Pola Sebaran Diameter Telur Ikan Tuna Mata Besar Thunnus

5 10 15 20 25 30 99, 49 -1 65 ,94 16 5,9 5-2 32,3 23 2,3 1-2 98,7 6 29 8,7 7-3 65 ,2 2 365 ,2 3-4 31 ,6 8 431 ,6 9-4 98 ,1 4 49 8,1 5-5 64,6 56 4,6 1-6 31,0 6 63 1,0 7-6 97 ,5 2 697 ,5 3-7 63 ,9 8 763 ,9 9-8 30 ,4 4 Selang diameter telur µm F reku en si Gambar 21. Distribusi ukuran diameter telur tuna mata besar T. obesus di Samudera Hindia pada gonad yang matangmature TKG IV n=600 butir. 4.2. Pembahasan 4.2.1. Sebaran Frekuensi Kelas Panjang Ikan Tuna Mata Besar Thunnus obesus. Berdasarkan lokasi dan waktu pengambilan sampel terlihat bahwa ikan tuna mata besar yang tertangkap pada bulan Maret hingga Oktober 2008 memiliki ukuran yang relatif seragam pada setiap lokasi dan waktu pengambilan sampel. Hal ini diduga bahwa ikan tuna mata besar pada lokasi tersebut masih satu umur dan memiliki tahap pertumbuhan yang relatif sama, kecuali pada lokasi 4 yaitu pada bulan Oktober yang memiliki panjang dan berat rata-rata yang lebih besar walaupun tidak terlalu signifikan. Hal ini disebabkan semua ikan yang tertangkap pada bulan Oktober telah mencapai TKG IV dan siap memijah. Secara keseluruhan, ikan tuna mata besar Thunnus obesus yang tertangkap pada bulan Maret hingga Oktober 2008, mempunyai ukuran panjang cagak antara 109 - 153 cm rata-rata 130,4 cm; dengan kisaran berat antara 27 - 73 kg rata-rata 44,02 kg. Ikan yang paling banyak tertangkap berkisar pada selang kelas panjang 132-139 cm. Melihat ukuran panjang rata-rata sampel ikan hasil tangkapan cenderung sama dengan ukuran ikan tuna mata besar yang pernah tercatat sebelumnya oleh Nootmorn pada tahun 2004 di Samudera Hindia dengan fishing base di Phuket, Thailand yaitu berkisar antara 85-155 cm, begitu pula yang tercatat oleh Indian Ocean Tuna Commission IOTC pada tahun 2005 di perairan Samudera Hindia bagian barat yaitu berkisar antara 110-150 cm.

4.2.2. Hubungan Panjang dan Berat Ikan Tuna Mata Besar Thunnus obesus.

Analisis hubungan panjang berat dari suatu populasi ikan mempunyai beberapa kegunaan, diantaranya yaitu untuk memprediksi berat suatu jenis ikan dari panjang ikan yang berguna untuk mengetahui biomassa populasi ikan tersebut. Dari hasil analisis hubungan panjang-berat ikan tuna mata besar diperoleh persamaan sebagai berikut: W=0,038 FL 2,8623 , dengan nilai b = 2,8623. Menurut Effendi 2002 nilai b ini berada pada kisaran 2,4-3,5, bila berada di luar kisaran tersebut maka bentuk tubuh ikan tersebut di luar batas kebiasaan bentuk ikan secara umum. Selanjutnya dari hasil uji-t terhadap parameter b, diperoleh t hit t tab b ≠ 3 yang artinya bahwa pola pertumbuhan ikan tuna mata besar, cenderung bersifat allometrik negatif yaitu b lebih kecil 3. Pertumbuhan ikan tuna di suatu perairan banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan diantaranya adalah ukuran makanan yang dimakan, jumlah ikan di perairan tersebut, jenis makanan yang dimakan, kondisi oseanografi perairan suhu, oksigen dan lain-lain dan kondisi ikan umur, keturunan, genetik. Pertumbuhan tuna mata besar di Samudera Hindia sama dengan pertumbuhan tuna mata besar di Samudera Pasifik bagian barat. Ikan tuna mata besar di perairan Samudera Pasifik bagian barat hasil tangkapan tuna longline juga bersifat allometrik negatif dengan persamaan W = 3×10 –5 FL 2,9278 r 2 = 0,97, n= 856 Sun et al. 2001. Pola pertumbuhan tuna mata besar dalam penelitian ini juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh Zhu et al. 2008 yang menyatakan bahwa pola pertumbuhan tuna mata besar di Samudera Hindia hasil tangkapan tuna longline bersifat allometrik negatif dengan persamaan W=0.00002601FL 2,9362 r 2 =0,9567, n=741 .

4.2.3. Faktor Kondisi Ikan Tuna Mata Besar Thunnus obesus

Faktor kondisi merupakan derivate dari pertumbuhan. Faktor kondisi sering disebut sebagai faktor K. Faktor kondisi ini menunjukkan keadaan baik dari ikan dilihat dari kapasitas fisik survival dan reproduksi Effendi 2002. Di dalam penggunaan secara komersial, kondisi ini mempunyai arti kualitas dan kuantitas daging yang tersedia. Jadi kondisi ini dapat memberikan keterangan secara biologis maupun secara komersial. Dari data panjang dan berat ikan tuna mata besar selama bulan Maret-Oktober 2008 diperoleh nilai faktor kondisi rata-rata ikan tuna mata besar menyebar pada kisaran 1,915 – 2,038 dengan rata-rata 1,951. Nilai faktor kondisi rata-rata ikan tuna mata besar pada setiap selang ukuran bervariasi. Pada selang ukuran terkecil, nilai faktor kondisinya lebih tinggi dari selang ukuran kedua, kemudian pada selang ukuran ketiga terjadi peningkatan dan berikutnya terjadi penurunan kembali. Pada selang ukuran tertinggi nilai faktor kondisi meningkat kembali dan mencapai nilai tertinggi diantara selang kelas lainnya. Kisaran nilai faktor kondisi ini tidak berbeda