minimum matang seksual pada ukuran 102 cm Schaefer et al. 2005. Sementara itu Nootmorn 2004 menyatakan bahwa aktivitas pemijahan ikan tuna mata besar di
Samudera Hindia yaitu dari bulan Desember hingga bulan Januari dan bulan Juni. Ukuran yang matang 50 untuk betina dan jantan diperkirakan pada panjang 88,08
dan 86,85 cm FL. Rasio kelamin bervariasi setiap bulan dengan selang kelas ikan tuna ukuran kecil 85-115 cm FL lebih banyak ikan betina, sedangkan ikan tuna
ukuran besar 125-155cm FL terdiri dari ikan jantan
2.4.4. Waktu Pemijahan Ikan Tuna Mata Besar Thunnus obesus
Ikan tuna mata besar merupakan serial spawner, dapat mengulang pemijahan
secara harian atau mendekati interval harian selama periode pemijahan yang panjang Nikaido et al. 1991. Pemijahan terjadi menjelang sore atau malam di dekat
permukaan McPherson 1991. Diperkirakan dari pukul 18.00 hingga tengah malam, menyimpan telur harian Matsumoto dan Miyabe 2002. Puncak pemijahan pada
malam hari sekitar pukul 19.00 hingga pukul 24.00, dengan batch fekunditas jutaan telur setiap periode pemijahan.
2.4.5. Potensi Reproduksi Ikan Tuna Mata Besar Thunnus obesus
Pada spesies ikan jumlah oosit fekunditas, perkembangan oosit dan tipe pemijahan yang berbeda-beda antar spesies merupakan strategi reproduksi yang
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan gen. Tiap spesies ikan memiliki strategi reproduksi yang berbeda-beda. Hal ini sangat berhubungan dengan sistem
pemijahan, jumlah partner, habitat dan waktu pemijahan. Strategi reproduksi yang dilakukan oleh ikan bertujuan untuk memaksimalkan kelangsungan hidup dari
keturunannya yang berhubungan dengan ketersediaan energi dan umur induknya. Pada kebanyakan spesies ikan yang hidup di laut jenis strategi yang
dikembangkan meliputi tipe pemijahan iteroparous yaitu pemijahan dilakukan lebih dari satu kali ovulasi, gonochoristic yang menggambarkan bahwa antara ikan jantan
dan betina terpisah organ kelaminnya dan proses terjadinya pemijahan di luar tubuh induknya tanpa adanya penjagaan oleh induk non parental care
Berdasarkan pada perkembangan diameter telur maka ada beberapa jenis tipe perkembangan oosit pada ikan, yaitu Murua dan Kraus 2003 :
1. Tipe perkembangan synchronous, semua oosit berkembang dan terevolusi pada
saat yang sama. Biasanya terjadi pada ikan yang memijah satu kali kemudian mati, contohnya terjadi pada ikan salmon dan sidat. Frekuensi diameter oosit
ditandai dengan kurva satu puncak single bell curve 2.
Tipe perkembangan group-synchronous, ditandai dengan adanya dua populasi oosit pada satu waktu. Satu populasi ukuran oositnya lebih besar dan homogen
dan populasi yang kedua ukurannya lebih heterogen. Populasi telur dengan diameter yang terbesar akan diovulasi pada saat musim pemijahan, sedangkan
populasinya akan diovulasi pada musim pemijahan selanjutnya dalam rentang waktu yang cukup lama. Biasanya terjadi pada ikan yang musim pemijahannya
pendek. 3.
Tipe perkembangan asynchronous, oosit dari setiap tahap perkembangan dan berbagai ukuran diameter ada dalam telur dan tidak ditandai dengan populasi
yang dominan. Ketika proses pematangan terjadi maka akan tampak adanya perbedaan ukuran diameter telur terutama telur tahap hidrasi dan pengumpulan
kuning telur. Biasanya terjadi pada spesies yang memiliki musim pemijahan relatif panjangberlanjut dan proses pematangan dan ovulasi sangat dipengaruhi
oleh ketersediaan makanan di perairan. Lowe-McConnell 1991 mengemukakan empat pola pemijahan sebagai
berikut : 1.
Tipe big bang-spawner, yaitu ikan yang memijah hanya sekali seumur hidupnya dan kemudian mati. Contohnya pada Anguilla dan Salmon.
2. Tipe total spawner, yaitu ikan yang memijahkan telurnya sekaligus pada satu
kali musim pemijahan. Contohnya pada kebanyakan Characoidae, Cyprinidae dan beberapa Siluridae.
3. Tipe partial spawner, yaitu ikan yang memijahkan telur tidak sekaligus dalam
satu musim pemijahan. Contohnya pada beberapa Cyprinidae, Characoidae, Siluridae dan Anabantoidae.