Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi

28

4.4.6. Uji Kolinearitas Ganda Multicollinearity

Menurut Juanda 2009, salah satu asumsi dari model regresi ganda adalah bahwa tidak ada hubungan linear sempurna antar peubah bebas dalam model tersebut. Jika hubungan tersebut ada, maka dapat dikatakan bahwa dalam model tersebut terdapat multikolinearitas. Deteksi adanya multikolinearitas dalam sebuah model dapat dilakukan dengan membandingkan besarnya nilai koefisien determinasi R 2 dengan koefisien determinasi parsial antar dua peubah bebas r 2 . Kolinear ganda dapat dianggap tidak masalah apabila koefisien determinasi parsial antar dua peubah bebas tidak melebihi nilai koefisien determinasi atau koefisien korelasi berganda antar semua peubah secara simultan. Namun multikolinearitas dianggap sebagai masalah serius jika koefisien determinasi parsial antar dua peubah bebas melebihi atau sama dengan nilai koefisien determinasi atau koefisien korelasi berganda antar semua peubah secara simultan. Keterangan : VIF : variance inflation factor Rj 2 : koefisien determinasi Masalah multicollinearity juga dapat dilihat langsung melalui output komputer, dimana jika nilai VIF 10 maka tidak ada masalah multicollinearity.

4.4.7. Uji Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi yang penting dalam model regresi linear klasik adalah bahwa kesalahan pengganggu ε i mempunyai varian yang sama, artinya Var ε i = Eε i 2 = σ 2 untuk semua i, i = 1, β, …n. Asumsi ini disebut sebagai ............................................................................. .. 4.17 29 homoskedastisitas homoscedastic Supranto, 2004. Model yang tidak memenuhi asumsi tersebut dapat dikatakan memiliki penyimpangan. Penyimpangan terhadap faktor pengganggu sedemikian itu disebut dengan heteroskedastisitas heteroscedasticity Firdaus, 2004, statistik ujinya adalah: F hit = JKR 1 JKR 2 ......................................................................................... …... 4.18 Keterangan: JKR1 = Jumlah kuadrat regresi dari regresi anak contoh pertama JKR2 = Jumlah kuadrat regresi dari regresi anak contoh kedua Jika tidak ada masalah heteroskedastisitas maka nilai F-hitung akan menuju 1. Masalah heteroskedastisitas masih dapat ditolerir jika F-hitung F tabel dengan derajat bebas v1 = v2 = n-c-2k2 dimana n adalah jumlah contoh, c adalah jumlah contoh pemisah, dan k adalah jumlah parameter yang diduga.

4.4.8. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi antar anggota seri observasi yang disusun menurut urutan waktu cross-section, atau korelasi pada dirinya sendiri Supranto, 2004. Autokorelasi dapat terjadi apabila terdapat bias spesifikasi yaitu adanya variabel penting yang tidak dimasukkanke dalam model. Konsekuensi autokorelasi adalah signifikansi, yang artinya uji Fdan uji t menjadi kurang kuat dan taksiran terlalu rendah. Pendeteksian autokorelasi dapat dilakukan dengan metode grafik dan ujiDurbin-Watson uji DW. Nilai statisktik DW berada pada kisaran nilai 0 sampai 4. Jika nilainya mendekati 2 maka menunjukkan tidak ada autokorelasi ordo kesatu, dan jika nilai DW lebih atau kurang dari 2 maka terdapat 30 autokorelasi. Untuk melihat ada tidaknya autokorelasi, gambar 3 berikut akan menyajikan daerah keputusan autokorelasi. Sumber: Juanda 2009 Gambar 3. Daerah Keputusan Autokorelasi Selain itu, untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi pada suatu model dapat melihat Tabel 4 yang menunjukkan distribusi nilai DW dimana nilai tersebut telah disusun oleh Durbin Watson untuk derajat keyakinan 95 dan 99. Tabel 4. Selang Nilai Statistik Durbin-Watson serta Keputusannya Nilai Durbin-Watson Kesimpulan DW 1,10 Ada autokorelasi 1,10 DW 1,54 Tanpa kesimpulan 1,55 DW 2,46 Tidak ada autokorelasi 2,46 DW 2,90 Tanpa kesimpulan DW 2,91 Ada autokorelasi Sumber: Firdaus 2004

4.4.9. Analisis Surplus Ekonomi Perikanan Tuna Madidihang dengan