Kondisi Permintaan Analisis Porter’s Diamond

5.3.2. Kondisi Permintaan

Kondisi permintaan merupakan sifat dari permintaan pasar asal untuk barang dan jasa. Pada subsektor perdagangan besar dan eceran, kondisi permintaan dapat digambarkan melalui tingkat kesejahteraan masyarakat Kota Pekanbaru. Salah satu cara mengukur kesejahteraan masyarkat di Kota Pekanbaru adalah dengan melihat banyaknya proporsi pengeluaran penduduk di Kota Pekanbaru baik untuk komoditi makanan dan non makanan. Proporsi pengeluaran masyarakat dengan tingkat pendapatan tinggi terhadap kebutuhan non pangan seperti perumahan, barang dan jasa, pakaian dan barang tahan lama kendaraan, perhiasan dan lain sebagainya relatif lebih besar dibandingkan dengan masyarakat dengan tingkat pendapatan yang lebih rendah Royyan, 2006. Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011, diolah. Gambar 5. Grafik Proporsi Pengeluaran Makanan dan Non makanan Masyarakat Kota Pekanbaru Tahun 2007-2010 44.12 44.84 42.17 44.69 55.88 55.16 57.83 55.31 10 20 30 40 50 60 70 2007 2008 2009 2010 Makanan Non-makanan Pada Gambar 5, terlihat bahwa proporsi pengeluaran masyarakat di Kota Pekanbaru lebih besar terhadap komoditi non makanan. Meskipun ada fluktuasi, namun secara umum dapat dikatakan bahwa masyarakat Kota Pekanbaru relatif makmur didasari dengan proporsi pengeluaran tersebut. Secara alamiah, kuantitas pangan yang dibutuhkan oleh seseorang akan mencapai titik maksimum sedangkan kebutuhan non pangannya tidak Mulyanto, 2005. Selain dengan melihat proporsi pengeluaran, pengukuran kondisi permintaan di Kota Pekanbaru juga dapat dilakukan dengan melihat kondisi pengeluaran perkapita masyarakat. Dari segi pengeluaran perkapita masyarakat Kota Pekanbaru, terlihat adanya perkembangan tren yang positif meskipun terdapat adanya fluktuasi yang kecil. Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011, diolah. Gambar 6. Grafik Perkembangan Pengeluaran Perkapita Kota Pekanbaru dalam Rupiah Tahun 2007 -2010. Pada tahun 2007, terjadi peningkatan pengeluaran perkapita yang cukup tinggi sebesar 369672 rupiah 64. Hal tersebut dipengaruhi oleh terjadinya inflasi yang dipicu oleh kenaikan indeks harga kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesasr 3.95 persen, kesehatan sebesar 2.03 persen, pendidikan, 573995 943667 924207 934999 500000 600000 700000 800000 900000 1000000 2007 2008 2009 2010 rekreasi dan olahraga 0.99 persen, sandang sebesar 0.46 persen, transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0.29 persen serta bahan makanan sebesar 0.11 persen. Beberapa komoditas yang menyebabkan terjadinya inflasi di Kota Pekanbaru ini adalah terjadinya peningkatan harga pada rokok, tomat sayur, ikan serai, emas perhiasan, bahan pelumasoli, beras, surat kabar harian dan gula pasir. Tercatat tingkat inflasi pada tahun 2007 adalah sebesar 9.16 persen year on year BPS Kota Pekanbaru, 2006. Kondisi permintaan memperlihatkan kondisi yang baik dan memiliki keunggulan secara umum yang ditunjukkan dengan peningkatan pengeluaran perkapita masyarakat serta proporsi pengeluaran masyarakat terhadap komoditi non makanan lebih tinggi daripada komoditi makanan.

5.3.3. Strategi Perusahaan dan Pesaing