antara waktu dan tingkat kematangan gonad sehingga akan diketahui kapan musim pemijahan akan berlangsung yang pada akhirnya dapat dilakukan pengaturan musim
penangkapan ikan tuna. Selanjutnya untuk mengetahui potensi reproduksi dan pola pemijahan maka perlu dilakukan penghitungan fekunditas dan pengukuran diameter
telur. Dengan adanya pengetahuan mengenai potensi reproduksi dan pola pemijahan maka pembatasan penangkapan dapat dilakukan.
Penelitian mengenai biologi reproduksi ikan tuna, khususnya tuna sirip biru southern bluefin tuna pernah dilakukan di perairan selatan Jawa dan Bali dengan
berbasis pendaratan di Benoa Davis et al. 1996. Untuk jenis ikan tuna mata besar Thunnus obesus masih jarang dilakukan khususnya di perairan Samudera Hindia
wilayah perairan Indonesia. Nootmorn 2004 pernah melakukan pengamatan terhadap biologi reproduksi ikan tuna mata besar di perairan Samudera Hindia dengan
basis pendaratan di Phuket Thailand, sedangkan Figueiredo et al. 2008 melakukan penelitian biologi reproduksi ikan tuna mata besar di perairan Samudera Atlantik
bagian barat. Oleh karena itu penting untuk melakukan eksplorasi mengenai aspek biologi reproduksi ikan tuna mata besar Thunnus obesus di Samudera Hindia
wilayah perairan Indonesia mengingat masih terbatasnya informasi mengenai jenis ikan tuna mata besar tersebut.
Untuk lebih jelas mengenai alur pemikiran eksplorasi sumberdaya ikan tuna mata besar Thunnus obesus yang berkaitan dengan aspek reproduksi dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1. Alur pemikiran eksplorasi sumberdaya ikan tuna mata besar Thunnus obesus Keterangan : _____ : ruang lingkup penelitian
Æ : hubungan ------- : bukan ruang lingkup penelitian : hasil yang tercapai
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis Ikan Tuna Mata Besar atau Bigeye Tuna Thunnus obesus
Menurut Collette Nauen 1983, klasifikasi ikan tuna mata besar adalah sebagai berikut :
Phylum: Chordata Subphylum: Vertebrata
Superclass: Gnathostomata Class: Osteichthyes
Subclass: Actinopterygii Suborder: Scombroidei
Family: Scombridae Subfamily: Scombrinae
Genus: Thunnus Species: Thunnus
obesus
7-10 finlets
Sirip punggung
Sirip dada Sirip ekor
Sirip anal
Gambar 2. Ikan Tuna Mata Besar Thunnus obesus Thunnus obesus
atau dikenal dengan sebutan Bigeye tuna atau tuna mata besar, termasuk jenis tuna besar, sirip dada cukup panjang pada individu yang besar dan
menjadi sangat panjang pada individu yang sangat kecil. Warna bagian bawah dan perut putih, garis sisi pada ikan yang hidup seperti sabuk berwarna biru membujur
sepanjang badan, sirip punggung pertama berwarna kuning terang, sirip punggung kedua dan sirip dubur berwarna kuning muda, jari-jari sirip tambahan finlet
berwarna kuning terang, dan hitam pada ujungnya. Menurut Reiner 1996, spesies ini mencapai panjang total maksimum total lengthTL 250 cm dengan panjang
cagak Fork LengthFL rata-rata per individunya lebih dari 180 cm. Pada tahun 1957 pernah dilaporkan di Cabo Blanco, Peru sepanjang 263 cm dengan berat 197,3
kg, sedangkan pada tahun 1977 di Samudera Atlantik, tepatnya Maryland, USA seberat 170,3 kg dengan panjang cagak 206 cm. Ukuran panjang cagak normal yang
tertangkap antara 40 cm dan 170 cm Fonteneau dan Marcille Eds. 1991.
Menurut Fukofuka dan Itano 2006, ikan tuna mata besar mempunyai ciri-ciri luar sebagai berikut :
• Sirip ekor mempunyai lekukan yang dangkal pada pusat celah sirip ekor;
• Pada ikan dewasa matanya relatif besar dibandingkan dengan tuna-tuna yang lain;
• Profil badan seluruh bagian dorsal dan ventral melengkung secara merata;
• Sirip dada pada ikan dewasa, 14-13 kali fork length FL;
• Sirip dada pada anak ikan tuna yuwana lebih panjang dan selalu melewati
belakang sebuah garis yang digambar di antara tepi-tepi anterior sirip punggung kedua dan sirip anal;
• Ikan-ikan tuna mata besar dengan ukuran 75 cm 10 kg mempunyai sirip dada
yang lebih panjang dari pada ikan tuna sirip kuning dari ukuran-ukuran yang sebanding.
2.2. Distribusi Ikan Tuna Mata Besar Thunnus obesus
Ikan tuna mata besar Bigeye tuna hidup di perairan tropis sampai subtropis. Ikan ini adalah ikan perenang cepat dan hidup bergerombol schooling sewaktu
mencari makan. Kecepatan renang ikan dapat mencapai 50 kmjam. Kemampuan renang ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penyebarannya dapat
meliputi skala ruang wilayah geografis yang cukup luas, termasuk diantaranya