matematika, maka siswa tidak lulus. Kebijakan ini didasarkan pada pentingnya kemampuan penalaran siswa yang dapat dilihat dari
kemampuan menyelesaikan soal matematika. Tingginya kepentingan pelajaran matematika di sekolah menjadi faktor pendukung yang kuat
pada tingkat permintaan konsumen. e. Ketersediaan Sistem Franchise
Dengan berkembangnya
sistem franchise
di Indonesia
memberikan kemudahan kepada pemilik usaha franchisor dalam hal mengakses permodalan, berbagi biaya dengan franchisee dan berbagi
risiko. Dipihak lain para franchisee mendapatkan kemudahan dalam memperoleh produk yang sudah teruji dapat berkembang di pasar serta
bantuan manajerial dari franchisor. Dengan adanya sistem franchise ini pengembangan usaha dapat
dilakukan dengan lebih mudah bagi pengusaha yang terbatas permodalannya. Dalam waktu relatif singkat, dengan promosi yang baik,
maka pengembangan unit usaha dalam dilakukan dalam waktu relatif singkat.
I. 2 Ancaman a. Persaingan dari Lembaga Kursus Sejenis
Lembaga kursus matematika yang saat ini berkembang cukup pesat dan diminati masyarakat diantaranya: Kumon, Sempoa, Sakamoto
dan Jarimatika. Masing-masing lembaga kursus pesaing memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing.
Dari sisi mutu produk, Kumon telah memiliki produk yang teruji secara internasional efektif sehingga mampu berkembang di 45 negara,
serta meliliki kurikulum yang lengkap dari SD sampai dengan SLTA, namun tidak disesuaikan dengan kurikulum nasional. Mutu produk
Mathmagic juga baik dari sisi metode dan kelengkapan kurikulum karena telah diakui dan mendapat penghargaan dari Pemerintah
Kementrian Riset dan Teknologi, dan memiliki kurikulum lengkap
sesuai dengan kurikulum nasional sampai dari kelas 1 SD sampai dengan kelas 3 SMP. Sedang Jarimatika kurikulumnya sangat terbatas, yaitu
hanya mencakup aritmatika saja berhitung yang diperlukan sampai dengan kelas tiga Sekolah Dasar sehingga sebenarnya segmennya
terbatas, namun demikian kesederhaan konsep lebih mudah diterima masyarakat luas.
Tabel 19. Perbandingan dengan Pesaing
2
3 +9
+; 14
Keterangan :
A D
E A
E A
D
Dari sisi biaya kursus, Kumon menetapkan biaya tertinggi dan cukup mahal yaitu Rp.320.000 perbulan di daerah Jabodetabek, sehingga
segmen pasar dilayani lebih terbatas. Jarimatika menetapkan range harga lebih rendah Rp.100.000 sampai dengan Rp.150.000 dibandingkan
range harga Mathmagic sehingga lebih bersaing. Harga yang ditetapkan
Mathmagic cukup fleksibel tergantung potensi daerah lokasi tempat
kursus Rp.100.000 sampai dengan Rp.250.000. Biaya franchise fee Mathmagic lebih rendah dibandingkan
Jarimatika untuk masa kontrak sepuluh tahun, yaitu sebesar Rp. 20 juta. Jarimatika menetapkan franchise fee sebesar Rp. 12,5 juta untuk masa
kontrak 5 tahun, sehingga secara total untuk masa kontrak 20 tahun maka Mathmagic lebih murah namun untuk penyediaan modal awal
Jarimatika lebih murah. Sedang franchise fee Kumon paling tinggi, namun hanya dikenakan sekali saja selama usaha berjalan. Untuk
keberlangsungan usaha jangka panjang merupakan hal yang baik, karena mengutamakan keberlanjutan jangka panjang. Sedang dari sisi biaya
awal yang harus disediakan untuk memulai usaha lebih berat. Untuk persyaratan franchisee, Kumon menetapkan syarat paling
sulit karena harus wanita dan melalui tes karena pemilik haruslah menjadi pengajar utama. Tidak demikian dengan Jarimatika dan
Mathmagic dimana pemilik tidak diharuskan melalui tes dan menjadi
pengajar dan tidak dibatasi oleh gender. Mathmagic
dan Kumon mensyaratkan pengajar memiliki pendidikan fomal minimal D3 dan untuk Kumon ditambahkan
persyaratan lain, yaitu harus wanita. Jarimatika mensyaratkan pengajar cukup setingkat D1. Hal tersebut terkait dengan kurikulum yang dimiliki
lembaga kursus masing-masing dimana Kumon dan Mathmagic memiliki kurikulum yang cukup luas, sedang Jarimatika sangat
sederhana sehingga tidak diperlukan kualifikasi yang tinggi. Manajemen Mathmagic, dalam hal ini pemilik usaha banyak
meluangkan waktu untuk pengembangan produk dan bahkan terlibat sebagai pengajar untuk produk tertentu yang sulit didelegasikan kepada
staff pengajar lainnya. Hal ini menyebabkan pemilik usaha tidak memfokuskan diri pada pengembangan usaha, dan membatasi
pengembangan usaha selama belum ditemukan metode yang efektif dalam membentuk cabang sesuai harapannya. Manajemen Kumon telah
memiliki tim manajemen yang solid dan stabil. Jarimatika memiliki kelebihan dalam strategi pengembangan jaringan dan bisnisnya, dengan
produk yang mudah dipasarkan dan persyaratan franchise yang lebih ringan membuat lembaga kursus ini berkembang sangat pesat dalam
jangka pendek, yaitu 450 cabang. Kumon yang didukung kemampuan finansial yang tinggi, banyak
menggunakan strategi promosi above the line disamping itu secara rutin mengadakan uji coba kursus gratis selama 2 minggu dan 4 kali
pertemuan. Jarimatika banyak diekspose media masa ditambah dengan beberapa penghargaan yang diterima pemilik usaha Jarimatika yang
diekspose oleh berbagai media above the line. Sementara Mathmagic lebih banyak menggunakan pendekatan below the line.
Sampai dengan saat ini Kumon telah memiliki 300 cabang di seluruh Indonesia dan Jarimatika telah memiliki 86 cabang, 450 unit,
dan 7.550 siswa di seluruh Indonesia. Bahkan di kota Bogor yang merupakan basis dari Mathmagic, sudah tercatat sebanyak 70 cabang
atau unit dan 800 siswa Jarimatika. Untuk mempermudah pengelolaan unit-unit yang banyak serta efisiensi biaya pengelolaan Jarimatika
menunjuk beberapa cabang untuk menjadi pengawas unit-unit di sekitarnya.
Dari perbandingan di atas, dibandingkan pesaingnya, posisi Mathmagic
kuat dalam hal: mutu produk dibandingkan pesaing lainnya. Cukup kuat dalam hal biaya kursus, franchise fee, kemudahan
persyaratan franchise serta kualifikasi pengajar. Tetapi lemah dalam hal manajemen, promosi, dan jaringan.
b. Lemahnya Perlindungan HKI
Merek dagang Trade Mark Mathmagic School telah terdaftar di Dirjen Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia RI No Agenda 300-2005-016467 dan Pendaftaran Hak Cipta Metode Matemagica Magicmatika No. C00200501878-1954. Namun
demikian Mathmagic menghadapi beberapa masalah peniruan atau pemalsuan seperti berikut
a Pembukaan lembaga kursus dengan metode yang sama dan nama
yang hampir sama bahkan menjadi pewaralaba. b
Penggunaan metode Mathmagic secara luas di berbagai sekolah dan lembaga kursus secara hukum boleh digunakan karena metodenya
telah di-publish ke masyarakat luas melalui buku-buku yang diterbitkan
c Pemalsuan buku metode matematika sering terjadi, sebagai
contohnya setelah terbit buku Mathmagic, sebulan kemudian terbit sebelas buku dengan judul yang hampir sama.
Mudahnya peniruan metode dan nama yang mendekati tanpa adanya konsekuensi hukum akan mempengaruhi berkurangnya potensi
perluasan jaringan Mathmagic School ke depan karena pangsa pasar telah dikuasai lembaga pelatihan lain.
Kumon telah memiliki brand image yang kuat, telah dikenal masyarakat secara luas dan didukung oleh organisasi yang kuat sehingga
peniruan metode sulit dilakukan. Demikian pula dengan Jarimatika yang juga telah menerbitkan buku sehingga metodenya di-publish secara luas,
telah memiliki jaringan yang kuat dan brand image yang cukup kuat pula.
c.
Kurikulum Pendidikan Nasional
Kurikulum pendidikan selalu mengalami perubahan seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dibidang pendidikan. Hal
tersebut menyebabkan adanya kebutuhan siswa yang berkembang pula dari waktu ke waktu. Perubahan kurikulum dalam waktu pendek akan
menjadi ancaman bagi lembaga kursus karena kebutuhan siswa berkembang dan metode yang digunakan pada saat ini di lembaga kursus
tersebut bisa saja suatu saat tidak dapat dipasarkan lagi karena tidak lagi dibutuhkan oleh murid-murid sekolah formal.
Untuk itu diperlukan pengamatan dan penyesuaian secara kontinu terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi serta melakukan antisipasi yang diperlukan. Pemilik Mathmagic School selalu mengikuti hal tersebut dan
memang memiliki kemampuan serta kepuasan untuk mengeksplorasi metode-metode matematika yang baru. Sebagai contohnya Matematika
realistis adalah salahsatu produk untuk mengantisipasi metode pengajaran tersebut yang saat ini statusnya masih diujicobakan di
beberapa sekolah sebelum diberlakukan secara nasional.
d.
Daya Beli Masyarakat
Meskipun jumlah penduduk Indonesia sangat besar termasuk jumlah penduduk usia didik yang menjadi segmen market yang dituju,
namun belum berarti pangsa pasar yang dapat digarap sebesar itu. Dengan belum meratanya kemakmuran di negara kita, maka jumlah
keluarga sejahtera yang diperkirakan mampu mengikuti kursus jumlahnya masih terbatas. Dari 59 juta keluarga yang ada di Indonesia,
pada tahun 2008 hanya 4.41 persen yang masuk dalam kategori Keluarga Sejahtera III Plus berdasarkan kriteria Badan Kesejahteraan Keluarga
Berencana Nasional BKKBN. http:www.bkkbn.go.idwebsupload dataRIKSK-PERPROPIN-SI-2008.
e.
Keterbatasan Kemampuan Franchisee
Tujuan dari setiap pengusaha untuk membeli franchise pada umumnya adalah untuk memperoleh laba. Dalam dunia pendidikan
pendirian bisnis kursus ini harus diimbangi dengan kepentingan meningkatkan kualitas pendidikan. Berdasarkan pengalaman pembukaan
cabang Mathmagic selama ini, franchisee yang berhasil adalah mereka yang sebelumnya bergelut di bidang pendidikan dan memiliki motivasi
mendidik. Ketidakperdulian dan ketidakmampuan franchisee untuk mengimplementasikan visi dan misi Mathmagic School dapat
berpengaruh negatif terhadap persepsi masyarakat terhadap nama Mathmagic secara keseluruhan.
I.3. Kekuatan a. Kualitas Produk
Dari hasil kuesioner kepada orangtua murid diperoleh data 13.79 persen sangat setuju dan 82.76 persen setuju putraputrinya mengalami
kemajuan yang berarti dalam memahami matematika setelah mengikuti kegiatan di Mathmagic, sedang 3.45 persen menyatakan belum tahu
karena baru 1 bulan mengikuti kursus. Kemudian 10.34 persen menyatakan sangat setuju dan 86.21 persen setuju dan 3.45 persen cukup
setuju bahwa program pendidikan mendukung murid untuk mengikuti pelajaran di sekolah.
Sebaliknya orang tua murid yang anaknya pernah mengikuti kursus di tempat lain kemudian pindah ke Mathmagic disebabkan alasan:
a terlalu banyak tugas; b hanya aritmatika saja sementara kebutuhan tugas sekolah lebih dari itu dan; c metode kurang efektif.
Sangat setuju 13.79
Setuju 82.76
Tidak setuju 0.00
0.00 Kurang setuju
0.00 Belum terlihat
3.45
Gambar 10. Hasil Survai kemajuan setelah mengikuti Mathmagic Hasil survai kepada murid-murid menunjukkan bahwa 26,67
persen menyatakan sangat setuju dan 63.33 persen menyatakan setuju serta 10 persen menyatakan cukup setuju bahwa setelah mengikuti
kursus Mathmagic lebih mudah mengerti matematika. Kemudian 30 persen sangat setuju, 50 persen setuju dan 20 persen setuju setelah
mengikuti matematika lebih mudah mengikuti pelajaran matematika di sekolah. Mengenai metode belajar yang diterapkan 23.33 persen
menyatakan sangat setuju, 46.67 persen setuju dan 30 persen cukup setuju, bahwa metode yang diberikan membuat anak-anak senang
menikuti kursus di Mathmagic. Dari hasil survai tersebut dapat dilihat bahwa produk Mathmagic
dalam hal ini kurikulum dan metode belajar yang dimiliki Mathmagic
memiliki kualitas yang baik karena efektif menjawab kebutuhan konsumen sehingga dapat menjadi produk yang dapat diandalkan.
b.
Harga Produk
Berdasarkan hasil survai, 24,14 persen menyatakan biaya kursus murah dibandingkan kualitas yang diberikan dan 75,86 persen
menyatakan sesuai. Sedang dari sisi biaya kursus dibandingkan penghasilan orangtua sebanyak 3,45 persen menyatakan sangat murah,
27,59 persen
menyatakan murah,
65,52 persen
menyatakan sedangsesuai dan 3,45 persen menyatakan mahal.
Dari hasil survai tersebut terlihat bahwa harga yang dibebankan sesuai dengan mayoritas kemampuan orangtua serta sesuai dengan
kualitas yang diberikan kepada konsumen. Sehingga dapat disimpulkan strategi penetapan harga sudah tepat.
c.
Lokasi Tempat Kursus
Dari tiga lokasi kursus yang diamati, satu lokasi terletak di daerah yang ramai dilalui kendaraan umum, sedang dua lokasi lain
berada di dalam kompleks perumahan. Lokasi yang berkembang cepat baik adalah yang berada di daerah yang ramai dilalui kendaraan umum
dan mudah diakses oleh kendaraan umum, dimana jumlah muridnya mencapai 103 orang. Sedang tempat kursus yang berada di dalam
perumahan, jumlah muridnya berkisar antara 45 sampai 50 orang meskipun sudah lebih dahulu berdiri. Tempat kursus yang berada di
dalam perumahan konsumennya terbatas pada anak-anak yang bertempat tinggal di perumahan tersebut.
Dari sisi kenyamanan tempat kursus sebesar 96 persen murid menyatakan suhu di dalam kelas dingin dan sisanya menyatakan cukup
sejuk, sedang kondisi ruangan kelas sebanyak 24 persen murid menyatakan menarik dan 76 persen menyatakan cukup menarik.
Dari hasil pengamatan dan survai dapat disimpulkan bahwa lokasi, kursus sangat menentukan berkembangnya usaha. Lokasi di
dalam perumahan membatasi segmen market yang dapat dilayani karena kemudahan transportasi menjadi faktor yang penting bagi konsumen.
Meskipun lokasi kursus di dalam perumahan yang cukup ramai dengan jumlah murid berkisar 40-50 murid sudah melampaui titik Break Even
Point , yaitu 18 orang.
d.
Kemampuan Manajemen
Manajemen dalam hal ini pemilik usaha mementingkan kualitas pendidikan, dimana Mathmagic School harus mampu membantu murid-
muridnya dalam meningkatkan kemampuan matematika. Pembatasan perkembangan cabang disebabkan karena pemilik usaha mementingkan
setiap cabang dapat dikelola sesuai visi dan misi perusahaan. Untuk kepentingan
jangka panjang
hal ini
sangat penting
untuk keberlangsungan usahanya. Pemilihan franchisee yang tepat menjadi
persyaratan utama untuk membuka cabang berikutnya. Kekuatan
manajemen yang
lain adalah
kemampuan mengembangkan produk untuk menyesuaikan kurikulum dengan
perkembangan kurikulum pendidikan nasional. Hal ini menjadi penting karena ilmu pengetahuan terus berkembang dan metode yang
dikembangkan harus teruji.
e.
Metode Rekrutmen dan Pelatihan
Berdasarkan hasil survai, 82 persen responden yang dalam hal ini adalah staff pengajar menyatakan bahwa metode dan proses rekrutmen
staff pengajar memadai dan 18 persen menyatakan cukup memadai. Sedang metode dan proses pelatihan staff pengajar 82 persen
menyatakan memadai dan 18 persen menyatakan cukup memadai. Metode training for trainers yang dilaksanakan dengan cara
klasikal 3 hari serta on the job training selama satu bulan memang cukup efektif, sehingga tenaga pengajar sudah siap pakai ketika mulai
mengajar. Dengan perkembangan cabang yang terbatas sampai dengan saat ini metode ini bisa berjalan baik dan efektif.
I. 4. Kelemahan d