Definisi Operasional Variabel METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data

3.2.5. Analisis Porter’s Diamond

Analisis Porter’s Diamond digunakan untuk menganalisis kondisi dayasaing sektor unggulan kota Pekanbaru. Analisis ini berupa analisis secara deskriptif berdasarkan empat elemen utama yaitu kondisi faktor, kondisi permintaan, strategi perusahaan dan pesaing dan terakhir adalah industri pendukung dan industri terkait. Selain empat elemen utama tersebut, terdapat dua komponen pendukung didalam penyusunan analisis ini yaitu peran pemerintah daerah dan peran kesempatan.

3.3. Definisi Operasional Variabel

Berikut adalah konsep serta definisi variabel-variabel yang digunakan di dalam penelitian ini: 1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku ADHB maupun Atas Dasar Harga Konstan ADHK merupakan nilai produksi barang dan jasa akhir dalam suatu kurun waktu tertentu yang dihasilkan suatu daerah. Dinamakan bruto karena memasukkan komponen penyusutan. Dinamakan domestik karena menyangkut batas wilayah daerah. Disebut konstan karena harga digunakan mengacu pada tahun tertentu tahun dasar = 2000 dan dinamakan berlaku karena menggunakan harga pada tahun berjalan tahun sesuai dengan periode perhitungan PDRB. PDRB juga sering disebut dengan NTB Nilai Tambah Bruto. 2. Pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan dari nilai PDRB atas dasar harga konstan pada suatu periode tertentu yang dibandingkan dengan nilai PDRB atas dasar harga konstan pada tahun sebelumnya. 3. Sektor ekonomi menyatakan lapangan usaha pembentuk PDRB sektoral di suatu wilayah. Sektor atau lapangan usaha pada ini sama dengan konsep yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik BPS yang terdiri dari sembilan sektor yaitu: pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan perbankan serta yang terakhir adalah sektor jasa-jasa. 4. Sektor dan subsektor ekonomi potensial merupakan sektor dan subsektor ekonomi yang memiliki satu atau gabungan kriteria seperti keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif dan spesialisasi jika dibandingkan dengan sektor dan subsektor ekonomi yang sama pada wilayah lainnya. 5. Kontribusi sektor adalah sumbangan share atau presentase dari nilai tambah tiap sektor terhadap total PDRB pada suatu periode waktu tertentu. 6. Keunggulan kompetitif berarti kemampuan dayasaing kegiatan ekonomi yang lebih besar pada suatu daerah terhadap kegiatan ekonomi yang sama di daerah lainnya. Keunggulan kompetitif juga merupakan cerminan dari keunggulan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah terhadap wilayah lainnya yang dijadikan tolak ukur. 7. Keunggulan komparatif mengacu pada kegiatan ekonomi suatu daerah yang menurut perbandingan lebih menguntungkan bagi perekonomian daerah tersebut. Perbandingan tersebut merupakan perbandingan kontribusi nilai tambah bruto suatu sektorsubsektor ekonomi suatu daerah yang lebih besar dibandingkan dengan daerah lainnya. IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Wilayah Geografis a. Letak dan Luas Kota Pekanbaru terletak antara 101°14 - 101°34 Bujur Timur dan 0°25 - 0°45 Lintang Utara dengan ketinggian berkisar 5 – 50 meter dari permukaan laut. Permukaan wilayah bagian utara landai dan bergelombang dengan ketinggian berkisar antara 5 - 11 meter. Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 1987 tanggal 7 September 1987, daerah Kota Pekanbaru diperluas dari ± 62.96 Km² menjadi ± 446.50 Km² yang terdiri dari 8 kecamatan dan 45 kelurahandesa. Dari hasil pengukuran di lapangan oleh BPN tingkat I Riau, ditetapkan luas wilayah Kota Pekanbaru adalah 632.26 Km². Kota Pekanbaru umumnya merupakan daerah datar dengan struktur tanah terdiri dari jenis aluvial dengan pasir. Untuk daerah pinggiran kota, pada umumnya terdiri dari jenis tanah organosol dan humus yang merupakan rawa-rawa dan bersifat asam sehingga sangat kerosif untuk besi. Dilihat dari komposisi penggunaan lahan, sekitar 52.51 luas lahan yang ada di Kota Pekanbaru digunakan untuk lahan bukan pertanian. Terjadinya peningkatan kegiatan pembangunan menyebabkan peningkatan pada sektor kegiatan penduduk di segala bidang yang pada akhirnya meningkatkan tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap penyediaan fasilitas dan utilitas perkotaan serta kebutuhan lainnya. Demi menciptakan ketertiban di dalam pemerintahan dan pembinaan wilayah yang luas, maka dibentuklah kecamatan- kecamatan baru sejalan dengan dikeluarkannya Perda Peraturan Daerah Kota Pekanbaru nomor 4 tahun 2003. Pemberlakuan Perda tersebut berimbas pada satuan administratif baru Kota Pekanbaru yang awalnya terdiri dari 8 kecamatan dan 45 kelurahandesa menjadi 12 kecamatan dan 58 kelurahandesa.

b. Batas