kotakabupaten lainnya yaitu sebesar 17.48 persen. Perbandingan kontribusi antar kabupaten dan kota di Provinsi Riau dijelaskan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Rata-Rata Kontribusi KotaKabupaten terhadap PDRB Tanpa Migas Provinsi Riau Tahun 2006-2010.
KotaKabupaten Kontribusi
Pekanbaru 17.48
Indragiri Hilir 11.98
Siak 10.36
Rokan Hilir 8.37
Pelalawan 8,36
Indragiri Hulu 8.15
Kampar 7.92
Bengkalis 7.64
Kuantan Singingi 6.87
Rokan Hulu 5.96
Dumai 3.03
Kepulauan Meranti 2.90
Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011, diolah.
1.2. Perumusan Masalah
Melalui pemberian otonomi yang besar pada daerah, maka saat ini dan masa mendatang
keberhasilan pengembangan
wilayah sangat
tergantung pada
kebijaksanaan pemerintah daerah terutama dalam menyikapi perubahan-perubahan yang terjadi. Oleh karena itu, setiap pemerintah daerah harus mampu
mengembangkan visi pengembangan wilayahnya masing-masing sesuai dengan nilai,
arah dan tujuan yang akan mengarahkan masa depan wilayah yang bersangkutan Daryanto dan Hafizrianda, 2010.
Perbedaan kelimpahan sumberdaya di masing-masing daerah di Indonesia memberikan keragaman pada sektor ekonomi unggulannya. Perubahan kinerja
perekonomian, pola struktur pertumbuhan ekonomi serta indikator ekonomi lainnya merupakan faktor-faktor yang mencerminkan adanya proses pembangunan ekonomi
di suatu daerah. Penetapan prioritas pembangunan harusnya didasari oleh analisis tentang sektor dan subsektor mana yang menjadi unggulan dan memiliki potensi ke
depan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Sebagai provinsi dengan kontribusi PDRB yang cukup besar terhadap PDB
Indonesia, maka pertumbuhan perekonomian Provinsi Riau akan berdampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Provinsi Riau dikenal sebagai daerah
penghasil migas. Ketergantungan terhadap sektor migas sebagai sektor ekonomi utama sangat tidak ideal untuk perencanaan pembangunan jangka panjang. Hal itu
disebabkan sebagai sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, cadangan migas cenderung memiliki trend yang negatif dari tahun ke tahun. Oleh karena itulah
dibutuhkan identifikasi sektor ekonomi unggulan baru yang berasal dari kelompok non migas.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau tentu tidak lepas dari pengaruh pertumbuhan ekonomi Kota Pekanbaru sebagai ibukota provinsi yang juga
merupakan pusat perekonomian provinsi. Dengan mengetahui sektor dan subsektor mana yang menjadi unggulan, maka diharapkan perencanaan pembangunan Kota
Pekanbaru akan menjadi semakin terarah dan mampu mendukung terciptanya
pembangunan yang berkelanjutan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah yang menjadi objek penelitian ini, yaitu:
1. Sektorsubsektor manakah yang berpotensi di Kota Pekanbaru untuk menjadi sektorsubsektor unggulan wilayah?
2. Bagaimana kondisi dayasaing dari sektorsubsektor tersebut?
1.3. Tujuan Penelitian