Keterangan : 1. Main line; 2. Buoy float line;3. Branch line; 4. Hook wire; 5. Hook and bait; 6. Buoy float
Gambar 9. Setting alat tangkap tuna longline di perairan
Konfigurasi pancing pada satu pelampung disesuaikan dengan kedalaman perairan yang akan dijangkau oleh pancing. Jangkauan kedalaman pancing yang
terdalam adalah 450 m. Setelah semua persiapan telah dilakukan dan telah tiba di fishing ground yang
telah ditentukan, maka dilakukan setting yang diawali dengan penurunan pelampung bendera dan penebaran tali utama. Selanjutnya melakukan penebaran pancing yang
telah dipasangi umpan. Rata-rata waktu yang dipergunakan untuk melepas pancing 0,6 menit pancing. Pelepasan pancing dilakukan menurut garis yang menyerong atau
tegak lurus terhadap arus. Waktu melepas pancing biasanya waktu tengah malam, sehingga pancing telah terpasang waktu pagi saat ikan sedang aktif mencari mangsa.
Namun, pengoperasian juga dapat dilakukan pada siang hari. Penarikan alat tangkap dilakukan setelah berada di dalam air selama 3-6 jam.
Penarikan dilakukan dengan menggunakan line hauler yang diatur kecepatannya. Masing-masing anak buah kapal telah mengetahui tugasnya sehingga alat penangkap
dapat diatur dengan rapi. Lamanya penarikan alat tangkap sangat ditentukan oleh banyaknya hasil tangkapan dan faktor cuaca. Penarikan biasanya memakan waktu 3
menit pancing.
3.3. Metode Penelitian
Prosedur pengamatan aspek reproduksi ikan tuna mata besar adalah sebagai berikut :
1. Penentuan Sampel
Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan tuna mata besar yang tertangkap oleh kapal tuna longline milik PT. Perikanan Nusantara dari Samudera
Hindia sebelah selatan Jawa dan Nusa Tenggara dan didaratkan di Benoa, Bali. Pada penelitian ini mata pancing yang digunakan kurang lebih sebanyak 1200 mata
pancing dengan ukuran mata pancing 5 dan 6. Pengambilan data pada bulan Maret hanya dilakukan satu kali trip dengan 6 kali setting, pada bulan April dilakukan 2 kali
trip dengan jumlah setting sebanyak 10 kali, kemudian pengambilan data pada bulan Mei dan Oktober hanya dilakukan satu kali trip dengan masing-masing setting 22 kali
pada bulan Mei dan 2 kali pada bulan Oktober. Selama penelitian, semua hasil tangkapan ikan tuna mata besar digunakan sebagai ikan sampel yaitu sebanyak 42
sampel.
2. Pengamatan struktur morfologis
Pengamatan struktur morfologis ikan meliputi pengukuran panjang dan berat dan pengamatan jenis kelamin ciri sekunder seks. Data ini digunakan untuk mencari
hubungan panjang dan berat serta faktor kondisi ikan. Untuk mengetahui jenis kelamin dan berat gonad ikan maka dilakukan pembedahan. Alat dan bahan yang
digunakan untuk pengukuran ini adalah califer dengan ukuran 200-250 m, timbangan digital kapasitas maksimal 300 kg dengan ketelitian 0,01 kg dan disceting set.
3. Penentuan Tingkat Kematangan Gonad
Gonad yang telah diambil kemudian ditimbang dalam keadaan segar berat keseluruhan kemudian diambil sebagian subsample dan diawetkan dengan
formalin 10 untuk tujuan pembuatan preparat histologi. Masing-masing spesimen gonad disimpan disertai dengan data ukuran panjang cagak dalam cm ikan contoh
dan bobotnya dalam gram. Penentuan tingkat kematangan gonad tuna mata besar
dilakukan melalui pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan secara makroskopis mengacu pada kriteria menurut Schaefer dan Orange 1956
Lampiran 3 dan pengamatan secara mikroskopis melalui metode histologi Lampiran 4. Pengamatan terhadap preparat gonad meliputi status kematangan
gonad, perkembangan dan ukuran oocyte. Pengamatan, pengukuran dan penghitungan dilaksanakan terhadap seluruh oocyte yang terdapat dalam preparat.
4. Penentuan Fekunditas dan Pengukuran Diameter Telur. Untuk menentukan fekunditas dan pengukuran diameter telur maka telur
diambil dari gonad dengan mengambil contoh dari tiga bagian gonad yaitu bagian anterior, median dan posterior, masing-masing sebanyak 100 butir, lalu dengan
menggunakan mikrometer okuler dan objektif dihitung jumlah telurnya dan diukur diameter telurnya dengan perbesaran 4 x 10 kali. Penentuan fekunditas hanya
dilakukan terhadap gonad yang telah matang secara histologis TKG IV.
3.4. Analisa Data 3.4.1. Pertumbuhan
3.4.1.1. Hubungan panjang –berat Hubungan panjang - berat dianalisa dengan model persamaan Hile dalam
Effendie 1997 sebagai berikut : W = a L
b
dimana : W = berat ikan gram
L = panjang ikan cm a dan b = konstanta.
Dari persamaan tersebut dapat diketahui pola pertumbuhan panjang dan berat ikan tersebut. Nilai b yang diperoleh digunakan untuk menentukan pola pertumbuhan
dengan kriteria : a. b =3 , pertumbuhan isometrik, yaitu pola pertumbuhan panjang sama dengan pola
pertumbuhan berat atau