48 komoditas madidihang merupakan komoditas unggulan ekspor yang sangat
menguntungkan. Disisi lain peningkatan harga madidihang setiap tahun mengakibatkan ekastraksi sumberdaya perikanan ini juga meningkat setiap
tahunnya.
6.5 Analisis Bioekonomi Tuna Madidihang
Analisis bioekonomi tuna sirip kuning atau madidihang dilakukan dengan pendekatan secara biologi dan ekonomi. Pendekatan ini dilakukan untuk
mengetahui tingkat optimal pengusahaan madidihang secara berkelanjutan. Pada analisis ini, pengelolaan madidihang dapat dilakukan pada tiga kondisi, yaitu
Maximum Sustainable Yield MSY, Maximum Economic Yield MEY, dan Open Access OA. Analisis bioekonomi ini dapat dilakukan jika semua parameter
ekonomi dan biologi sudah didapatkan. Parameter biologi, yang terdiri dari r, q, dan K serta parameter ekonomi yang terdiri dari biaya dan harga riil telah
dilakukan pendugaan sebelumnya. Nilai-nilai parameter tersebut dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Nilai Parameter Biologi dan Parameter Ekonomi Madidihang Parameter Biologi dan Ekonomi
Satuan Nilai
Laju pertumbuhan alami r per tahun
0,972635657 Koefisien kemampuan tangkap q
1unit effort 0,000580549
Daya dukung lingkungan K Ton
4067,592238 Biaya operasional c
Rptrip 5.953.778
Harga ikan p Rpton
23.350.953
Sumber: Hasil Analisis Data, 2012
6.6 Rezim Pengelolaan Sumberdaya Tuna Madidihang
Analisis bioekonomi dilakukan untuk menentukan tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan yang optimal dan berkelanjutan. Pendekatan ini
menggunakan formula perhitungan pengelolaan tuna madidihang dengan
49 pendekatan model Clarke, Yoshimoto dan Pooley CYP. Berdasarkan pendekatan
model ini diperoleh kondisi perikanan sumberdaya madidihang pada kondisi MSY, MEY, dan OA yang disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Analisis Bioekonomi Tuna Madidihang pada Rezim Pengelolaan MSY, MEY, dan OA
Parameter Rezim Pengelolaan
MEY MSY
OA
Biomassa Ton 2.253,3896
2.033,7961 439,187
Hasil tangkapan Ton 977,5407
989,0713 381,0466
Tingkat upaya Unit 747,2398
837,6867 1494,48
Rente ekonomi Rp 18.377.607,2488
18.108.356,8540
Sumber: Hasil Analisis Data, 2012
Pada Tabel 15 dapat dilihat perbandingan dari ketiga rezim pengelolaan perikanan untuk ikan tuna sirip kuning atau madidihang. Pada saat perikanan
dikelola MEY maka diperoleh rente tertinggi walaupun dengan effort yang lebih sedikit dibandingkan dengan kondisi MSY dan OA.
Nilai parameter biomassa x merupakan kondisi biomassa sumberdaya tuna sirip kuning di perairan NTT dalam kondisi masing-masing pengelolaan.
Kondisi biomassa tertinggi sebesar
2.253,3896
ton merupakan biomassa optimal pada rezim MEY, kondisi lestari yang bisa dicapai pada kondisi rezim MSY
sebesar
2.033,7961
ton. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan nilai maksimal yang dicapai pada rezim pengelolaan OA sebesar 439,187 ton. Nilai ini yang akan
digunakan sebagai informasi dalam upaya konservasi stok dalam pengelolaan berkelanjutan.
50
Gambar 6. Kurva Bioekonomi Tuna Madidihang “Landing Base” Perairan
NTT
Nilai parameter h menunjukkan hasil tangkapan dari upaya pemanfaatan sumberdaya tuna sirip kuning. Nilai ini merupakan besaran hasil tangkapan yang
diperbolehkan dalam pengelolaan berkelanjutan. Hasil tangkapan terbesar dicapai pada kondisi MSY yaitu sebesar 989,0713 ton, 977,5407 ton pada kondisi MEY,
dan 381,0466 ton pada kondisi OA.
Sumber: Hasil Analisis Data, 2012
Gambar 7. Perbandingan Produksi Madidihang pada Masing-Masing
Rezim Pengelolaan
- 500.0000
1,000.0000
MEY MSY
OA Aktual
977.5407 989.0713
381.0465545 997.41
Produksi Ton
MEY MSY
� OA TR = TC =
OA Produksi
Effort � MEY
Y � MSY
51 Gambar 7 menunjukkan bahwa jumlah produksi aktual tuna madidihang
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah penangkapan pada masing-masing rezim pengelolaan. Jumlah penangkapan aktual adalah sebesar 997,41 ton. Jumlah
ini jauh lebih besar dibandingkan dengan kondisi MEY, MSY, dan OA. Berdasarkan jumlah penangkapan aktual tersebut, dapat dinyatakan bahwa
penangkapan tuna madidihang di perairann NTT telah mengalami biological overfishing karena jumlah penangkapan aktual telah melebihi jumlah yang
dianjurkan. Nilai effort E menunjukkan tingkat upaya dalam pemanfaatan perikanan. Nilai
ini memberikan informasi terkait dengan tingkat upaya yang diperbolehkan untuk pengelolaan yang berkelanjutan. Effort terbesar berada pada kondisi OA yaitu
sebesar 1494,48 unit standar alat tangkap, kemudian rezim pegelolaan MSY sebesar 837,6867 unit standar alat tangkap, dan kondisi MEY sebesar 747,2398
unit standar alat tangkap. Kondisi effort pada rezim MEY merupakan jumlah effort optimum yang dianjurkan secara ekonomi.
Sumber: Hasil Analisis Data, 2012
Gambar 8. Perbandingan Effort Penangkapan Tuna Madidihang pada
Masing-Masing Rezim Pengelolaan
1000 2000
3000 4000
5000
MEY MSY
OA Aktual
747.2398 837.6867
1494.48 4532
Effort Unit
52 Sama seperti jumlah penangkapan, jumlah rata-rata effort aktual penangkapan
adalah sebesar 4532 unit standar alat tangkap. Jumlah ini sudah melebihi kapasitas pada kondisi MEY, MSY, bahkan OA. Oleh karena itu, penangkapan tuna
madidihang di perairan NTT dapat dinyatakan telah mengalami economic overfishing karena jumlah effort aktual telah melebihi jumlah yang dianjurkan.
Nilai para meter rente ekonomi π menunjukkan tingkat keuntungan secara
ekonomi yang diperoleh dari pemanfaatan sumberdaya tuna madidihang. Nilai rente ekonomi yang diperoleh pada rezim MEY yaitu sebesar Rp
18.377.607,2488 yang merupakan rente ekonomi terbesar. Nilai rente ekonomi kedua terdapat pada
rezim MSY yaitu sebesar Rp 18.108.356,8540 dan diikuti Rp 0,- pada rezim OA. Tidak adanya rente ekonomi yang diperoleh pada kondisi OA mengandung arti
bahwa nelayan hanya memperoleh upah atas biaya yang dikeluarkan tanpa memperoleh keuntungan. Jika sumberdaya tuna madidihang di perairan NTT
dibiarkan terbuka untuk setiap orang, maka persaingan usaha pada kondisi ini menjadi tidak terbatas dan dampaknya adalah tingkat resiko yang harus
ditanggung oleh nelayan menjadi semakin besar karena persaingan untuk mendapatkan hasil tangkapan menjadi semakin ketat. Pada kondisi inilah dapat
dikatakan bahwa keuntungan atau nilai rente yang dapat diterima sama dengan nol atau keuntungan normal. Nilai rente pada kondisi MEY lebih tinggi dibandingkan
nilai rente pada MSY dan OA. Nilai rente ekonomi MEY ini merupakan nilai rente maksimum.
6.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nelayan dalam Penangkapan