Analisis ekonomi rehabilitasi ekosistem terumbu karang dengan metode terumbu buatan (Artificial reefs) di Perairan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu,Provinsi DKI Jakarta

(1)

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesisAnalisis Ekonomi Rehabilitasi Ekosistem Terumbu Karang dengan Metode Terumbu Buatan (Artificial Reefs) di Perairan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2010

Justiana Lolita Tahya NRP : H352060011


(3)

ABSTRACT

JUSTIANA LOLITA TAHYA. Economic Analysis of Rehabilitation of Coral Reefs Ecosystem with Artificial Reefs Method in Seribu ISland Waters Administative District, Province of DKI Jakarta. Directed by: ACHMAD FAHRUDIN and LUKY ADRIANTO

The focus of study is the economic analysis of rehabilitation of coral reefs ecosystem with artificial reefs method and to know the effectiveness of artificial reefs program in Seribu Island waters. Aim this research is: (1) to identify artificial reefs uses in Seribu Island waters; (2) to estimate economic value of artificial reefs program in Seribu Island waters; (3) to know the effectiveness of artificial reefs program in Seribu Island waters. The economic values of artificial reefs areas examined in the study were use effect on production method (EOP) and contingen valuation method (CVM). The effectiveness of artificial reefs program examined use cost benefit analysis. The result of study showed that uses of artificial reefs area is fishery. Total economic value of artificial reefs area was Rp 19.383.488.670 per year. Cost benefit analysis yield net present value (NPV) in Pramuka Island was Rp 92.296.872.199 with benefit cost ratio (BCR) was 84,75. NPV Gosong Karang Lebar was Rp 7.303.491.828 with BCR was 4,99. NPV in Kelapa Island was Rp 5.990.764.050 with BCR was 13,20. NPV in Semak Daun Island was Rp-195.469.937 with BCR 0,94 and NPV in Gosong Pramuka was Rp-4.269.670.649 with BCR was 0,68. Economically artificial reefs program in Pramuka Island, Gosong Karang Lebar and Kelapa Island is relatively effective to developed rather than artificial reefs in Semak Daun Island and Gosong Pramuka.


(4)

RINGKASAN

JUSTIANA LOLITA TAHYA. Analisis Ekonomi Rehabilitasi Ekosistem Terumbu Karang dengan Metode Terumbu Buatan (Artificial reef) di Perairan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Dibimbing oleh ACHMAD FAHRUDIN dan LUKY ADRIANTO.

Terumbu karang adalah bangunan ribuan hewan yang menjadi tempat hidup berbagai ikan dan makhluk laut lainnya. Terumbu karang yang sehat dengan luas 1 km2 dapat menghasilkan 20 ton ikan. Terumbu karang Indonesia merupakan salah satu penyumbang terbesar perikanan laut di dunia yang menyediakan sekitar 3,6 juta ton dari produksi perikanan laut secara keseluruhan. Persediaan karang dan ikan karang Indonesia yang melimpah terancam oleh praktek penangkapan ikan yang merusak seperti penangkapan ikan dengan menggunakan racun sianida dan bahan peledak. Terumbu karang memiliki fungsi ekosistem yang penting, yang menyediakan barang dan jasa bagi ratusan juta penduduk khususnya di negara-negara berkembang. Terumbu karang yang kondisinya menurun akan kehilangan nilai karena menjadi tidak produktif. Di Kepulauan Seribu (perairan bagian Utara Jakarta), sekitar 90-95% terumbu karang hingga kedalaman 25 m mengalami kematian. Ada beragam upaya mengatasi penurunan atau kelangkaan stok sumberdaya ikan. Beberapa diantaranya dengan menggunakan rumpon dan terumbu buatan. Upaya yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi ekologi terumbu karang Kepulauan Seribu adalah dengan rehabilitasi melalui penenggelaman terumbu buatan (artificial reefs).

Terumbu buatan (artificial reefs) memiliki fungsi yang serupa dengan rumpon, namun bersifat lebih permanen dan stabil karena memungkinkan terbentuknya suatu habitat baru, dapat memberikan rumah baru bagi ikan dan biota-biota laut lainnya yang kehilangan habitat aslinya. Fokus dari studi ini adalah analisis ekonomi rehabilitasi ekosistem terumbu karang dengan metode terumbu buatan dan efektivitas program terumbu buatan di Perairan Kepulauan Seribu. Tujuan penelitian adalah (1) mengidentifikasi pemanfaatan terumbu buatan (artificial reefs) di Perairan Kepulauan Seribu; (2) mengestimasi nilai ekonomi program terumbu buatan (artificial reefs) di Perairan Kepulauan Seribu; (3) mengetahui efektivitas ekonomi program terumbu buatan (artificial reefs) di Perairan Kepulauan Seribu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Objek penelitian adalah kawasan terumbu buatan (artificial reefs) di perairan Kabupaten Adminstratif Kepulauan Seribu (Pulau Pramuka, Gosong Pramuka, Pulau Semak Daun, Gosong Karang Lebar dan Pulau Kelapa). Metode analisis data untuk menentukan nilai ekonomi program terumbu buatan dilakukan dengan menggunakan Effect on Production (EOP) dan Contingen Valuation Method (CVM). Metode analisis data untuk efektivitas program terumbu buatan dilakukan dengan menggunakan analisis biaya manfaat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis manfaat dari kawasan terumbu buatan di perairan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu adalah manfaat perikanan. Nilai total ekonomi kawasan terumbu buatan (artificial reefs) adalah sebesar Rp19.383.488.670 per tahun. Analisis biaya manfaat menghasilkan NPV


(5)

Pulau Pramuka sebesar Rp92.296.872.199 dengan BCR sebesar 84,75. NPV Gosong Karang Lebar sebesar Rp7.303.491.828 dengan BCR sebesar 4,99. NPV Pulau Kelapa sebesar Rp5.990.764.050 dengan BCR sebesar 13,20. NPV Pulau Semak Daun sebesar Rp-195.469.937 dengan BCR sebesar 0,68 dan NPV Gosong Pramuka sebesar Rp-4.269.670.649 dengan BCR sebesar 0,94. Secara ekonomi program terumbu buatan di Pulau Pramuka, Gosong Karang Lebar dan Pulau Kelapa efektif untuk dikembangkan sedangkan Pulau Semak Daun dan Gosong Karang Lebar program terumbu buatan belum efektif untuk dikembangkan. Kata kunci : Terumbu buatan, Nilai Ekonomi, Analisis Biaya Manfaat.


(6)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2010 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penulisan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin IPB


(7)

ANALISIS EKONOMI REHABILITASI EKOSISTEM

TERUMBU KARANG DENGAN METODE TERUMBU

BUATAN (ARTIFICIAL REEFS) DI PERAIRAN KABUPATEN

ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU, PROVINSI DKI

JAKARTA

JUSTIANA LOLITA TAHYA

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh gelar Magister Sains Pada

Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010


(8)

(9)

Judul Tesis : Analisis Ekonomi Rehabilitasi Ekosistem Terumbu Karang dengan Metode Terumbu Buatan (Artificial Reefs) di Perairan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta

Nama : Justiana Lolita Tahya

NRP : H352060011

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Achmad Fahrudin, M.Si Dr.Ir. Luky Adrianto, M.Sc

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ekonomi Dekan Sekolah Pascasarjana Sumberdaya Kelautan Tropika

Prof. Dr. Ir. H. Tridoyo Kusumastanto, MS Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS


(10)

PRAKATA

Ucapan syukur, hormat dan terima kasih kepada Tuhan Yesus atas karunia dan berkat-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Judul penelitian yang dilaksanakan bulan Maret 2009 sampai Mei 2009 adalah Analisis Ekonomi Rehabilitasi Ekosistem Terumbu Karang dengan Metode Terumbu Buatan

(Artificial Reefs) di Perairan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Penulis mengucapkan terima kasih dengan penuh rasa hormat kepada : 1) Dr. Ir. Achmad Fahrudin, M.Si selaku ketua komisi pembimbing atas ilmu

dan bimbingannya dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

2) Dr. Ir. Luky Adrianto, M.Sc selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing, membantu, dan memotivasi penulis selama penelitian hingga penyelesaian penulisan karya ilmiah ini.

3) Ir. Moch. Prihatna Sobari, MSc selaku dosen penguji atau koreksi, masukan dan referensi bagi penyempurnaan karya ilmiah ini.

4) Prof. Dr. Ir. H. Tridoyo Kusumastanto, MS selaku Ketua Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika yang senantiasa membantu, mengarahkan dan memotivasi penulis dalam penyelesaian studi.

5) Pihak PKSPL yang telah membantu memberikan informasi lokasi penelitian sehingga penelitian dapat dilaksanakan.

6) Pak Giri Andono dan Pak Kholik yang telah membantu dan memberikan informasi yang berguna bagi penulis selama penelitian.

7) Mba Muti, bung Edwin Telehala, bung Rudy Latuihamallo, mba Erin, mas Bule, mas Bedo, bang Aib dan keluarga untuk bantuannya selama penulis melakukan penelitian.

8) Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Papa, Mama, San dan Piere yang sabar dan setia membantu penulis dalam doa dan dukungan baik moral maupun materiil.

Bogor, Maret 2010


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ambon pada tanggal 25 Agustus 1982 dari Bapak Daniel Tahya dan Ibu Cornelia Tahya-Berhitu. Penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara. Tahun 2000 penulis lulus dari SMU Kristen YPKPM Ambon dan tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Universitas Pattimura melalui jalur PMDK. Penulis memilih Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Tahun 2006 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... . xv

I. PENDAHULUAN... 1

1.1Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 6

1.3 Tujuan Penelitian... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA... 8

2.1 Penilaian Manfaat... 8

2.2 Penilaian Biaya... 10

2.3 Analisis Biaya Manfaat (Cost Benefit Analysis)... 12

2.4 Teknik dan Valuasi Ekonomi... 17

2.5 Eksternalitas... 20

2.6 Ekosistem Terumbu Karang... 21

2.7 Terumbu Buatan (Artificial Reefs)... 26

2.8 Aspek Sosial dan Ekonomi Terumbu Buatan (Artificial Reef)……. 28

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI... 34

IV. METODOLOGI PENELITIAN... 36

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 36

4.2 Metode Penelitian... 37

4.3 Metode Pengambilan Sampel... 37

4.4 Metode Analisis Data...………. 39


(13)

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN...……….... 45

5.1 Letak Geografis dan Administrasi………... 45

5.2 Topografi, Iklim dan Oseanografi...………. 45

5.3 Keadaan Sosial Ekonomi Lokasi Studi...………. 46

5.4 Potensi Ekosistem Sumberdaya Pesisir dan Laut...……….. 48

5.5 Karakteristik Responden……….. 50

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN...……….. 53

6.1 Identifikasi Pemanfaatan Terumbu Buatan (Artificial Reefs)…….. 53

6.2 Pendugaan Nilai Utilitas Konsumen dari Sumberdaya Perikanan pada Kawasan Terumbu Buatan………...………... 54

6.3 Estimasi Nilai Ekonomi Program Terumbu Buatan.…………... 57

6.4 Nilai Manfaat Bersih Kawasan Terumbu Buatan…....……… 67

VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan...………... 69

7.2 Saran……..………... 69

DAFTAR PUSTAKA……….……….. 70


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Potensi Keuntungan Bersih per Tahun per km2dari

Terumbu Karang dalam Kondisi Baik di Asia Tenggara………... 1

2. Kondisi Terumbu Karang di Indonesia……… 2

3. Jumlah dan Manfaat Kerugian yang Disebabkan oleh Kegiatan terhadap Terumbu Karang ……... 3

4. Ringkasan Persentase Tutupan Karang Keras Karang Mati dan Indeks Mortalitas dari 23 Transek di Kepulauan Seribu pada Tahun 2004-2005…... 4

5. Perbandingan Model Terumbu Buatan (Artificial Reefs) di Kepulauan Seribu………... 6

6. Riwayat Penenggelaman Terumbu Buatan (Artificial Reefs) di Kepulauan Seribu…... 7

7. Definisi Total Nilai Ekonomi (TEV)..………... 17

8. Empat Tipe Karang Utama ………... 21

9. Goods and Ecological service ... 23

10. KelompokStakeholderdan Kerangka Institusi....……… 33

11 Rincian Jumlah Responden Manfaat Langsung ……….. 38

12. Perincian Jumlah Responden Berdasarkan Pulau.………... 38

13. Nama Pulau, Luas dan Peruntukannya di Kelurahan Pulau Panggang ………. 46

14. Data Perkembangan Usaha Perikanan .………... 47

15. Penggunaan Armada dan Alat Tangkap di Kelurahan Pulau Panggang………... 49

16. Jenis Alat Tangkap diKelurahan Pulau Panggang ………... 49

17. Pemanfaatan Kawasan Terumbu Buatan .………. 53

18. Manfaat Ekonomi Kawasan Terumbu Buatan Berdasarkan Surplus Konsumen Tahun 2009 ..……….. 58


(15)

19. Nilai Ekonomi Kawasan Terumbu Buatan Berdasarkan

Pemanfaatan Aktual Tahun 2009 ………. 59 20. Manfaat Tidak Langsung Kawasan Terumbu Buatan …………. 60

21. Manfaat Pilihan Kawasan Terumbu Buatan ……….. 61 22. Koefisien Penduga Fungsi WTP Keberadaan Kawasan

Terumbu Buatan ….…….…..………. 62

23. Ringkasan Kajian Pustaka terkait dengan Nilai R2dari Manfaat

Keberadaan Ekosistem Terumbu Karang ..……… 62 25. Nilai Manfaat Total per Kawasan Terumbu Buatan .………. 63 26. Nilai Total Ekonomi Kawasan Terumbu Buatan ……… 64 27. Biaya Investasi dan Biaya Tetap Pemanfaatan Kawasan

Terumbu Buatan per Alat Tangkap ……..………. 65 28. Biaya Tidak Langsung (Pembuatan dan Penenggelaman

Terumbu Buatan) ………...………. 66

29. Biaya Pembuatan dan Penenggelaman Terumbu Buatan pada

Kawasan Terumbu Buatan ………...……….. 67 30. Perhitungan NPV Skenario Pengelolaaan Kawasan


(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. NilaiMarket Goods ………. 8

2. TipologiTotal Economic Value ……..………. 17

3. Kerangka Berfikir PendekatanEffect on Production Approach ……….… 19

4. Tingkat Output yang Efisien ..………. 20

5. Interaksi dalamSeascape, menunjukkan hubungan antara Mangrove, Padang Lamun dan Terumbu Karang .………. 22

6. BentukArtificial Reefs dari Blok Semen,BentukTurtle Block dan Bentuk Kubus ……… 27

7. Kerangka Adaptasi Managemen untuk Penelitian Artificial Reefs ………..……… 29

8. Tujuan dan Sasaran Definisi untuk ProgramArtificial Reefs ……. 31

9. Kerangka Pendekatan Studi .………. 35

10. Peta Lokasi Penelitian ………. 36

11.Klasifikasi Umur Respoden ……… 50

12. Klasifikasi Tingkat Pendidikan Responden ... 50

13. Mata Pencaharian Responden ... 51

14. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden ... 53

15. Pendugaan Surplus Konsumen Kawasan Terumbu Buatan ... 54

16. Kurva Permintaan Konsumen terhadap Manfaat Perikanan Pulau Pramuka ... 55

17. Kurva Permintaan Konsumen terhadap Manfaat Perikanan Gosong Pramuka ... 55

18. Kurva Permintaan Konsumen terhadap Manfaat Perikanan Pulau Semak Daun ... 56


(17)

19. Kurva Permintaan Konsumen terhadap Manfaat Perikanan

Gosong Karang Lebar ... 56 20. Kurva Permintaan Konsumen terhadap Manfaat Perikanan


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian ………. 73

2. Data Produksi dan Harga Ikan di Kawasan Terumbu Buatan .……. 74 3. Koefisien Regresi Manfaat Langsung Kawasan Terumbu Buatan

Pulau Pramuka ……….… 75

4. Kurva Permintaan Manfaat Langsung Terumbu Buatan

Pulau Pramuka ..……… 77

5. Koefisien Regresi Manfaat Langsung Terumbu Buatan

Gosong Pramuka………...………. 79

6. Kurva Permintaan Manfaat Langsung Terumbu Buatan

Gosong Pramuka …..……… 81

7. Koefisien Regresi Manfaat Langsung Pulau Semak Daun ………… 83 8. Kurva Permintaan Manfaat Langsung Pulau Semak Daun ….……. 85

9. Koefisien Regresi Manfaat Langsung Gosong Karang Lebar .……. 87 10. Kurva Permintaan Manfaat Langsung Gosong Karang Lebar ……. 89 11. Koefisien Regresi Manfaat Langsung Pulau Kelapa .……… 91 12. Kurva Permintaan Manfaat Langsung Pulau Kelapa ... 93 13. Analisis Ekonomi Manfaat Langsung Kawasan Terumbu Buatan

Berdasarkan Surplus Konsumen …... 95 14. Analisis Ekonomi Manfaat Langsung Kawasan Terumbu Buatan

Berdasarkan Kondisi Aktual ... 96 15. Manfaat Tidak Langsung Kawasan Terumbu Buatan ... 97 16. Nilai Manfaat Keberadaan ... 98


(19)

17. Perhitungan Hubungan WTP dengan Karakteristik Responden ... 100 18. Perhitungan Biaya Investasi dan Biaya Depresiasi

Dari Manfaat Perikanan per Responden ... 102 19. Analisis Biaya Manfaat Kawasan Terumbu Buatan

Pulau Pramuka …………... 104 20. Analisis Biaya Manfaat Kawasan Terumbu Buatan

Gosong Pramuka ... 106 21. Analisis Biaya Manfaat Kawasan Terumbu Buatan

Pulau Semak Daun ... 108 22. Analisis Biaya Manfaat Kawasan Terumbu Buatan

Gosong Karang Lebar ... 110 23. Analisis Biaya Manfaat Kawasan Terumbu Buatan


(20)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Terumbu karang adalah bangunan ribuan hewan yang menjadi tempat hidup berbagai ikan dan makhluk laut lainnya. Terumbu karang yang sehat dengan luas 1 km2dapat menghasilkan 20 ton ikan (Terangi 2009). Terumbu karang Indonesia merupakan salah satu penyumbang terbesar perikanan laut di dunia yang menyediakan sekitar 3,6 juta ton dari produksi perikanan laut secara keseluruhan (Situmorang 2004). Persediaan karang dan ikan karang Indonesia yang melimpah terancam oleh praktek penangkapan ikan yang merusak seperti penangkapan ikan dengan menggunakan racun sianida dan bahan peledak. Terumbu karang memiliki fungsi ekosistem yang penting, yang menyediakan barang dan jasa bagi ratusan juta penduduk khususnya di negara-negara berkembang. Tabel 1 menunjukkan sebuah ringkasan tentang keuntungan bersih tahunan setiap km2terumbu karang yang sehat di Asia Tenggara.

Tabel 1 Potensi Keuntungan Bersih per Tahun per km2 dari Terumbu Karang dalam Kondisi Baik di Asia Tenggara

Penggunaan Sumberdaya

Kisaran Produksi

Potensi Keuntungan Bersih per Thn

Perikanan secara lestari

(konsumsi lokal)

10 - 30 ton $ 12.000 - $ 36.000

Perikanan secara lestari

(ekspor ikan hidup)

0,5–1 ton $ 2500 - $ 5000

Perlindungan pantai (mencegah erosi)

$ 5500 - $ 110.000 Pariwisata dan

rekreasi

100–1000 individu

$ 700 - $ 111.000

Nilai estetika dan keanekargaman hayati

600–2000 individu

$ 2400 - $ 8000

Total (untuk perikanan dan

perlindungan pantai)

$ 20.000 - $ 151.000 Total

(untuk pariwisata dan estetika)

$ 23.100 - $ 270.000


(21)

Puslit Oseanografi LIPI (2007), menyebutkan persentase penutupan karang hidup yang masih dalam kondisi sangat baik pada wilayah Indonesia bagian Barat sekitar 5,52%, wilayah Indonesia bagian Tengah dengan persentase penutupan karang hidup menunjukkan kondisi baik sekitar 5,11%, dan untuk wilayah Indonesia bagian Timur persentase penutupan karang hidup menunjukkan kondisi sangat baik sekitar 5,88%. Kondisi terumbu karang di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Kondisi Terumbu Karang di Indonesia (%) Lokasi

Jumlah lokasi

Sangat

baik Baik Cuku

p

Kuran g

Barat 362 5,52 27,07 33,98 33,43

Tengah 274 5,11 30,29 44,89 19,71

Timur 272 5,88 17,28 34,19 42,65

Indonesia 908 5,51 25,11 37,33 32,05

Sumber : Puslit Oseanografi-LIPI (2007) Keterangan:

Sangat baik : persentase tutupan karang antara 75-100% Baik : persentase tutupan karang antara 50-74% Cukup : persentase tutupan karang antara 25-49% Kurang : persentase tutupan karang antara 0-24%

Burke et al. (2002), menyatakan bahwa aktivitas manusia mengancam lebih dari 85% terumbu karang Indonesia. Persediaan terumbu karang dan ikan karang di Indonesia yang melimpah terancam oleh praktek penangkapan ikan yang merusak. Persentase ancaman akibat penangkapan ikan secara berlebihan dapat mencapai 64% dari luas keseluruhan dan mencapai 53% akibat penangkapan ikan dengan metode yang merusak. Burke et al. (2002), mengestimasi kerugian di Indonesia akibat penangkapan ikan menggunakan bahan peledak selama 20 tahun ke depan adalah sebesar 570 juta dolar AS, sedangkan estimasi kerugian dari penangkapan ikan dengan racun sianida secara berkala sebesar 46 juta dolar AS. Ekosistem terumbu karang yang rusak, mengancam ketersediaan sumberdaya hayati yang menjadi tumpuan hidup masyarakat di sekitarnya sehingga menimbulkan kelangkaan ikan dan tercemarnya produk budidaya laut. Dahuri (1999), menjelaskan kerugian ekonomi


(22)

secara langsung maupun tidak langsung yang ditimbulkan akibat eksploitasi terumbu karang (Tabel 3).

Tabel 3 Jumlah Manfaat dan Kerugian Disebabkan oleh Kegiatan terhadap Terumbu Karang (nilai saat ini; suku diskonto 10%; jangka waktu 25 tahun; dalam ribuan US$; per km2)

Kegiatan yang merusak terumbu Karang Manfaat bagi pelaku kerusakan

Kerugian bagi negara Aspek perikanan Aspek perlindungan pantai Aspek pariwisata Lain-lain1)

Jumlah kerugian Kerugian bersih Penangkapan ikan dengan racun

33 40 0 3-436 n.q 43-476 10-443

Penangkapan ikan dengan bahan peledak

15 86 9-193 3-482 n.q 98-761 84-746

Sedimentasi penebangan

kayu

98 81 - 192 n.q 273 175

Sedimentasi perkotaan

n.q n.q n.q n.q n.q n.q n.q

Penangkapan ikan berlebih

39 109 - n.q n.q 109 70

Pengambilan batu karang

121 94 12-260 3-482 >672) 176-903 55-782 Sumber : Dahuri (1999)

Selang menunjukkan lokasi dari nilai rendah dan tinggi atas nilai potensi pariwisata dan perlindungan pantai, n.q. = tidak dapat dihitung

1) = lainnya mencakup kerugian kehilangan pengamanan pangan dan nilai kenaekaragaman hayati (tidak dapat dihitung)

2) = kerusakan hutan disebabkan oleh pengambilan kayu untuk pengolahan batu kapur (karang) diperkirakan US$ 67.000

Terumbu karang yang kondisinya menurun akan kehilangan nilai karena menjadi tidak produktif. Aktivitas yang merusak terumbu karang dalam waktu singkat dapat memberikan manfaat secara individual akan tetapi keuntungan bersih dari pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas ini memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan kerugian masyarakat akibat turunnya produktivitas ekosistem terumbu karang. Terumbu karang juga mendapat tekanan dari aktivitas di daratan, dengan laju rata-rata penebangan hutan tahunan antara tahun 1985 dan 1997 sebesar 1,7 juta ha. Terumbu karang yang terkena pencemaran dari darat, menunjukkan penurunan keanekaragaman hayati sebesar 30–50% pada kedalaman 3 m dan 40-60% pada kedalaman 10 m, jika dibandingkan dengan


(23)

terumbu karang yang masih alami. Terumbu karang yang kondisinya menurun akan kehilangan nilai karena menjadi tidak produktif. Kepulauan Seribu termasuk dalam Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu yang terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kepulauan Seribu Utara (Kelurahan Pulau Panggang, Pulau Harapan dan Pulau Kelapa) dan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan (Kelurahan Pulau Tidung, Pulau Pari dan Pulau Untung Jawa). Kepulauan Seribu berada di pusat kawasan segitiga karang (coral triangle), yang kaya akan berbagai kehidupan laut. Tabel 4 menujukkan persentase tutupan karang di Kepulauan Seribu pada tahun 2004 dan tahun 2005.

Tabel 4 Ringkasan Persentase Tutupan Karang Keras (% KK), Karang Mati (%KM) dan Indeks Mortalitas (% IM) dari 23 Transek Garis di Kepulauan Seribu pada Tahun 2004- 2005

No Lokasi

2004 2005

KK KM IM KK KM IM

1 Pulau Pari (Selatan) 29,13 15,56 0,35 38,13 5,08 0,12

2 Pulau Pari (Timur Laut) 30,85 15,85 0,34 54.15 11.64 0,18

3 Pulau Payung Besar 12,89 3,85 0,23 24,63 36,00 0,59

4 Pulau Payung Kecil 3,36 0,00 0,00 10,64 72,09 0,87

5 Pulau Sekati 31,06 17,01 0,35 10,84 20,78 0,66

6 Pulau Pramuka 34,74 34,15 0,50 16,01 10,85 0,40

7 Pulau Gosong Layar 18,50 67,10 0,78 25,80 49,15 0,66

8 Pulau Semak Daun 54,25 13,15 0,20 39,00 6,13 0,14

9 Pulau Sempit/ Karang Lebar 32,88 3,25 0,09 17,35 21,65 0,56

10 Pulau Kotok Besar 14,81 11,34 0,43 36,85 18,93 0,34

11 Pulau Karang Bongkok 71,83 19,89 0,22 67,56 11,53 0,15

12 Pulau Kaliage Besar 29,93 48,38 0,62 23,63 18,38 0,44

13 Pulau Kelapa 22,01 48,84 0,69 56,81 15,94 0,22

14 Pulau Panjang Besar 60,50 18,75 0,24 11,88 21,81 0,65

15 Gosong Sulaiman 25,92 3,50 0,12 31,50 7,75 0,20

16 Pulau Kayu Angin Genteng 35,99 14,56 0,29 27,38 10,83 0,28

17 Pulau Genteng Besar 43,09 13,23 0,23 44,89 0,00 0,00

18 Pulau Putri Barat 38,88 15,88 0,29 46,96 22,00 0,32

19 Pulau Opak Besar 38,99 8,33 0,18 35,38 0,00 0,00

20 Pulau Harapan 42,66 35,96 0,46 26,38 0,00 0,00

21 Pulau Bira Besar 23,39 37,81 0,62 35,13 0,00 0,00

22 Pulau Belanda 41,88 3,06 0,07 58,05 13,45 0,19

23 Gosong Pulau Belanda 25,90 57,00 0,69 41,00 7,75 0,16

Rerata 33,19 22,02 0,40 33,91 16,60 0,33


(24)

Secara umum terdapat sedikit kenaikan rerata penutupan karang keras di Kepulauan Seribu dari tahun 2004 (32,9%) ke tahun 2005 (33,2%). Karang mati menunjukkan penurunan persentase penutupan dari tahun 2004 ke 2005 (22,3% menjadi 16,9%) diikuti peningkatan di kategori abiotik yang terdiri dari patahan karang dan pasir dari 26% menjadi 31,7% (TERANGI 2007). Ada beragam ancaman terhadap terumbu karang di Kepulauan Seribu, mulai dari penangkapan ikan dengan metode destruktif (menggunakan bom dan sianida) atau dengan intensitas tinggi (overfishing), sedimentasi, penambangan karang, pencemaran limbah, baik yang berasal dari daratan dan laut, bahkan pemanasan global.

Di Kepulauan Seribu (perairan bagian Utara Jakarta), sekitar 90-95% terumbu karang hingga kedalaman 25 m mengalami kematian. Ada beragam upaya mengatasi penurunan atau kelangkaan stok sumberdaya ikan. Beberapa diantaranya dengan menggunakan rumpon dan terumbu buatan. Rumpon (fish shelter) berfungsi menarik ikan agar berkumpul pada suatu lokasi tertentu dengan memberikan atau menempatkan beberapa bahan yang berfungsi sebagai perangsang (attractor) bagi ikan-ikan untuk berkumpul dan selanjutnya dijadikan lokasi penangkapan oleh nelayan. Upaya yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi ekologi terumbu karang Kepulauan Seribu adalah dengan rehabilitasi melalui penenggelaman terumbu buatan (artificial reefs).

Terumbu buatan (artificial reefs) memiliki fungsi yang serupa dengan rumpon, namun bersifat lebih permanen dan stabil karena memungkinkan terbentuknya suatu habitat baru, dapat memberikan rumah baru bagi ikan dan biota-biota laut lainnya yang kehilangan habitat aslinya. Fungsi dari terumbu buatan (artificial reefs) ini untuk memberikan rumah baru bagi ikan dan hewan lain yang kehilangan habitat aslinya. Biota yang umum terdapat di modul artificial reefs adalah karang lunak (soft coral) dan karang kipas (gorgonion). Komposisi komunitas ikan di tiap modul fish shelter secara umum adalah CaesionidaedanPomacentridae.

Keberadaan ikan target di modul artificial reefs adalah kemungkinan terbesar untuk menggantikan fungsi dasar dari ekosisitem terumbu karang yaitu mencari makan (feeding ground) atau bertelur dan membesarkan anak (spawning dan nursery ground). Modul terumbu buatan ini secara alami akan ditempeli oleh


(25)

organisme bentik yang hidup menempel pada substrat seperti karang, spons, alga, dan lain-lain. Berbagai bahan dan metode telah diujicobakan, mulai dari becak bekas, kubus konkrit, keranjang besi maupun beton (Tabel 5).

Tabel 5 Perbandingan Model Terumbu Buatan (Artificial Reefs) di Kepulauan Seribu

Kubus Kubah Blok Susun Piramid

Keranjang Besi Susun Ukuran

modul fish shelter

Sedang Kecil Kecil Besar Besar

Keanekaan komunitas bentik

Sedang Rendah Rendah Tinggi Sedang

Komunitas bentik dominan

Sponge, ascidian Turf algae Sponge, ascidian Ascidian, sponge Ascidian, sponge Komunitas

bentik lain Mollusca Ascidian

Turf algae, mollusca Soft coral, hard coral Turf algae, mollusca Keanekaan komunita ikan

Tinggi Rendah Rendah

Sedang-tinggi Sedang-Tinggi Komunitas ikan dominan

Ikan mayor utama

(pomacentridae) Ikan target (Caesionidae) Ikan mayor utama (Caesionidae) Ikan target (Caesionidae, Haemulidae) Ikan target (Caesionodae) Keberadaan

juvenile ikan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada Sumber : Suku Dinas Perikanan dan Kelautan Kab Adm Kep. Seribu (2007)

Pembuatan dan penenggelaman terumbu buatan (artificial reefs) berbagai model di perairan Kabupaten Administratif KepulauanSeribu sudah sejak dahulu dilakukan, riwayat penenggelaman terumbu buatan di Kepulauan Seribu terlihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Riwayat Penenggelaman (Deployment)Fish Shelterdi Kepulauan Seribu

No Tahun Model Jumlah

(unit)

Titik Lokasi

Kawasan 1 2002 Ban dan hong 11 Utara P. Pramuka P. Pramuka

2 2003 Kubah 31 P. Semak Daun P. Semak Daun

3 2004 Kubus 147 Gosong Pramuka Gosong Pramuka 4 2005 Silinder 20 Timur Karang Lebar Gosong Karang Lebar 5 2005 Besi Susun 5 Barat P. Kelapa P. Kelapa

Sumber : Suku Dinas Perikanan dan Kelautan Kab Adm Kep. Seribu (2007)

1. 2 Perumusan masalah

Ekosistem terumbu karang memiliki banyak manfaat dengan total economic value(TEV) yang cukup tinggi. Sebagai contoh total economic value


(26)

ekosistem terumbu karang di perairan Kepulauan Seribu adalah sebesar Rp57.544.017.4 – Rp174.981.017,4 per ha per tahun (Malay 2000 dalam Adrianto 2006), sedangkan nilai manfaat ekonomi total ekosistem terumbu karang di sekitar pulau–pulau yang terkena tumpahan minyak di perairan Kepulauan Seribu berkisar antara Rp58.697.750.018–Rp65.194.427.478 per tahun. Tingkat pemanfaatan ekosistem terumbu karang di Kepulauan Seribu menimbulkan kerusakan.

Ekosistem terumbu karang memiliki berbagai fungsi ekologi, sehingga kerusakan-kerusakan ini menyebabkan fungsi ekosistem terumbu karang menjadi terganggu dan berakibat pada penurunan nilai ekonomi eksosistem terumbu karang. Untuk mengantisipasi dan mengurangi kerugian-kerugian yang terjadi maka dilakukan upaya rehabilitasi dengan metode terumbu buatan (artificial reefs), yang bermanfaat memperbaiki kondisi terumbu karang. Terumbu karang setelah rehabilitasi diharapkan akan memberikan nilai atau manfaat ekonomi yang baru. Sejauh mana efektivitas terumbu buatan (artificial reefs) dapat dianalisis dengan menggunakan analisis biaya manfaat (cost benefit analysis). Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1) Bagaimana pemanfaatan terumbu buatan (artificial reefs) dalam rehabilitasi ekosistem terumbu karang di Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu? 2) Bagaimana dengan nilai ekonomi program terumbu buatan (artificial reefs) di

Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu?

3) Bagaimana efektivitas ekonomi program terumbu buatan (artificial reefs) di Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu?

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Mengidentifikasi pemanfaatan terumbu buatan (artifcial reefs) di Perairan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu

2) Mengestimasi nilai ekonomi program terumbu buatan (artficial reefs) di Perairan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu

3) Mengetahui efektivitas ekonomi program terumbu buatan (artificial reefs) di Perairan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penilaian manfaat

Menurut Abelson (1979), output dari proyek termasuk output yang dikonsumsi pengguna dan manfaat eksternal (external benefit) dipertimbangkan dalam tiga kategori yaitu penurunan dalam biaya produksi, nilai market goods, nilainon market goods.

1. Nilaimarket goods

Nilaimarket goodsdilustrasikan dalam Gambar 1 dimana barang Q0dibeli pada harga P0. Gross value goods Q0 ditunjukan oleh area A dan B, antara kesediaan membayar (willingness to pay) kurva permintaan (demand curve) dan sumbu horizontal.

Price $

Marginal supply cost

P1

P0 A

E

Willingness to pay demand curve B

Q0 Quantity of goods sold

Gambar 1 NilaiMarket Goods(Diadopsi dari Abelson 1979).

Menurut Abelson (1979), ada empat pengecualian dasar untuk harga pasar yang mencerminkan jumlah dimana rumah tangga bersedia untuk membayar barang yaitu: (a) jika harga dikontrol maka perhitungan harga digunakan untuk mengukur harga dimana adanya keinginan untuk melakukan penawaran; (b) jika


(28)

barang disubsidi maka harga konsumen merupakan willingness to pay(WTP) di bawah yang diterima oleh produsen; (c) ketika barang dijual secara internasional maka harga relevan dengan harga ekspor; (d) muncul ketika proyek bukan marginal produsen dari barang jenis baru. Gambar 1 merepresentasikan surplus konsumen dan penambahan konsumsi yang dihasilkan ditunjukkan dengan segitiga P1 E P0. Surplus konsumen dari konsumsi yang dihasilkan dapat diestimasi dengan formula ½ (QP), dimana Qadalah kenaikan konsumsi dan P adalah perubahan dalam harga. Diperkirakan bahwa Q0, merepresentasikan jutaan unit yang dikonsumsi tiap tahun dan P1 adalah harga maksimum yang akan dibayar konsumen untuk satu unit baru (Abelson 1979).

2. Nilai barang yang tidak dipasarkan

Menurut Abelson (1979), ada tiga jenis manfaat yaitu manfaat pilihan (option benefit), manfaat tidak tergantung (interdependent benefit), dan manfaat keberadaan (existence benefit). Option benefit merupakan atribut manfaat untuk ketersediaan aset kapital, interdependent benefit terjadi ketika orang memperoleh kesenangan dari menikmati kesenangan yang lain dan existence benefit merupakan nilai yang dipasang untuk lingkungan dalam hak milik dan tanpa referensi untuk kegunaan manusia. Manfaat dari barang yang tidak dipasarkan direpresentasikan oleh area di bawah kurva permintaan yaitu A + B terlihat pada Gambar 1. Tidak adanya informasi harga pasar maka digunakan dua metode utama untuk mengestimasi apakah individu bersedia membayar untuk barang yang tidak dipasarkan adalah survei dan suatu teknik dimana digambarkan oleh para ekonomi sebagai analisis preferensi.

Analisis preferensi yang digunakan adalah studi tentang perilaku pasar untuk menyimpulkan nilai-nilai individu. Survei dan analisis preferensi yang terungkap harus digunakan sebagai pelengkap daripada sebagai teknik kompetisi. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan survei hipotesis tentang preferensi konsumen jauh diperkuat jika konsisten dengan perilaku pasar yang diamati, tapi kesimpulan statistik dari perilaku pasar juga diperkuat jika sesuai dengan keinginan yang diekspresikan.


(29)

3. Manfaat sekunder (secondary benefit)

Pengeluaran proyek dan surplus menghasilkan permintaan untuk barang dan jasa yang mengarah kepada penciptaan nilai tambah. Prediksi bahwa proyek dapat menghasilkan manfaat sekunder tidak berarti bahwa manfaat tersebut harus dihitung dalam evaluasi proyek dimana proyek-proyek alternatif dapat juga menghasilkan manfaat sekunder, hanya perbedaan dalam manfaat sekunder yang dapat mempengaruhi net present value (NPV) nasional secara agregat. Secara singkat, untuk tujuan cost benefit analysis (CBA) manfaat sekunder dapat diabaikan jika permintaan agregat tidak bergantung pada pilihan proyek. Manfaat sekunder mungkin penting, misalnya di wilayah negara-negara berkembang dengan sumberdaya tetapi sedikit proyek-proyek alternatif.

2.2 Penilaian biaya

Ada empat komponen penting dalam penilaian biaya (Abelson 1979): a. Perhitungan harga untuk buruh (labour)

Dalam ekonomi pasar kompetitif, biaya kesempatan (opportunity cost) dari tenaga kerja adalah upah yang diperlukan untuk menarik pekerja untuk proyek, kompensasi upah untuk upah pekerja terdahulu dalam pekerjaan alternatif. Pasar tidak kompetitif atau tidak ekonomi, opportunity cost tenaga kerja memiliki komponen langsung dan tidak langsung. Biaya langsung adalah jumlah dari nilai output yang hilang ditambah biaya lain yang terikat dengan perubahan gaya hidup para pekerja. Biaya tidak langsung mempekerjakan tenaga kerja jika tingkat preferensi waktu sosial (social time preference rate) lebih rendah dari laba atas investasi dan jika mempekerjakan buruh bukan mesin dapat meningkatkan konsumsi dan mengurangi surplus proyekreinvestment.

Umumnya biaya tidak langsung buruh dimasukkan dalam CBA hanya jika implikasi lain dari perbedaan antara pengembalian modal dan perhitungan social time preference rate (STPR). Ada dua ciri perhitungan harga untuk buruh yaitu pertama umumnya harga pasar di bawah untuk kelompok yang output masa depannya rendah atau tidak ada. Prediksi dimana bukan tingkat pekerjaan sekarang yang sangat menentukan perhitungan harga buruh dalam proyek-proyek yang berlangsung selama bertahun-tahun. Upah pasar umumnya merupakan


(30)

ukuran kepuasan dari biaya mempekerjakan buruh terampil. Kedua, biaya relatif dari semua buruh meningkat dari waktu ke waktu dengan peningkatan upah riil yang diimbangi dengan peningkatan produktivitas yang terus menerus.

b. Perhitungan harga untuk input material

Alasan menonjol bahwa harga pasar material dapat melebihi biaya sosial riil dari produksi disebabkan monopoli, pajak tidak langsung dan penggangguran. Diberikan perbedaan antara harga material dan biaya produksi yang sebenarnya, pertanyaannya adalah apakah perhitungan harga material harus dibebankan ke proyek dan jawaban umumnya adalah bahwa material-material yang disediakan dialihkan dari pengguna lain maka harga pasar mewakili biaya sosial karena mencerminkan nilai dalam penggunaan alternatif. Material yang disuplai dari peningkatan produksi tidak akan terjadi sebaliknya perhitungan harga adalah biaya produksi marginal, harus mengecualikan mark-up monopoli dan pajak tidak langsung dimana mencerminkan transfer dari konsumsi sumberdaya dan harus mencakup perhitungan harga yang sesuai untuk buruh yang terlibat dalam material produksi.

c. Perhitungan harga untuk lahan

Harga pasar untuk lahan memberikan beberapa indikasi dari nilai kepada masyarakat yang dimodifikasi dalam dua cara untuk merepresentasikan nilai sosial riil. Pertama, harga dapat dipengaruhi oleh subsidi yang diwakili oleh transfer dari pemerintah untuk pemilik lahan dibandingkan dengan nilai produktif riil lahan dimana subsidi tersebut adalah pengecualian dari CBA. Kedua, harga mungkin gagal mencerminkan eksternalitas dari penggunaan lahan tersebut, seperti polusi udara yang dapat merugikan pengguna industri pada masyarakat setempat. Eksternalitas negatif seperti ini akan mengurangi perhitungan harga lahan di bawah harga pasar. Secara luas, jika harga pasar harus direvisi maka nilai lahan mungkin lebih baik untuk diabaikan dengan memperkirakan keuntungan bersih terdahulu dalam penggunaan alternatif yang terbaik. Penilaian lahan dalam kepemilikan bersama mungkin lebih sulit, tetapi harus ditekankan bahwa


(31)

meskipun secara finansial kepada pemerintah lahan tidak memiliki biaya tapi masih memilikiopportunity cost.

d. Biaya eksternal (exsternal cost)

Biaya eksternal adalah pecahan kecil dari pendapatan rumah tangga yang dapat diasumsi untuk tujuan CBA dimana kompensasi dan nilai willingness to pay (WTP) dapat menjadi sama, tapi asumsi ini tidak dapat dipertahankan jika rumah tangga kehilangan asset terbesar seperti perdamaian dan ketenangan. Ada dua kemungkinan pendekatan untuk pendugaan nilai kompensasi. Pendekatan pertama, digunakan untuk estimasi utilitas marginal rata-rata dari uang yang dapat digunakan untuk konversi nilai WTP menjadi nilai kompensasi sedangkan pendekatan kedua digunakan untuk mengestimasi nilai kompensasi yang melibatkan pendugaan harga dimana rumah tangga akan membatalkan aset tertentu. Nilai-nilai kompensasi dapat digunakan jika CBA yang berkaitan dengan biaya dan manfaat dari setiap perubahan di masa kini dan dapat memperkirakan nilai kompensasi atas hilangnya asset saat ini yang membentuk bagian signifikan dari pendapatan rumah tangga.

2.3 Analisis biaya manfaat (cost benefit analysis)

Analisis biaya manfaat (Cost benefit analysis) dalam ekonomi lingkungan merupakan prinsip dasar yang dapat digunakan lebih lanjut untuk menilai atau mengukur barang lingkungan (environmental goods) yang tidak memiliki nilai pasar. Cost benefit analysis (CBA) menjadi alat utama dalam evaluasi ekonomi dari program-program masyarakat yang berkaitan dengan manajemen sumberdaya alam (Intanet al. 2007). CBA dipertimbangkan dengan maksimisasi nilai agregat dari barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat. Konsumsi dalam konsep ini termasuk lingkungan dan barang yang tidak dipasarkan lainnya yang dapat dinilai dalam istilah moneter (Abelson 1979). Pada dasarnya tujuan studi biaya manfaat mempengaruhi kesejahteraan individu, penilaian individu dari barang diukur dengan perilaku pasar atau dengan pendapat.

Tujuan CBA untuk menemukan tambahan manfaat bersih dari proyek, cukup untuk penerima keuntungan mampu untuk mengkompensasi pihak yang


(32)

menerima kerugian. Metode valuasi, khususnya CBA dipertimbangkan dalam tiga kriteria yang relevan untuk pembuatan keputusan seperti (Abelson 1979): (a) komperhensif; (b) kecocokan dengan partisipasi demokrasi dan prosedur keputusan; (c) biaya manfaat aktual dari metode dalam latihan. CBA mempunyai dua ciri utama yang berbeda. Pertama, usaha untuk nilai biaya dan benefit selama mungkin dalam unit moneter dapat diringkas dan dibandingkan. Kedua, CBA menyertakan pemandu keputusan seperti net present value (NPV) atau internal rate of return(IRR).

1. Pemandu keputusan (decision guide)

Menurut Kadariah et al. (1999) dalam mencari ukuran yang menyeluruh sebagai dasar penerimaan atau penolakan suatu proyek, dikembangkan berbagai macam indeks yang disebut kriteria investasi (investment criteria). Setiap indeks menggunakan nilai sekarang (present value) yang telah di discount dari arus-arus manfaat dan biaya selama umur suatu proyek. Kriteria investasi atau dua pemandu utama untuk pembuatan keputusan digunakan dalam CBA adalahnet present value(NPV) dan internal rate of return(IRR). NPV suatu proyek adalah selisihpresent value(PV) arus manfaat (benefit) denganpresent value(PV) arus biaya (cost). Dalam evaluasi suatu proyek tanda go dinyatakan oleh nilai NPV yang sama atau lebih besar dari nol. Jika NPV = 0, berarti proyek mengembalikan persis sebesar social opportunity cost of capital(SOC). Menurut Layard dan Walters (1976)dalam Abelson (1979) nilai agregat dari konsumsi dalam istilah present valuesangat tinggi dengan proyek dibanding tanpa proyek, jika r melebihi tingkatdiscount ratesosial, proyek diduga dalam kriteria dari nilai agregat dapat diterima.

NPV adalah selisih antara PV manfaat (benefit) dan PV biaya (cost). IRR adalah nilai discount rate social yang membuat NPV proyek sama dengan nol atau tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek. Suatu nilai IRR yang lebih besar atau sama dengan social discount rate menyatakan tanda diterima untuk suatu proyek, sedangkan IRR kurang dari social discount rate memberikan tanda ditolak. Kemungkinan ketiga pemandu keputusan adalah benefit cost ratio (BCR) digunakan dalam keadaan pasti. BCR seperti IRR dapat


(33)

digolongkan dalam proyek secara berbeda dari kriteria NPV. Menurut Feldstein dan Fleming (1964)dalam Abelson (1979), proyek harus dipilih dalam tingkatan present value(PV) per unit dari biaya pembatas sampai biaya pembatas tersebut terpakai. Margin proyek kecil dengan BCR yang tinggi tidak perlu digantikan dengan BCR yang rendah kecuali kalau jumlah present value dan proyek baru menerima dana lebih besar dibanding dari proyek besar (Layard 1976 dalam Abelson 1979).

2. Pilihan tingkat suku bunga (discount rate)

Pilihan tingkat suku bunga (discount rate) penting untuk dapat diterima sebuah proyek bahkan ketika pilihan terletak seperti tingkat yang serupa seperti 7% dan 10% per tahun. Pada pemandangan pertama nampak tidak ada masalah: surplus proyek dapat didiskon menurut bobot yang dipasang untuk konsumsi dalam periode yang berbeda yang dapat diberikan dengan social time preference rate (STRP). Kesulitan mengestimasi STRP, juga menghasilkan STRP rendah dibandingkan keuntungan sosial yang dapat dicapai pada investasi alternatif (biaya opportunitas sosial kapital, social opportunity cost ). Ukuran relevan dari social oportunity cost(SOC) adalah untuk memperoleh keuntungan total sebelum pajak pada marginal kapital pribadi. Pada pasar tidak sempurna, maka keuntungan sosial pada investasi private juga termasuk pembayaran untuk para pekerja dan untuk penyedia material menjadi lebih dan di atas perhitungan upah dan harga, seperti halnya manfaat eksternal dan biaya (Abelson 1979). Keuntungan total pada investasi private sesuai ukuran SOC jika pemerintah meminjam dana marginal dari sektor private atau jika mencoba maksimisasi konsumsi agregat, maka diperlukan usaha untuk menyamakan keuntungan marginal sosial untuk privatedan investasi publik.

Marginal investasi publik dapat menghasilkan surplus yang tinggi dibandingkan marginal investasi private. Menurut Abelson (1979), SOC harus diestimasi sebagai real rate dari keuntungan, tidak sebagai monetary rate. Dua cara mengestimasi STPR adalah dengan observasi perilaku pasar individu dan pengambilan pendekatan sosial untuk masalah. STPR dapat didefinisikan sebagai produk dari rate yang diharapkan dari pertumbuhan pendapatan per kapita dan


(34)

elastisitas marginal utilitas dari konsumsi per kapita. Jika dikatakan elastisitas 1,5 dan pertumbuhan pendapatan per kapita yang diharapkan 3% per tahun, maka STPR sama dengan 4,5% per tahun (Layard 1972 dalam Abelson 1979). Discount rate yang lebih sering dipilih adalah SOC. Alasan pertama bahwarate SOC dari discountmenyeimbangkan kapital yang diterima untuk proyek dengan kapital yang dapat diterima. Kedua, menggunakan SOC membuat lebih mudah untuk menghindari ketidakefisien proyek. Ketiga, menggunakan SOC adalah konsisten dengan usaha untuk maksimisasi nilai agregat dari konsumsi.

3. Analisis pendistribusian

Secara tradisonal, CBA digunakan untuk maksimisasi nilai konsumsi agregat dengan tanpa melihat kelompok manfaat (benefit) dan biaya (cost). Ada dua dasar pemikiran untuk hal ini. Pertama, jika kriteria ini diterapkan oleh rumah tangga maka lebih baik jika proyek dibandingkan dengan NPV negatif (Abelson 1979). Kedua, kasus yang kuat dapat dibuat untuk gambaran sasaran distribusi yang dapat dicapai lebih efektif dengan sedikit biaya dan kombinasi dari perpajakan, pengeluaran dan kebijakan moneter dibanding melalui proyek individu dengan NPV yang negatif. Dua komponen utama analisis distribusi yang berguna dan terkenal. Pertama adalah analisis dari timbulnya biaya (cost) dan manfaat (benefit) pada kelompok masyarakat yang dipilih, kadang-kadang disebut analisis kecelakaan (incidence analysis) yang melibatkan penentuan (Abelson 1979): (a) data apa yang diperlukan dalam penambahan yang dikumpulkan untuk kalkulasi NPV; (b) kelompok mana yang berarti; (c) bagaimana biaya dan manfaat bertahan atau ditinggalkan antara kelompok.

Kedua, komponen analisis distribusi memperlihatkan bagaimana timbulnya biaya dan manfaat yang dapat mempengaruhi keputusan proyek. Bagian pertama dari distribusi ini mengestimasi surplus. Beberapa dari surplus untuk pekerja pada proyek dan untuk bisnis menyediakan material untuk proyek dibayar lebih dibanding perhitungan harga untuk tenaga kerja dan material (Abelson 1979). Kedua, transfer mempengaruhi timbulnya biaya dan manfaat, meskipun tidak mempengaruhi nilai konsumsi agregat. Transfer ini menjadi


(35)

pengaruh utama dari pajak tidak langsung dan subsidi. Ketiga, besaran dan distribusi manfaat sekunder dan biaya.

4. Ketidakpastian (uncertainty)

Menurut Abelson (1979), ketidakpastian untuk CBA berarti: (a) manfaat dan biaya mempunyai cakupan nilai kemungkinan; (b) berarti nilai riil dari manfaat dan biaya dan kemungkinan distribusi tidak diketahui, bagaimana seharusnya masalah ini dapat diselesaikan yaitu pertama dapat dibuat titik umum perbedaan antara variabel yang dapat diukur dengan variabel yang tidak dapat diukur yang mencerminkan tingkat ketidakpastian disekelilingnya dibandingkan jenis biaya dan manfaat yang terwakili. Analisis ketidakpastian yang paling umum digunakan adalah pengujian sensitivitas, ini menunjukkan variasi dalam NPV sebagai fungsi dari perubahan dalam nilai yang ditangkap untuk variabel khusus seperti harga ramalan atau output. Bentuk analisis ketidakpastian umumnya disukai oleh para ekonom adalah metode nilai yang diharapkan. Nilai yang diharapkan dari satu variabel adalah rata-rata dari semua nilai variabel, ini belum tentu nilai yang kita harapkan terjadi dalam beberapa kasus nilai yang harapkan adalah sesuatu yang belum tentu terjadi.

Sudut pandang sosial, nilai dari sebuah asset adalah nilai yang diharapkan digunakan jika perubahan tidak dapat diubah. Alasan bahwa dengan peningkatan pengetahuan tingkat investasi dibawah dapat diperbaiki, mengingat kesalahan kelebihan investasi tidak dapat diubah dan konsekuensi yang mungkin membawa kerugian jangka panjang. Asimetris ini berarti bahwa manfaat yang diharapkan dari suatu keputusan yang tidak dapat diubah harus dapat diatur untuk mencerminkan kehilangan dari pilihan yang diperlukan. Ketika hal ini tidak dapat diteruskan, secara normal CBA akan mengadopsi uji sensitivitas untuk menunjukkan efek dari tinggi atau rendahnya nilai dari variabel-variabel penting, walaupun terbatas, uji ini dapat memberikan gambaran yang jelas. Secara final estimasi dari distribusi NPV suatu proyek tidak memutuskan keberlangsungan proyek, tetapi pemecahan bergantung pada sikap pembuat keputusan terhadap resiko.


(36)

2.4 Teknik dan valuasi ekonomi

Kerangka nilai ekonomi yang digunakan dalam mengevaluasi ekonomi sumberdaya alam adalah konsep nilai ekonomi total (total economic value).Total economic value (TEV) merupakan penjumlahan dari nilai ekonomi berbasis pemanfaatan (use value) dan nilai ekonomi berbasis bukan pemanfaatan (non use value). Secara rinci, tipologi TEV terlihat pada Gambar 2, dan definisi nilai TEV terlihat pada Tabel 7 (Barton 1994dalamAdrianto 2006).

Gambar 2 TipologiTotal Economic Value(Diadopsi dari Adrianto 2006).

Tabel 7 Definsi Total Nilai Ekonomi (TEV)

No Jenis Nilai Definsi

1 Direct use value Nilai ekonomi yang diperoleh dari pemanfaatan langsung dari suatu sumberdaya atau ekosistem

2 Indirect use

value

Nilai ekonomi yang diperoleh dari pemanfaatan tidak langsung dari suatu sumberdaya atau ekosistem

3 Option value Nilai ekonomi yang diperoleh dari potensi pemanfaatan langsung maupun tidak langsung dari suatu sumberdaya atau ekosistem di masa mendatang

4 Bequest value Nilai ekonomi yang diperoleh dari manfaat pelestarian sumberdaya atau ekosistem untuk kepentingan generasi mendatang

5 Existence value Nilai ekonomi yang diperoleh dari sebuah persepsi bahwa keberadaan dari suatu sumberdaya atau ekosistem itu ada, terlepas dari apakah sumberdaya atau ekosistem tersebut dimanfaatkan atau tidak

Sumber : Barton (1994)dalamAdrianto (2006)

Total Economic Value

Direct Use Value

Indirect Use Value

Option Value

Existence Value Use

Value

Non Use Value

Bequest Value


(37)

Metode valuasi secara umum terdiri atas dua pendekatan yaitu, pertama pendekatan manfaat (benefit) menyangkut nilai pasar (market value), nilai pasar pengganti (substitute atau surrogate) atau barang-barang komplementer (complementary goods). Metode valuasi dengan pendekatan manfaat untuk nilai pasar adalah effect on production (EOP), sedangkan metode valuasi untuk nilai penganti adalah travel cost method (TCM). Kedua, pendekatan biaya (cost) contohnya biaya pengganti (replacement cost), proyek bayangan (shadow project), pencegahan pengeluaran (preventive expenditure) dan biaya relokasi (relocation cost). Metode valuasi berdasarkan survei untuk mengukur keinginan membayar (willingness to pay) dan keinginan untuk menerima (willingness to accept) dengan mengeksplor preferensi dari konsumen melalui pendekatan contingen valuation method(CVM).

2.4.1 Pendekatan produktivitas (effect on production approach)

Metode valuasi effect on production (EOP) digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh terhadap produksi dari sumberdaya alam. Pendekatan produktivitas memandang sumberdaya alam sebagai input dari produk akhir yang kemudian digunakan masyarakat luas, dengan demikian maka langkah pertama dari pendekatan ini adalah menentukan aliran jasa dari sumberdaya alam yang dinilai kemudian dianalisis hubungannya dengan produk akhir yang dikonsumsi masyarakat. Pendekatan EOP memerlukan sebuah pendekatan yang integratif antara arus ekologi dan arus ekonomi, karena pendekatan ini lebih memfokuskan pada perubahan aliran fungsi ekologis yang memberikan dampak pada nilai ekonomi sumberdaya alam yang dinilai.

Secara konseptual, pendekatan produktivitas beranjak dari pemikiran bahwa apabila ada gangguan terhadap sistem sumberdaya alam (seperti polusi), maka kemampuan sumberdaya alam untuk menghasilkan aliran barang dan jasa menjadi terganggu. Gangguan ini mengakibatkan perubahan produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan merubah perilaku pemanfaatannya. Menurut Adrianto (2006), perubahan perilaku pemanfaatan ini akan mengubah nilai sumberdaya alam tersebut, secara diagram kerangka berfikir dari pendekatan produktivias ini disajikan pada Gambar 3.


(38)

Gambar 3 Kerangka Berfikir Pendekatan EOP (Diadopsi dari Adrianto 2006).

Pengukuran untuk barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam yang diperdagangkan (traded goods) dengan harga yang terukur dapat dilihat dari perubahan dalam surplus konsumen. Pengukuran yang didasarkan pada perubahan surplus konsumen adalah untuk mengukur seberapa besar kehilangan surplus akibat perubahan harga atau kuantitas yang mempengaruhi keinginan membayar seseorang terhadap komoditas yang dihasilkan dari sumberdaya alam. Surplus konsumen adalah pengukuran kesejahteraan ditingkat konsumen yang diukur berdasarkan selisih keinginan membayar dari seseorang dengan apa yang sebenarnya dibayar (Fauzi 2006).

2.4.3Contingen Valuation Method(CVM)

Penilaian berdasarkan preferensi (contingen valuation method) adalah metode yang digunakan untuk melihat atau mengukur seberapa besar nilai suatu barang berdasarkan estimasi seseorang. Contingen valuation method (CVM) adalah suatu pendekatan untuk mengetahui seberapa besar nilai yang diberikan seseorang untuk memperoleh suatu barang (willingness to pay) dan seberapa besar

Gangguan terhadap SDA

Fungsi sistem SDA terganggu

Aliran produksi barang dan jasa

terganggu

Perubahan produksi barang dan jasa

Perubahan perilaku pemanfaatan SDA

Perubahan nilai manfaat SDA


(39)

nilai yang diinginkan untuk melepaskan suatu barang (willingness to accept), jika harus kehilangan kualitas lingkungan yang baik (Adrianto 2006). Cost benefit analysis (CBA) merupakan teknik yang digunakan dan membantu dalam pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan. CBA digunakan untuk mengukur semua keuntungan atau dampak positif (benefit) dan biaya (cost) sebuah pengelolaan dari awal sampai akhir dalam bentuk nilai uang dan memberikan ukuran efisiensi ekonomi (Kusumastanto 2000).

2.5 Eksternalitas

Konsumsi terhadap barang publik (public goods) sering menimbulkan eksternalitas atau damapak eksternal. Eksternalitas terjadi jika kegiatan produksi atau konsumsi dari satu pihak mempengaruhi utilitas dari pihak lain secara tidak diinginkan, dan pihak pembuat eksternalitas tidak menyediakan kompensasi terhadap pihak yang terkena dampak. Kaitannnya dengan sumberdaya alam, eksternalitas penting untuk diketahui karena eksternalitas akan menyebabkan alokasi sumberdaya yang tidak efisien (Fauzi 2006). Eksternalitas adalah pengaruh atau dampak yang diterma oleh beberapa pihak sebagai akibat dari kegiatan ekonomi, baik produksi, konsumsi atau pertukaran yang dilakukan oleh pihak lain. Eksternalitas dapat bersifat menguntungkan (positive externality) dan bersifat merugikan (negative externality), dengan adanya eksternalitas kita tidak dapat mencapai kondisi-kondisi pareto optimal.

P

Marginal Sosial cost

Marginal Private Cost

ps pp

D

qs qp Jumlah output


(40)

2.6 Ekosistem terumbu karang

Terumbu karang menyediakan barang dan jasa seperti seafood, rekreasi, perlindungan pantai seperti estetika dan manfaat budaya. Hampir sepertiga dari laut di dunia ditemukan spesies ikan pada terumbu karang, dan tangkapan dari area terumbu mendasari sekitar 10% dari ikan yang dikonsumsi manusia. Jennings dan Polunin (1996) dalam Folke dan Moberg (1999), mengkalkulasi bahwa 1 km2dari aktivitas pertumbuhan terumbu dapat menyokong lebih dari 300 orang. Empat tipe utama terumbu karang adalah fringing reef, barrier reef, atol dan platform reef (Tabel 8), banyak fungsi berbeda diantara tipe karang ini dan berhubungan dalam tingkat yang bervariasi untuk sistem lain seperti hutan mangrove, padang lamun dan laut terbuka.

Tabel 8 Empat Tipe Karang Utama

Sumber: Folke dan Moberg (1999)

Terumbu karang sebagai penyangga fisik padang lamun dan mangrove, untuk interaksi fisik jasa biologi dan interaksi biogeochemical antara ekosistem yang salling berhubungan. Ogden (1988) dalam Folke dan Moberg (1999), menyebutnya sebagai biomas zona pantai tropis yang terdiri atas mozaik kompleks dari mangrove, padang lamun dan terumbu karang (Gambar 5).

Platform reefs Fringing reefs

Barrier reefs Atolls

Secara frekuensi ditemukan di laguna yang dibentuk oleh atol dan barrier reefs

Lagun Great

Barrier reef, Belize, Laut Merah, Bahama

Dekat

mengikuti garis pantai,

Lagun sempit yang dangkal

Laut Merah, Afrika Timur, Seychelles dan Pulau Indo-Pasifik lain, banyak karang Karibia

Dipisahkan dari tanah dengan lebar secara relatif, lagun bagian dalam

Great Barrier reef in Australia, Barrier reef Belize, Mayote di Samudera India Barat

Horshore dibentuk atau reef bulat disekeliling pusat lagun (sering jauh dari tanah di laut terbuka)

>95% dari atol di Indo-Pasifik, lainnya ditemukkan di luar Belize dan di Atlantik Barat


(41)

(42)

Tabel 9 Good and Ecological ServiceEkosistem Terumbu Karang

Goods Ecological service

Sumberdaya pulih Penambangan karang

Jasa struktur fisik

Jasa biotik

Jasa biogeokimia Jasa Informasi

Jasa sosial dan budaya Dalam ekosistem Antar ekosistem

Produkseafood Balok karang dan pasir untuk

bangunan Perlindungan garis pantai Pemeliharaan habitat Pendukung biologi melalui hubungan bergerak Perbaikan nitrogen Monitoring dan pencatatan polusi Penyokong rekreasi

Bahan baku untuk obat-obatan

Bahan material untuk produksi kapur dan semen

Penambahan kekuatan tanah Pemeliharaan biodiversitydan perpustakaan genetik Ekspor produksi organik dan plakton untuk jaringan makanan pelagis

CO2/ kontrol persediaan Ca

Pencatatan iklim Nilai estetika dan inspirasi

akustik Bahan baku lain

(rumput laut dan alga untuk agar,

pupuk dll) Minyak mineral dan gas Promosi pertumbuhan mangrove dan padang lamun Pengaturan proses dan fungsi

ekosistem - Asimilasi sampah -Menopang mata pencaharian masyarakat Barang seni dan

perhiasan - Generasi pasir

karang Pemeliharaan ketahanan biologi - - -Penyokong budaya, agama dan nilai spritual Ikan hidup dan

karang dikumpulkan untuk perdagangan aquarium - - -


(43)

2.6.1 Produk ekosistem terumbu karang (ecological goods of coral reefs) Terumbu karang menghasilkan berbagai produk makanan laut seperti ikan, remis, krustasea, teripang dan rumput laut. Tangkap lebih (overfishing) terumbu karang diasosiakan dengan populasi ikan merupakan masalah utama. Industri farmasi menemukan manfaat unsur potensial dengan anti-kanker, menghambat AIDS, anti-mikroba, anti radang dan anti pembekuan kekayaan antara rumput laut, sponge, moluska, karang, dan anemon laut di terumbu (Folke dan Moberg 1999). Sebagai pupuk dan skeleton, karang terbukti memiliki peluang dalam operasi penyokong tulang. Manfaat terumbu karang yang paling merusak adalah eksploitasi karang keras untuk material bangunan dan untuk produksi kapur, perekat, mortir dan semen.

2.6.2 Jasa ekosistem terumbu karang (ecological service of coral reefs) Terumbu karang menghasilkan persediaan pasir karang pantai yang baik dengan karakteristik pasir putih dari pulau tropis dan satu dari atraksi utama dalam turis pantai. Fungsi terumbu karang penting sebagai daerah memijah, pengasuhan, beternak dan mencari makan untuk banyak organisme. Terumbu karang penting dalam pemeliharaan keanekaragaman hayati yang luas dan perpustakaan genetik untuk generasi mendatang. Sekitar 60 ribu hewan dan tumbuhan yang hidup pada karang, spesies lain dan kelompok spesies penting dalam pemeliharaan ketahanan ekosistem terumbu karang. Beberapa organisme terumbu karang migrasi di antara ekosistem yang bersebelahan seperti ikan migrasi ke mangrove dan padang lamun dana menjadikannya sebagai daerah pengasuhan (nursery ground).

Migrasi ikan dari ekosistem terumbu karang dapat mempengaruhi siklus nutrien dari padang lamun dan mangrove melalui ekresi. Terumbu karang tidak hanya menyediakan perlindungan fisik, tetapi juga pendukung biologi untuk padang lamun, mangrove dan laut terbuka. Hubungan secara biologi adalah input untuk karang dari dan produk dari migrasi ikan (Folke dan Moberg 1999). Input dari nutrien dan bahan organik dari migrasi kemudian makan di padang lamun pada malam dan beristirahat di atas koloni karang sepanjang hari, meningkatkan pertumbuhan terumbu karang. Terumbu karang mendukung jaringan makanan


(44)

pelagis dengan ekspor dari kelebihan produksi organik dan dipecahkan bahan organik seperti bakteri plankton, fitoplankton, dan zooplankton. Terumbu karang berfungsi sebagai pencampur nitrogen dalam lingkungan yang kurang nutrien.

Karang mungkin tidak produktif dan berbeda tanpa kapasitas dari mikroba dan asosiasi cyanobacteria dalam biotope karang bawah dan juga cyanobacteria dalam kolom air untuk asimilasi nitrogen atmosfir (Folke dan Moberg, 1999). Kemampuan mencampur nitrogen tidak hanya untuk sistem karang tapi juga untuk produktivitas komunitas pelagis yang bersebelahan untuk pelepasan kelebihan nitrogen yang tercampur dalam karang. Proses biokimia terumbu karang memegang peranan yang signifikan dalam keseimbangan dunia kalsium. Terumbu karang dapat mengubah, mengurai dan menyerap limbah yang dilepaskan manusia dan menyediakan jasa pembersihan. Produk minyak tang dalam lingkungan laut diuiraikan oleh mikroba, memutar hidrokarbon menjadi karbon dioksida dan air. Seperti jasa asimilasi limbah dari karang diuraikan dalam studi kasus Galapagos oleh de Groot (1992) dalam Folke dan Moberg (1999), telah diestimasi mempunyai nilai US$ 57 per ha per tahun.

Organisme karang digunakan dalam monitoring dan sebagai catatan polusi. Terumbu karang merupakan sistem sangat sensitif dan secara ekstentif digunakan dalam pertukaran monitoring terbaru dalam lingkungan laut dan efek dari gangguan manusia. Terumbu karang berfungsi sebagai pencatat iklim, komposisi kimia skeleton karang dapat digunakan untuk rekonstruksi temperatur permukaan laut tropis dan jalur variasi dalam salinitas. Lapisan deposit karang raksasa dari skeleton bertukar-tukar dan densitas bergantung pada kondisi lingkungan. Terumbu karang pendukung rekreasi, nilai rekreasi karang diindikasikan dengan banyaknya pendapatan turis. Nilai finansial turis di Greet Barrier Reef World Heritage Area (WHA) diestimasi oleh Driml (1994) dalam Folke dan Moberg (1999), menjadi US$ 682 juta tiap tahun.

2.7 Terumbu buatan (artificial reefs)

Terumbu buatan (artificial reefs) adalah satu atau lebih objek dari alam atau berasal dari manusia yang disebar secara penuh pada dasar laut untuk mempengaruhi fisik, biologi, atau proses sosial ekonomi dihubungankan ke


(45)

sumberdaya penghuni laut (Seaman 2000). Terumbu buatan didefinisikan sebagai benda berbentuk kotak bolong dikeenam sisinya, yang terbuat dari susunan batangan beton bertulang yang dapat mempengaruhi jumlah dan jenis biota yang memanfaatkannya (Mawardi 2003). Menurut Seaman (2000), manfaat terumbu buatan (artificial reefs) pada lingkungan laut antara lain: (1) menambah produksi perikanan artisinal; (2) meningkatkan poduksi pemancingan komersial; (3) lokasi produksi akuakultur; (4) meningkatkan rekreasi pemancingan dengan kail dan tombak; (5) lokasi rekreasi diving; (6) kontrol kematian ikan; (7) manipulasi sejarah hidup organisme; (8) perlindungan habitat; (9) konservasi dan biodiversity.

Menurut Chou (1997), fungsi utama dari terumbu buatan adalah (1) tempat berkumpulnya organisme terutama ikan sehingga dapat menambah efisiensi penangkapan; (2) meningkatkan produktivitas alam dengan menyediakan habitat baru untuk organisme menempel yang berkontribusi pada rantai makanan; (3) menyediakan habitat baru spesies target; (4) melindungi organism kecil atau juvenile dan sebagai nursery ground; (5) pelindung pantai dari gelombang serta sebagai tempat naungan organism dari arus yang kuat dan pemangsaan; (6) meningkatkan kompleksitas habitat dasar. Karakteristik terumbu buatan (artificial reefs) menunjuk pada komponen fisik terumbu dan lingkungan fisik dimana terumbu ditempatkan. Secara umum, terumbu buatan (artificial reefs) ditempatkan di pantai yang dangkal dan perairan estuaria sepanjang danau dan sungai. Terumbu juga diletakan di pantai dangkal untuk mengontrol erosi. Terumbu diletakan di dasar lautan atau estuari yang merupakan subjek untuk kekuatan arus (Seaman 2000).

Struktur terumbu menunjuk kepada material fisik dari komposisi dan distribusi geografi seperti material terumbu. Untuk capaian keberhasilan terumbu, penting untuk memastikan struktur terumbu akan tinggal di lokasi dengan (1) penentangan kekuatan hidrodinamik lokal; (2) tidak melebihi kemampuan sedimen dasar untuk mendukung bobot struktur terumbu dan (3) pengaturan struktur integritas material. Terumbu buatan (artificial reefs) digambarkan dengan desain dan pengaturan material yang digunakan dalam konstruksi. Material dapat


(46)

(47)

kompleksnya interaksi dalam ekosistem terumbu karang menyebabkan sukarnya mendapatkan bentuk umum dan desain terumbu buatan untuk semua perairan. Pembuatan terumbu buatan dengan cara mengecor adonan semen, batu kricak, dan pasir pada sebuah cetakan. Kotak-kotak itu kemudian disusun menjadi bentuk piramida, dengan komposisi sembilan (bawah), empat (tengah), satu (puncak), kemudian diikat satu sama lain. Proses selanjutnya yaitu menenggelamkan piramida ke dalam laut. Kedalamannya harus memenuhi syarat minimal 10 sampai 30 meter dari permukaan laut, supaya tidak menganggu pelayaran. Setelah terpasang di lokasi yang memenuhi syarat, di permukaan ditempatkan sebuah pelampung yang dihubungkan dengan tali dan diikatkan pada karang buatan itu. Pelampung itu akan menjadi tanda atau peringatan bagi pengguna perairan, bahwa di lokasi yang dimaksud terdapat karang buatan. Benda ini selanjutnya akan dihinggapi binatang-binatang karang, yang seiring perjalanan waktu akan mengalami proses pengerasan atau pengapuran.

2.8 Aspek sosial dan ekonomi terumbu buatan (artificial reefs)

Pengumpulan data sosial dan evaluasi adalah suatu bagian integral dari suatu strategi adaptasi managemen untuk penggunaan sumberdaya dengan monitoring, evaluasi fisik, biologi dan tanggapan sistem sosial harus diselenggarakan untuk menduga hipotesis kerja awal untuk mengurangi ketidakpastian ilmiah sebagai informasi publik dan jika perlu untuk mengembangkan hipotesis alternatif dan rencana pelaksanaan (Milonet al. 1979 dalam Seaman 2000). Gambar 7 menunjukkan kerangka umum untuk adaptasi manajemen terumbu buatan. Tujuan sosial dan kebijakan untuk pengembangan terumbu buatan dinyatakan melalui variasi politik dan agen pemerintahan. Tujuan atau sasaran ini secara umum sering dinyatakan dan memerlukan perbaikan lebih lanjut oleh ahli untuk menjadi dasar sasaran penelitian. Kebijakan alternatif tersedia untuk menunjuk tujuan sosial dalam konteks sasaran penelitian studi produktivitas dan biaya manfaat dari potensi material dan lokasi terumbu buatan.


(48)

Gambar 7 Kerangka Adaptasi Manajemen untuk Penelitian Terumbu Buatan (Diadopsi dari Seaman 2000).

Artificial Reef Social/ Policy Goals Research Objectives Ecological Process/ Response Hypotheses Social Process/ Response Hypotheses Prefered Options Implementasi Monitoring and Evaluation of Physical, Biological and Social System Response F e e d b a c k A n d A d a p i t i v e R e s p o n s e F e e d b a c k A n d A d a p i t i v e R e s p o n s e


(49)

Bentuk dan interpretasi sasaran penelitian dibentuk oleh ahli bahwa pemahaman hubungan antara pengaruh sosial dan ekologi dari sistem dan penentu kebijakan terumbu buatan dalam mencapai tujuan sosial spesifik. Ketika pembuat kebijakan dan ahli setuju pada sasaran penelitian, kumpulan hipotesis dibentuk tentang proses ekologi dan sosial dalam sistem terumbu buatan bahwa hasil dalam seleksi lokasi dan bentuk lebih disukai. Proses adaptasi managemen juga menyediakan forum penggunaan penuh untuk stakeholder yang berminat dalam pengembangan terumbu buatan. Informasi dokumen sosial ekonomi tentang terumbu buatan dapat digunakan untuk mendidik non-user tentang jasa yang disediakan oleh sumberdaya pantai (Ditton dan Burke 1985dalamSeaman 2000).

Langkah assesment sosial ekonomi meliputi sasaran atau identifikasi hipotesis, mengembangkan instrumen survei dan pengumpulan data dan analisis. Langkah-langkah ini kompleks dan mudah menjadi bias dalam beberapa cara, hasil tidak dapat valid kecuali jika ahli pemandu berpengalaman dan banyak mengetahui identifikasi pada langkah pertama dari evaluasi yang dapat diuji dengan instrumen penelitian spesifik dan data yang dikumpulkan dalam langkah dua dan tiga. Sasaran khusus ekologi atau lingkungan didefinisikan untuk memandu pengumpulan data dan upaya evaluasi yang juga dapat digunakan untuk menduga sasaran sosial ekonomi yang lebih luas. Kerangka untuk dugaan sosial ekonomi pada suatu proyek terumbu buatan dengan empat tingkat definisi sasaran dan tujuan sosial, kebijakan, perilaku (behariour) dan pelaksanaan (Gambar 8).


(50)

Gambar 8 Tujuan dan Sasaran Definisi untuk ProgramArtificial Reef(Diadopsi dari Seaman 2000). Sasaran Kebijak an Menghasilkan ekonomi positif dan atau dampak

social dan atau

benefituntuk ekonomi lokal

Meningkatan turis pada suatu

area atau meningkatan jumlah pemancing rekeasional Meningkatan produktivitas dan efisiensi industri Meningkatan tarif/ kepuasana rekreasi pemancingan Mengurangi biaya pemancingan komersial Meningkatakan jumlah lokasi pemancingan artificial reef

pantai dan dekat pantai Menyediakan lokasi pemancingan Tujuan sosial Sasaran Perilaku

E V A L U A S I

Analisis Dampak Sosial dan Ekonomi Analisi s Efisien si

Monitoring lewat observasi, survei dan atau wawancara langsung

Sasaran Tindaka


(1)

Uraian

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A. Manfaat Manfaat Langsung

a. Perikanan 129,396,000 129,396,000 129,396,000 129,396,000 129,396,000 129,396,000 129,396,000 129,396,000 129,396,000 129,396,000 Manfaat Tidak Langsung

a.Feeding Ground 2,106,000 2,106,000 2,106,000 2,106,000 2,106,000 2,106,000 2,106,000 2,106,000 2,106,000 2,106,000

b. Perlindungan Pantai 323,095,500 323,095,500 323,095,500 323,095,500 323,095,500 323,095,500 323,095,500 323,095,500 323,095,500 323,095,500

Manfaat Pilihan 12,308,400 12,308,400 12,308,400 12,308,400 12,308,400 12,308,400 12,308,400 12,308,400 12,308,400 12,308,400

Manfaat Keberadaan 1,052,000 1,052,000 1,052,000 1,052,000 1,052,000 1,052,000 1,052,000 1,052,000 1,052,000 1,052,000

Total Manfaat 467,957,900 467,957,900 467,957,900 467,957,900 467,957,900 467,957,900 467,957,900 467,957,900 467,957,900 467,957,900

Discount Rate(15%) 1.00 0.869 0.756 0.657 0.571 0.497 0.432 0.375 0.326 0.284 0.247

Present Value 0 406,655,415 353,776,172 307,448,340 267,203,961 232,575,076 202,157,813 175,484,213 152,554,275 132,900,044 115,585,601 B. Biaya

Investasi 213,500,000 213,500,000

perikanan 1,336,000 1,336,000 1,336,000 1,336,000 1,336,000 1,336,000 1,336,000 1,336,000 1,336,000 1,336,000

Artificial Reef 439,884,854 439,884,854 439,884,854 439,884,854 439,884,854 439,884,854 439,884,854 439,884,854 439,884,854 439,884,854

Total Biaya 213,500,000 441,220,854 441,220,854 441,220,854 441,220,854 441,220,854 654,720,854 441,220,854 441,220,854 441,220,854 441,220,854

Discount Rate (15%) 1.00 0.869 0.756 0.657 0.571 0.497 0.432 0.375 0.326 0.284 0.247

Present Value 213,500,000 383,420,922 333,562,966 289,882,101 251,937,108 219,286,764 282,839,409 165,457,820 143,837,998 125,306,723 108,981,551

PV Benefit 2,923,800,959

PV Cost 3,119,270,896

NPV (195,469,937)


(2)

Lanjutan Lampiran 21

Uraian Tahun

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

A. Manfaat Manfaat Langsung

a. Perikanan 129,396,000 129,396,000 129,396,000 129,396,000 129,396,000 129,396,000 129,396,000 129,396,000 129,396,000 129,396,000 Manfaat Tidak

Langsung

a.Feeding Ground 2,106,000 2,106,000 2,106,000 2,106,000 2,106,000 2,106,000 2,106,000 2,106,000 2,106,000 2,106,000

b. Perlindungan Pantai 323,095,500 323,095,500 323,095,500 323,095,500 323,095,500 323,095,500 323,095,500 323,095,500 323,095,500 323,095,500 Manfaat Pilihan 12,308,400 12,308,400 12,308,400 12,308,400 12,308,400 12,308,400 12,308,400 12,308,400 12,308,400 12,308,400

Manfaat Keberadaan 1,052,000 1,052,000 1,052,000 1,052,000 1,052,000 1,052,000 1,052,000 1,052,000 1,052,000 1,052,000

Total Manfaat 467,957,900 467,957,900 467,957,900 467,957,900 467,957,900 467,957,900 467,957,900 467,957,900 467,957,900 467,957,900

Discount Rate(15%) 0.214 0.186 0.162 0.141 0.122 0.106 0.092 0.08 0.07 0.061

Present Value 100,142,991 87,040,169 75,809,180 65,982,064 57,090,864 49,603,537 43,052,127 37,436,632 32,757,053 28,545,432 B. Biaya

Investasi 213,500,000 213,500,000

perikanan 1,336,000 1,336,000 1,336,000 1,336,000 1,336,000 1,336,000 1,336,000 1,336,000 1,336,000 1,336,000

Artificial Reef 439,884,854 439,884,854 439,884,854 439,884,854 439,884,854 439,884,854 439,884,854 439,884,854 439,884,854 439,884,854

Total Biaya 441,220,854 654,720,854 441,220,854 441,220,854 441,220,854 441,220,854 441,220,854 654,720,854 441,220,854 441,220,854

Discount Rate (15%) 0.214 0.186 0.162 0.141 0.122 0.106 0.092 0.08 0.07 0.061


(3)

Uraian Tahun

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A. Manfaat Manfaat Langsung

a. Perikanan 780,508,800 780,508,800 780,508,800 780,508,800 780,508,800 780,508,800 780,508,800 780,508,800 780,508,800 780,508,800

Manfaat Tidak Langsung

a.Feeding Ground 4,750,000 4,750,000 4,750,000 4,750,000 4,750,000 4,750,000 4,750,000 4,750,000 4,750,000 4,750,000

b. Perlindungan Pantai 649,630,800 649,630,800 649,630,800 649,630,800 649,630,800 649,630,800 649,630,800 649,630,800 649,630,800 649,630,800

Manfaat Pilihan 24,747,840 24,747,840 24,747,840 24,747,840 24,747,840 24,747,840 24,747,840 24,747,840 24,747,840 24,747,840

Manfaat Keberadaan 2,115,000 2,115,000 2,115,000 2,115,000 2,115,000 2,115,000 2,115,000 2,115,000 2,115,000 2,115,000

Total Manfaat 1,461,752,440 1,461,752,440 1,461,752,440 1,461,752,440 1,461,752,440 1,461,752,440 1,461,752,440 1,461,752,440 1,461,752,440 1,461,752,440

Discount Rate(15%) 1.00 0.869 0.756 0.657 0.571 0.497 0.432 0.375 0.326 0.284 0.247

Present Value 0 1,270,262,870 1,105,084,845 960,371,353 834,660,643 726,490,963 631,477,054 548,157,165 476,531,295 415,137,693 361,052,853 B. Biaya

Investasi 30,000,000 30,000,000

perikanan 870,000 870,000 870,000 870,000 870,000 870,000 870,000 870,000 870,000 870,000

Artificial Reef 283,796,680 283,796,680 283,796,680 283,796,680 283,796,680 283,796,680 283,796,680 283,796,680 283,796,680 283,796,680

Total Biaya 30,000,000 284,666,680 284,666,680 284,666,680 284,666,680 284,666,680 314,666,680 284,666,680 284,666,680 284,666,680 284,666,680

Discount Rate (15%) 1.00 0.869 0.756 0.657 0.571 0.497 0.432 0.375 0.326 0.284 0.247

Present Value 30,000,000 247,375,345 215,208,010 187,026,009 162,544,674 141,479,340 135,936,006 106,750,005 92,801,338 80,845,337 70,312,670

PV Benefit 9,133,029,245

PV Cost 1,829,537,417

NPV

7,303,491,828


(4)

Lanjutan Lampiran 22

Uraian Tahun

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

A. Manfaat Manfaat Langsung

a. Perikanan 780,508,800 780,508,800 780,508,800 780,508,800 780,508,800 780,508,800 780,508,800 780,508,800 780,508,800 780,508,800 Manfaat Tidak Langsung

a.Feeding Ground 4,750,000 4,750,000 4,750,000 4,750,000 4,750,000 4,750,000 4,750,000 4,750,000 4,750,000 4,750,000

b. Perlindungan Pantai 649,630,800 649,630,800 649,630,800 649,630,800 649,630,800 649,630,800 649,630,800 649,630,800 649,630,800 649,630,800

Manfaat Pilihan 24,747,840 24,747,840 24,747,840 24,747,840 24,747,840 24,747,840 24,747,840 24,747,840 24,747,840 24,747,840

Manfaat Keberadaan 2,115,000 2,115,000 2,115,000 2,115,000 2,115,000 2,115,000 2,115,000 2,115,000 2,115,000 2,115,000

Total Manfaat 1,461,752,440 1,461,752,440 1,461,752,440 1,461,752,440 1,461,752,440 1,461,752,440 1,461,752,440 1,461,752,440 1,461,752,440 1,461,752,440

Discount Rate(15%) 0.214 0.186 0.162 0.141 0.122 0.106 0.092 0.08 0.07 0.061

Present Value 312,815,022 271,885,954 236,803,895 206,107,094 178,333,798 154,945,759 134,481,224 116,940,195 102,322,671 89,166,899 B. Biaya

Investasi 30,000,000 30,000,000

perikanan 870,000 870,000 870,000 870,000 870,000 870,000 870,000 870,000 870,000 870,000

Artificial Reef 283,796,680 283,796,680 283,796,680 283,796,680 283,796,680 283,796,680 283,796,680 283,796,680 283,796,680 283,796,680

Total Biaya 284,666,680 314,666,680 284,666,680 284,666,680 284,666,680 284,666,680 284,666,680 314,666,680 284,666,680 284,666,680

Discount Rate (15%) 0.214 0.186 0.162 0.141 0.122 0.106 0.092 0.08 0.07 0.061


(5)

Uraian Tahun

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A. Manfaat Manfaat Langsung

a. Perikanan 618,560,000 618,560,000 618,560,000 618,560,000 618,560,000 618,560,000 618,560,000 618,560,000 618,560,000 618,560,000 Manfaat Tidak

Langsung

a.Feeding Ground 9,510,000 9,510,000 9,510,000 9,510,000 9,510,000 9,510,000 9,510,000 9,510,000 9,510,000 9,510,000 b. Perlindungan

Pantai 393,120,000 393,120,000 393,120,000 393,120,000 393,120,000 393,120,000 393,120,000 393,120,000 393,120,000 393,120,000 Manfaat Pilihan 14,976,000 14,976,000 14,976,000 14,976,000 14,976,000 14,976,000 14,976,000 14,976,000 14,976,000 14,976,000 Manfaat Keberadaan 1,280,000 1,280,000 1,280,000 1,280,000 1,280,000 1,280,000 1,280,000 1,280,000 1,280,000 1,280,000 Total Manfaat 1,037,446,000 1,037,446,000 1,037,446,000 1,037,446,000 1,037,446,000 1,037,446,000 1,037,446,000 1,037,446,000 1,037,446,000 1,037,446,000

Discount Rate(15%) 1.00 0.869 0.756 0.657 0.571 0.497 0.432 0.375 0.326 0.284 0.247

Present Value 0 901,540,574 784,309,176 681,602,022 592,381,666 515,610,662 448,176,672 389,042,250 338,207,396 294,634,664 256,249,162 B. Biaya

Investasi 22,500,000 22,500,000

perikanan 1,553,000 1,553,000 1,553,000 1,553,000 1,553,000 1,553,000 1,553,000 1,553,000 1,553,000 1,553,000

Artificial Reef 70,949,170 70,949,170 70,949,170 70,949,170 70,949,170 70,949,170 70,949,170 70,949,170 70,949,170 70,949,170 Total Biaya 22,500,000 72,502,170 72,502,170 72,502,170 72,502,170 72,502,170 95,002,170 72,502,170 72,502,170 72,502,170 72,502,170

Discount Rate (15%) 1.00 0.869 0.756 0.657 0.571 0.497 0.432 0.375 0.326 0.284 0.247

Present Value 22,500,000 63,004,386 54,811,641 47,633,926 41,398,739 36,033,578 41,040,937 27,188,314 23,635,707 20,590,616 17,908,036 PV Benefit 6,481,962,608

PV Cost 491,198,558

NPV 5,990,764,050


(6)

Lanjutan Lampiran 23

Uraian Tahun

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

A. Manfaat Manfaat Langsung

a. Perikanan 618,560,000 618,560,000 618,560,000 618,560,000 618,560,000 618,560,000 618,560,000 618,560,000 618,560,000 618,560,000 Manfaat Tidak

Langsung

a.Feeding Ground 9,510,000 9,510,000 9,510,000 9,510,000 9,510,000 9,510,000 9,510,000 9,510,000 9,510,000 9,510,000 b. Perlindungan

Pantai 393,120,000 393,120,000 393,120,000 393,120,000 393,120,000 393,120,000 393,120,000 393,120,000 393,120,000 393,120,000 Manfaat Pilihan 14,976,000 14,976,000 14,976,000 14,976,000 14,976,000 14,976,000 14,976,000 14,976,000 14,976,000 14,976,000 Manfaat Keberadaan 1,280,000 1,280,000 1,280,000 1,280,000 1,280,000 1,280,000 1,280,000 1,280,000 1,280,000 1,280,000 Total Manfaat 1,037,446,000 1,037,446,000 1,037,446,000 1,037,446,000 1,037,446,000 1,037,446,000 1,037,446,000 1,037,446,000 1,037,446,000 1,037,446,000

Discount Rate(15%) 0.214 0.186 0.162 0.141 0.122 0.106 0.092 0.08 0.07 0.061

Present Value 222,013,444 192,964,956 168,066,252 146,279,886 126,568,412 109,969,276 95,445,032 82,995,680 72,621,220 63,284,206 B. Biaya

Investasi 22,500,000 22,500,000

perikanan 1,553,000 1,553,000 1,553,000 1,553,000 1,553,000 1,553,000 1,553,000 1,553,000 1,553,000 1,553,000

Artificial Reef 70,949,170 70,949,170 70,949,170 70,949,170 70,949,170 70,949,170 70,949,170 70,949,170 70,949,170 70,949,170 Total Biaya 72,502,170 95,002,170 72,502,170 72,502,170 72,502,170 72,502,170 72,502,170 95,002,170 72,502,170 72,502,170

Discount Rate (15%) 0.214 0.186 0.162 0.141 0.122 0.106 0.092 0.08 0.07 0.061