 5 Pulau Kelapa 22.500.000 1.553.000 24.053.000 Jumlah 619.500.000 4.344.000 626.129.000 Sumber : Data Primer Diolah 2009 Dari Tabel 26 terlihat biaya investasi yang paling tinggi adalah biaya investasi untuk kawasan terumbu buatan Gosong Pramuka sebesar R233.000.000 dan yang paling rendah adalah biaya investasi kawasan terumbu buatan Pulau Kelapa sebesar Rp22.500.000, biaya investasi kawasan Pulau Pramuka sebesar Rp120.500.000, Pulau Semak Daun biaya investasinya sebesar Rp213.500.000 dan Gosong Karang Lebar biaya investasi sebesar Rp30.000.000. Selain biaya investasi, biaya operasional juga termasuk dalam biaya langsung pemanfaatan kawasan terumbu buatan dengan biaya operasional terendah adalah untuk kawasan terumbu buatan Gosong Karang Lebar sebesar Rp870.000 dan biaya operasional tertinggi untuk kawasan terumbu buatan Gosong Pramuka sebesar Rp1.850.000. Biaya operasional yang digunakan dalam pemanfaatan kawasan terumbu buatan Pramuka adalah sebesar Rp1.020.000 sedangkan untuk kawasan terumbu buatan Pulau Semak Daun dan Pulau Kelapa, biaya operasional yang digunakan masing-masing adalah sebesar Rp1.336.000 dan Rp1.553.000. Total biaya langsung dari pemanfaatan kawasan terumbu buatan adalah sebesar Rp626.129.000. B. Biaya tidak langsung Total biaya pembuatan dan penenggelaman terumbu buatan artificial reefs untuk 140 unit adalah sebesar Rp1.986.576.880 dengan rincian biaya yang dikeluarkan untuk biaya konstruksi dan material sebesar Rp1.868.588.429,40 dan biaya untuk tenaga kerja pembuatan dan penenggelaman artificial reefs sebesar Rp117.988.451 Tabel 27. Tabel 27 Biaya Tidak Langsung Pembuatan dan Penenggelaman Artificial Reefs No Komponen Biaya Investasi Volume Harga Satuan Rp Jumlah Rp 1 Cor kubus beton bertulang 200x200x200 cm, lobang 30x30 cm, readermyk K 400 Slump 12 bekisting ringan expose multiplex 9 mm 140 buah 13.347.060,21 1.868.588.429 2 Tenaga ahli penyelam S1 4 org x 28 hr 112 hok 376.400,00 42.156.800 3 Tenaga ahli penyelam 4 org x 28 hr 112 hok 235.250,00 26.348.000 4 Sewa alat selam 8 set x 28 hr 112 set 376.400,00 42.156.800 5 Pekerja pemasangan fish shelter 224 hok 32.709,16 7.326.851 Total 1.986.576.880 Sumber : Suku Dinas Perikanan dan Kelautan Kab Adm Kep. Seribu 2007 Nilai total pembuatan dan penenggelaman artificial reefs untuk 140 unit adalah sebesar Rp1.986.576.880 maka diasumsikan untuk 1 unit artificial reefs diperlukan biaya pembuatan dan penenggelaman sebesar Rp14.189.834. Tabel 28 secara rinci menunjukkan biaya pembuatan dan penenggelaman terumbu buatan artificial reefs untuk masing-masing kawasan terumbu buatan. Tabel 29 Biaya Pembuatan dan Penenggelaman Artificial Reefs No Kawasan Terumbu Buatan Unit Artificial Reefs Biaya Rp14.189.834 unit 1 Pulau Pramuka 11 156.088.174 2 Gosong Pramuka 147 2.085.,905.598 3 Pulau Semak Daun 31 439.884.854 4 Gosong Karang Lebar 20 283.796.680 5 Pulau Kelapa 5 70.949.170 Jumlah 214 3.036.624.476 Sumber : Data Primer Diolah 2009 Jumlah terumbu buatan mempengaruhi biaya pembuatan dan penenggelaman terumbu buatan, hal ini terlihat dari beragamnya biaya terumbu buatan dari lima kawasan terumbu buatan Tabel 29. Biaya terumbu buatan tertinggi pada kawasan terumbu buatan Gosong Pramuka sebesar Rp2.085.905.598 untuk 147 unit terumbu buatan, sedangkan biaya terumbu buatan terendah sebesar Rp70.949.170 untuk lima unit terumbu buatan pada kawasan Pulau Kelapa. Pulau Pramuka dengan 11 unit terumbu menggunakan biaya terumbu buatan sebesar Rp156.088.174.

6.4 Nilai manfaat bersih kawasan terumbu buatan

Pengelolaan sumberdaya seperti kawasan terumbu buatan yang berkelanjutan merupakan jenis pengelolaan sumberdaya yang mempertimbangkan fungsi ekonomi dan ekologi sumberdaya tersebut agar dapat tercapai kegiatan pemanfaatan yang lebih rasional dan optimal. Berdasarkan hasil nilai ekonomi total kawasan terumbu buatan, maka dapat ditentukan model alternatif pengelolaan yang baik. Pengelolaan kawasan terumbu buatan perlu dilakukan dengan optimal dan berkelanjutan, tidak hanya untuk memanfaatkan dan memperoleh keuntungan secara ekonomi akan tetapi perlu diperhatikan aspek ekologis dari sumberdaya tersebut. Metode analisis biaya manfaat digunakan untuk menghitung nilai ekonomi kawasan terumbu buatan di perairan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu pada kondisi saat ini aktual. Evaluasi dari suatu keputusan untuk menentukan pilihan dari pemanfaatan yaitu dengan melakukan perbandingan antara biaya, manfaat dan nilai ekonomi total yang diperoleh. Evaluasi efektivitas jenis pemanfaatan kawasan terumbu buatan dari hasil penelitian diketahui melalui kriteria kelayakan usaha berupa Net Present Value NPV, penjumlahan nilai rupiah di masa mendatang yang dinilai pada waktu kini dan didiskon pada setiap periode. Metode ini juga digunakan untuk menghitung nilai ekonomi kawasan terumbu buatan Pulau Pramuka, Gosong Pramuka, Pulau Semak Daun, Gosong Karang Lebar dan Pulau Kelapa. Metode ini diterapkan dengan menggunakan discount rate sebesar 15 berdasarkan Social Opportunity Cost of Capital tertinggi yang diaplikasikan di negara berkembang Kadariah et al . 1999 dengan jangka waktu analisis selama 20 tahun. Hasil dari analisis biaya manfaat menunjukkan NPV dan nilai BCR untuk lima kawasan terumbu buatan, secara rinci terlihat pada Tabel 30. Tabel 30 Perhitungan NPV Kawasan Terumbu Buatan No Kawasan Terumbu Buatan Tipe Terumbu Buatan NPV Rp BCR 1 Pulau Pramuka Ban dan Hong 92.296.872.199 84,75 2 Gosong Pramuka Kubah -4.269.670.649 0,68 3 Pulau Semak Daun Kubus -195.469.937 0,94 4 Gosong Karang Lebar Silinder 7.303.491.828 4,99 5 Pulau Kelapa Besi Susun 5.990.764.050 13,20 Sumber : Data Primer Diolah 2009 Tabel 30 menunjukkan bahwa kawasan terumbu buatan dengan tipe ban dan hong menghasilkan NPV dan nilai BCR tertinggi dibandingkan dengan NPV dan nilai BCR dari kawasan terumbu buatan yang lain. NPV dan nilai BCR merupakan kriteria ekononmi yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif program terumbu buatan untuk dikembangkan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa program terumbu buatan di Pulau Pramuka, Gosong Karang Lebar, dan Pulau Kelapa efektif untuk dikembangkan didasarkan pada terpenuhinya kriteria ekonomi, sedangkan program terumbu buatan di Gosong Pramuka dan Pulau Semak Daun masih belum efektif untuk dikembangkan karena NPV yang negatif dan nilai BCR yang kecil.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan 1. Jenis manfaat dari kawasan terumbu buatan di perairan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu adalah manfaat perikanan. Nilai manfaat ekonomi total program terumbu buatan di perairan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu yang dapat dikuantifikasi dari seluruh jumlah manfaat adalah sebesar Rp19.383.488.670 per tahun. 2. NPV Pulau Pramuka sebesar Rp92.296.872.199 dengan nilai BCR 84,75 NPV Pulau Gosong Pramuka sebesar Rp-4.269.670.649 dengan BCR sebesar 0,68. NPV Pulau Semak Daun sebesar Rp-195.469.937 dengan nilai BCR sebesar 0,94 NPV Gosong Karang Lebar Rp7.303.491.828 dengan nilai BCR 4,99 sedangkan kawasan terumbu buatan Pulau Kelapa menghasilkan NPV sebesar Rp5.990.764.050 dengan nilai BCR sebesar 13,20. 3. Program terumbu buatan Pulau Pramuka, Gosong Karang Lebar, dan Pulau Kelapa efektif untuk dikembangkan sedangkan program terumbu buatan Pulau Semak Daun dan Gosong Karang Lebar belum efektif dikembangkan. 7.2 Saran 1. Perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya program terumbu buatan sebagai alternatif pemanfaatan sumberdaya. 2. Penempatan terumbu buatan pada kawasan yang memiliki manfaat tidak langsung yang besar. 3. Penetapan biaya masuk kawasan terumbu buatan bagi pengguna kawasan DAFTAR PUSTAKA Abelson P. 1980. Cost Benefit Analysis and Enviromental Problem. Macquarie University, New South Wales: Gower. Adrianto L. 2006. Makalah Seminar Pengendalian Pencemaran di Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu [makalah]. Jakarta: Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah P4W – IPB. _________. 2006. Sinopsis Pengenalan Konsep dan Metodologi Valuasi Ekonomi Sumberdaya Pesisir dan Laut. Bogor: PKSPL – IPB. Andalita V, Fahrudin A, Adrianto L. 2006. Valuasi Ekonomi Ekosistem Terumbu karang di Perairan Pulau Menjangan Provinsi Bali. Di dalam: Adrianto L, editor. Prosiding Workshop Nasional Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan ; Bogor, 2-3 Agustus 2006. Bogor: PKSPL - IPB. 2006. hal 39-48. Anggraini D. 2008. Analisis Peluang Zona Wisata Bahari di Kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta: Pendekatan Recreation Opportunity Spectrum [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Azis N. 2006. Analisis Ekonomi Alternatif Pengelolaan Ekosistem Mangrove Kecamatan Barru [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Azisy A. 2009. Analisis Keterkaitan Daya Dukung Ekosistem Terumbu Karang dengan Tingkat Kesejahteraan Nelayan Tradisional: Studi Kasus Kelurahan Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Propinsi DKI Jakarta [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bohara A K, Kerkvliet J, Berrens R P. 2001. Addressing Negative Willingness To Pay in Dichotomous Choice Contingen Valuation . Environmental and Recource Economic 2001; 20:173-195. Brown T C, Gregory R. 1999. Survey Why WTA-WTP Disparity Matters. Ecological Economic 1999; 28:323-335. Burke L, Elizabeth S, Mark S. 2002. Terumbu Karang yang Terancam di Asia Tenggara. [publikasi]. USA: World Resource Institute. Clive G et al. 2002. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Dahuri R. 1999. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Terumbu Karang Indonesia. Di dalam: Soemodihardjo, editor. Prosiding Lokakarya Pengelolaan Terumbu Karang dan IPTEK Terumbu Karang Indonesia; Jakarta, 22-23 Nopember 1999. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang. 1999. hal 1-16. Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Folke C, Moberg F. 1999. Ecological Goods and Service of Coral Reef Ecosystems . Ecological Economic 1999; 29:215-233. Giraud K L, Loomis J B, Cooper J C. 2001. A Comparison of Willingness To Pay Estimation Techniques from Referendum Questions . Environmental and Resource Economic 2001; 20:331-346. Hadker N, Sharma S, David A, Muraleedharan T R. 1997. Analysis Willingness To Pay for Borivli National Park: evidence from a contingen valuation . Ecological Economic 1997; 21:105-122. Hasan M. 2002. Pokok-pokok Materi Statistik 2: Statistik Inferensif. Jakarta: Bumi Aksara. _______. 2002. Pokok-pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hufschmidt M et al. 1996. Lingkungan, Sistem Alam dan Pembangunan: Pedomaan Penilaian Ekonomis. Terjemahan : Sukanto R. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Intan E et al. 2007. Modul Kuliah Ekonomi Lingkungan. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Bogor: FEM IPB. Johan O. 2001. Tingkat Transplantasi Terumbu Karang Batu pada Lokasi Berbeda di Gugusan Pulau Pari Kepulauan Seribu Jakarta [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Kadariah, Lien K, Clive G. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Laporan Bulanan Kelurahan P. Panggang. 2008. Kelurahan P. Panggang. Kep. Seribu. Jakarta. Lind D, Marchal W, Wathen S. 2008. Teknik-Teknik Statistika dalam Bisnis dan Ekonomi: Menggunakan Kelompok Data Global. Jakarta: Salemba Empat. Kusumastanto. 2000. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan [makalah]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Mawardi W. 2003. Ekosistem Terumbu Karang Peranan, Kondisi dan Konservasinya. [makalah falsafah sains]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. http:tumoutou.net702 05123wazir mawardi.pdf . [15 Maret 2008]. Murdiyanto B. 2003. Mengenal Memelihara dan Melestarikan Ekosistem Terumbu Karang. Jakarta: COFISH PROJECT. Nazir M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2000. Laporan Bulanan Kelurahan Pulau Panggang. Puslit Oseanografi LIPI 2007. Kondisi Terumbu Karang Indonesia. http:www.coremap.or.idkondisi2DTK . [ 8 Mei 2008]. Rusli A. 2007. Kajian Pengelolaan Mangrove dan Terumbu Karang Pulau Sangiang, Banten [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Seaman W. 2000. Artificial Reef Evaluation. Boca Raton: CRC Press. Situmorang B. 2004. Valuasi Ekonomi Terumbu Karang Kepulauan Seribu [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Suprihayono. 2007. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Jakarta: Penerbit Djambatan. Syahputra M I. 2008. Evaluasi Pemanfaatan Ruang untuk Pengembangan Wisata Bahari di Kawasan Pesisir Bandara Internasional Kuala Namu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. TERANGI. 2007. Terumbu Karang Jakarta: Laporan Pengamatan Jangka Panjang Terumbu Karang Kepulauan Seribu 2004-2005. http:www.terangi.or.idpublicationpdftkj-web.pdf . [8 Mei 2008]. TERANGI. 2009. Mengenal Alam Pesisir Kepulauan Seribu. Bogor : IPB Press. Lampiran 1 Peta Lokasi Peneliti elitian Lampiran 2 Data Produksi dan Harga Ikan di Kawasan Terumbu Buatan No Nama Responden Hasil kgtrip Harga Rpkg Jenis Ikan Tangkapan 1 M Sirat 100 40.000 Tongkol,kembung,tenggiri 2 Ali Mutasil 50 32.000 Tenggiri,tongkol 3 Abubakar 30 75.000 Selar,lencam,kerapu,tengkek,kembung, layang 4 M Musa 25 40.000 Kerapu,lencam 5 Sain 40 55.000 Layang,kembung,lencam,tenggiri, tongkol 6 Suhandi 45 75.000 Layang,kembung,tongkol,tengkek, kerapu,lencam 7 Khamaludin 228 26.000 Ekor kuning,pisang-pisang 8 Sutarno 375 26.000 Ekor kuning,pisang-pisang 9 Iskandar 100 55.000 Kerapu,lodi 10 Nawawi 120 55.000 Kerapu,lodi 11 Jawawi 175 55.000 Kerapu,lodi 12 Asmarudin 45 38.000 Tongkol,lencam,tengkek,kembung 13 Satwan 42 28.000 Tengkek,tongkol,kembung 14 Imka 45 50.000 Layang,tengkek,kerapu,kembung,selar, lencam 15 Mujahar 58 26.000 Ekor kuning,pisang-pisang 16 Salman 35 36.000 Tenggiri,kerapu 17 Samat 52 36.000 Lencam,tengkek,tenggiri 18 Rajiun 65 26.000 Tenggiri,tengkek 19 H Bilal 100 26.000 Ekor kuning,pisang-pisang 20 Satiri 145 36.000 Kerapu,tengkek,kembung 21 Mastun 185 36.000 Tenggiri,tengkek,lencam,selar,layar 22 Dahlawi 300 32.000 Tengkek, kerapu 23 Rohni 200 26.000 Ekor kunig,pisang-pisang,layang,selar 24 Yanto 35 40.000 Lencam,tengkek,tongkol,tenggiri 25 M Jeni 175 42.000 Tongkol,kembung,tenggiri 26 Mustafa 170 36.000 Lencam,tengkek,tenggiri 27 Zakharia 145 32.000 Tengkek,kembung,tenggiri 28 Mahyin 175 50.000 Tenggiri,kerapu,tongkol 29 Halimun 250 28.000 Moonfish,belong,tongkol,kembung 30 150 32.000 Tenggiri,tengkek,kembung