6. Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Unggulan Berdasarkan Indeks Komposit

Tabel 6. Hasil Penghitungan LQ dan Rata-rata LQ Kota Pekanbaru, Tahun 2004 – 2010. SektorSubsektor LQ Tahun 2010 Rata-rata LQ Tahun 2004-2010 1. Pertanian 0.04 0.04 a. Tanaman Bahan Makanan 0.03 0.03 b. Tanaman Perkebunan - - c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 0.65 0.74 d. Kehutanan - - e. Perikanan 0.01 0.02

2. Pertambangan dan Penggalian 0.01

0.02 a. Pertambangan - - b. Penggalian 0.03 0.04

3. Industri Pengolahan 0.55

0.62 a. Industri Pengolahan Migas - - b. Industri Pengolahan Tanpa Migas 0.55 0.62

4. Listrik dan Air Minum 2.52

2.63 a. Listrik 2.48 2.65 b. Air Minum 3.06 3.03

5. Bangunan 2.31

2.47 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

1.73 1.79

a. Perdagangan Besar dan Eceran 1.68 1.74 b. Hotel 3.11 3.39 c. Restoran 3.25 3.13

7. Pengangkutan dan Komunikasi 2.38

2.45 a. Pengangkutan 2.11 2.21 1. Angkutan Darat 2.19 2.35 2. Angkutan Laut 0.06 0.07 3. Angkutan Udara 5.73 5.81 4. Jasa Penunjang Angkutan 2.10 2.33 b. Komunikasi 3.67 4.02

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 2.47

2.54 a. Bank 4.15 4.66 b. Lembaga Keuangan Non Bank 2.12 2.27 c. Sewa Bangunan 1.19 1.28 d. Jasa Perusahaan 3.53 3.94

9. Jasa-jasa 1.60

1.68 a. Pemerintahan Umum 1.46 1.50 b. Swasta 2.04 2.28 1. Sosial Kemasyarakatan 2.16 2.45 2. Hiburan dan Rekreasi 1.83 2.14 3. Perorangan dan Rumahtangga 2.06 2.28 Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011, diolah. Berdasarkan Tabel 6, sektor ekonomi yang memiliki keunggulan komparatif di Kota Pekanbaru pada tahun 2010 serta selama periode setelah ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah di Indonesia pada tahun 2004 – 2010 terdiri dari 6 sektor yang sama. Sektor ekonomi yang memiliki keunggulan komparatif di Kota Pekanbaru dengan nilai LQ lebih dari satu 1 yaitu, sektor listrik dan air minum, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan persewaan dan jasa dan terakhir adalah sektor jasa-jasa. Secara umum, sektor yang memiliki nilai LQ lebih dari satu 1 dikategorikan telah mampu memenuhi permintaan di dalam daerah itu sendiri dan dimungkinkan untuk melakukan ekspor ke luar daerahnya. Dari segi subsektor, terdapat beberapa subsektor yang memiliki nilai koefisien LQ lebih dari satu 1. Subsektor bank merupakan subsektor dengan nilai koefisien LQ paling besar yaitu 4.15, kemudian subsektor jasa perusahaan pada urutan kedua dengan nilai koefisien LQ sebesar 3.53 dan subsektor air minum berada pada urutan ketiga dengan nilai koefisien LQ sebesar 3.06. Dari hasil LQ tersebut kemudian dilakukan indeksasi. Indeksasi dilakukan untuk memberikan penilaian kriteria yang sama pada setiap indikator sektor unggulan sehingga indikator tersebut dapat dihitung secara bersama-sama dengan menggunakan indeks komposit. Sektor pertambangan dan penggalian diberikan nilai 1 karena merupakan sektor yang memiliki nilai LQ paling rendah, sedangkan sektor listrik dan air minum yang merupakan sektor dengan nilai LQ paling tinggi diberikan nilai indeks sebesar 5. Tabel 7. Indeks Location Quotient LQ Kota Pekanbaru menurut sektor tahun 2010 SektorSubsektor LQ Tahun 2010 Indeks 1. Pertanian 0.040 1.043 2. Pertambangan dan Penggalian 0.013 1.000 3. Industri Pengolahan 0.554 1.863 4. Listrik dan Air Minum 2.521 5.000 5. Bangunan 2.314 4.670 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.725 3.731 7. Pengangkutan dan Komunikasi 2.384 4.781 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 2.473 4.924 9. Jasa-jasa 1.596 3.525 Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011, diolah. Berdasarkan penghitungan indeks LQ pada tahun 2010 Tabel 7, sektor dengan nilai indeks tertinggi dimiliki oleh sektor listrik dan air minum. Namun demikian, hasil dari analisis LQ tersebut tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya Kota Pekanbaru. Sampai saat ini Kota Pekanbaru masih bergantung dengan pasokan listrik dari PLTA Koto Panjang yang terletak di Kabupaten Kampar. Selain itu, dari subsektor air minum, PDAM Kota Pekanbaru masih mengalami defisit di dalam pemenuhan kebutuhan air bagi penduduk Kota Pekanbaru. Ketidaksesuaian antara nilai koefisien LQ dengan keadaan sebenarnya di Kota Pekanbaru, dapat disebabkan oleh sifat dari data sekunder dimana data yang digunakan di dalam pembentukan nilai LQ adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang sangat statis dan dikumpulkan secara periodik oleh lembaga penyedia data dalam penelitian ini adalah BPS Kota Pekanbaru. Hal tersebut menyebabkan data sekunder tidak dapat menjelaskan fenomena-fenomena di luar rentang waktu pengumpulan data seperti adanya fluktuasi supply dan demand sehingga memungkinkan adanya ketidaksesuaian antara data dengan kondisi daerah sebenarnya. Sektor dengan nilai indeks terendah dimiliki oleh pertambangan dan penggalian.Hal tersebut sesuai dengan kondisi alam Kota Pekanbaru yang tidak memiliki daerah pertambangan sehingga kegiatan pertambangan dan penggalian tidak dapat dijadikan sebagai kegiatan ekonomi yang potensial untuk dikembangkan lebih lanjut lagi.

5.1.2. Analisis Metode Rasio Pertumbuhan MRP

Analisis Metode Rasio Pertumbuhan MRP terdiri atas dua instrumen pengukuran. Instrumen pertama adalah Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi RPs yang menunjukkan rasio pertumbuhan sektorsubsektor dengan nilai PDRB sektorsubsektor tersebut antara Kota Pekanbaru dengan Provinsi Riau. Instrumen kedua adalah Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi RPr, yaitu rasio pertumbuhan suatu sektorsubsektor ekonomi di Provinsi Riau terhadap pertumbuhan ekonomi PDRB agregat di Provinsi Riau. Analisis MRP ini digunakan untuk melihat bagaimana potensi dari suatu sektorsubsektor memberikan dampak pada perekonomian wilayah. Nilai RPs dan RPr diatas satu 1 mengindikasikan bahwa suatu sektorsubsektor memiliki potensi untuk dikembangkan. Dari hasil penghitungan dengan menggunakan analisis MRP Tabel 8, sektor keuangan, persewaan dan jasa di Kota Pekanbaru merupakan sektor yang memiliki nilai RPs paling tinggi RPs = 1.171, dan secara umum sektor tersebut juga potensial di Provinsi Riau RPr 1. Nilai RPs dan RPr yang diatas 1 1 menjelaskan bahwa sektor tersebut dapat dikategorikan sebagai sektor yang potensial dilihat dari pertumbuhan PDRBnya. Selain sektor tersebut, terdapat tiga sektor lain yang memiliki kriteria RPs dan RPr diatas satu 1 yaitu sektor bangunan, perdagangan hotel dan restoran, dan pengangkutan dan komunikasi. Sektor keuangan, persewaan dan jasa dikategorikan sebagai sektor yang memiliki potensi terutama pada subsektor perbankan. Berikut adalah persebaran bank umum menurut kotakabupaten di Provinsi Riau pada tahun 2010. Tabel 8. Jaringan Persebaran Bank Umum di Provinsi Riau Tahun 2010. No. Kabupaten Kota Jumlah Kantor Bank Umum di KabupatenKota KP Kanwil KC KCP KK Lainnya 1. Pekanbaru 1 1 43 102 21 36 2. Bengkalis - - 4 36 3 9 3. Dumai - - 7 14 3 7 4. Indragiri Hulu - - 4 17 6 5 5. Indragiri Hilir - - 4 16 1 4 6. Kampar - - 2 28 2 3 7. Kuantan Singi - - 2 14 2 3 8. Pelalawan - - 2 21 1 3 9. Rokan Hulu - - 1 16 1 2 10. Rokan Hilir - - 2 16 1 2 11. Siak - - 2 26 3 8 12. Meranti - - 3 4 1 2 Total 1 1 76 310 45 84 Sumber: http:www.riau.go.idindex.php?indBumd, diolah. Jaringan perbankan Provinsi Riau sejauh ini masih terpusat di Kota Pekanbaru. Hal tersebut menjadikan subsektor perbankan masih menjadi subsektor yang memiliki potensi baik di masa depan. Kegiatan perekonomian di Kota Pekanbaru yang semakin maju akan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan sektor perbankan di kota ini. Kegiatan bisnis pada umumnya membutuhkan sumber pendanaan yang salah satunya didapatkan dari pinjaman bank. Selain itu, kemajuan perekonomian akan membawa dampak pada semakin makmurnya kondisi ekonomi masyarakat. Semakin makmur masyarakat di suatu wilayah, maka akan semakin tinggi pula kecendrungan dari masyarakat tersebut untuk menabung Modigliani, 1986. Sektor pertanian dan sektor listrik dan air minum merupakan sektor dengan nilai RPr dan RPs yang lebih kecil dari satu 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian dan sektor listrik dan air minum bukan merupakan sektor yang potensial jika dilihat dari sisi pertumbuhannya baik di Kota Pekanbaru maupun di Provinsi Riau. Sektor pertanian merupakan sektor yang tidak dapat dikategorikan sebagai sektor ekonomi yang potensial. Pada umumnya, kegiatan perekonomian masyarakat di Kota Pekanbaru lebih terpusat pada kegiatan yang bersifat off-farm. Sebagai kota yang diproyeksikan sebagai kota bisnis, lahan-lahan kosong yang terdapat di Kota Pekanbaru lebih difungsikan sebagai lahan untuk bangunan seperti pusat bisnis maupun perumahan. Meskipun memiliki lahan yang difungsikan sebagai lahan pertanian, namun hal tersebut tidak dapat memberikan potensi yang baik di masa depan karena mayoritas sifat tanah di Kota Pekanbaru adalah gambut yang bersifat asam sehingga tidak cocok jika diusahakan sebagai lahan pertanian secara luas. Tabel 9. Hasil Pengukuran Rasio Pertumbuhan Provinsi Riau RPr dan Rasio Pertumbuhan Kota Pekanbaru RPs, Tahun 2004 – 2010 SektorSubsektor RPs RPr 1. Pertanian 0.835 0.651 a. Tanaman Bahan Makanan 0.956 0.320 b. Tanaman Perkebunan - 0.978 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 0.695 0.840 d. Kehutanan - 0.332 e. Perikanan 0.672 0.859

2. Pertambangan dan Penggalian 0.287

2.697 a. Pertambangan - 8.202 b. Penggalian 0.631 1.260

3. Industri Pengolahan 0.813

1.111 a. Industri Pengolahan Migas - - b. Industri Pengolahan Tanpa Migas 0.813 1.111

4. Listrik dan Air Minum 0.923

0.816 a. Listrik 0.873 0.885 b. Air Minum 1.456 0.455

5. Bangunan 1.016

1.167 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.079 1.228 a. Perdagangan Besar dan Eceran 1.077 1.229 b. Hotel 0.946 1.149 c. Restoran 1.335 1.220

7. Pengangkutan dan Komunikasi 1.082

1.201 a. Pengangkutan 1.043 1.013 1. Angkutan Darat 0.934 0.957 2. Angkutan Laut 1.100 0.873 3. Angkutan Udara 1.124 1.670 4. Jasa Penunjang Angkutan 0.813 1.284 b. Komunikasi 0.885 2.470

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 1.171

1.748 a. Bank 0.918 3.607 b. Lembaga Keuangan Non Bank 0.887 1.066 c. Sewa Bangunan 0.881 1.201 d. Jasa Perusahaan 0.829 1.234

9. Jasa-jasa 0.969

1.127 a. Pemerintahan Umum 1.044 1.102 b. Swasta 0.805 1.210 1. Sosial Kemasyarakatan 0.817 1.250 2. Hiburan dan Rekreasi 0.684 1.250 3. Perorangan dan Rumahtangga 0.825 1.201 Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011, diolah. Untuk penghitungan indeks komposit, hasil penghitungan MRP yang diindekskan adalah RPs dengan pertimbangan bahwa RPs menggambarkan secara khusus potensi sektor ekonomi Kota Pekanbaru.Hasil indeksasi RPs ditampilkan pada Tabel 10. Tabel 10. Indeks Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi RPs Kota Pekanbaru Tahun 2004 – 2010. SektorSubsektor RPs Indeks 1. Pertanian 0.835 3.480 2. Pertambangan dan Penggalian 0.287 1.000

3. Industri Pengolahan 0.813

3.380 4. Listrik dan Air Minum 0.923 3.876

5. Bangunan 1.016

4.297 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.079 4.583

7. Pengangkutan dan Komunikasi 1.082

4.598 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 1.171 5.000

9. Jasa-jasa 0.969

4.083 Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011, diolah. Dari hasi penghitungan indeks, sektor keuangan, persewaan dan jasa merupakan sektor dengan indeks tertinggi pada tahun 2004-2010. Hal tersebut sesuai dengan keadaan riil yang terjadi baik di Provinsi Riau maupun Kota Pekanbaru. Sektor keuangan, persewaan dan jasa terutama subsektor bank mengalami kenaikan kinerja. Kinerja perbankan dapat dilihat dari tingkat kredit macetnya NPL. Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 610PBI2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, semakin tinggi nilai NPL diatas 5 maka bank tersebut tidak sehat. NPL yang tinggi menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh bank. Nilai NPL perbankan Kota Pekanbaru tercatat sebesar 2.22 persen pada tahun 2010 utusanriau.com, 2013.

5.1.3. Indeks Kontribusi PDRB IKP

PDRB merupakan salah satu indikator yang digunakan di dalam meniliai kondisi perekonomian suatu wilayah. PDRB menurut lapangan usaha terdiri dari sembilan sektor ekonomi dimana masing-masing sektor memiliki subsektor tersendiri. Salah satu cara untuk menentukan sektor ekonomi yang dapat dijadikan andalan di suatu wilayah adalah dengan cara melihat seberapa besar kontribusi dari sektor tersebut terhadap perekonomian wilayah secara agregat. Indeks kontribusi PDRB digunakan untuk melihat rasio nilai PDRB tiap sektor terhadap nilai PDRB total. Kontribusi PDRB pada penelitian ini merupakan kontribusi rata-rata sektorsubsektor selama tahun 2004-2010 di Kota Pekanbaru. Berdasarkan Tabel 10, sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang memiliki rata-rata kontribusi tersebesar yaitu 30.954 persen selama tahun 2004-2010 dengan subsektor perdagangan besar dan eceran menjadi pemberi kontribusi paling banyak yaitu sebesar 29.086 persen. Perdagangan besar dan eceran menjadi kontributor terbesar di dalam struktur perekonomian tanpa migas Kota Pekanbaru, terutama dari sektor penjualan bahan kebutuhan pokok dan alat-alat komunikasi dan elektronik . Indikator kontribusi PDRB ini kemudian diindeksasi agar diperoleh kesamaan kriteria penilaian untuk melakukan indeks komposit. Sektor yang memiliki indeks kontribusi PDRB terbesar diberikan nilai indeks tertinggi yaitu 5 sedangkan yang terdendah diberikan nilai indeks sebesar 1. Tabel 11 . Rata-rata kontribusi PDRB Kota Pekanbaru menurut sektor dan subsektor tahun 2004-2010. SektorSubsektor Kontribusi PDRB 1. Pertanian 1.697 a. Tanaman Bahan Makanan 0.145 b. Tanaman Perkebunan - c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1.492 d. Kehutanan - e. Perikanan 0.060

2. Pertambangan dan Penggalian 0.031

a. Pertambangan - b. Penggalian 0.031

3. Industri Pengolahan 10.955

a. Industri Pengolahan Migas - b. Industri Pengolahan Tanpa Migas 10.955

4. Listrik dan Air Minum 1.292

a. Listrik 1.068 b. Air Minum 0.224

5. Bangunan 16.986

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 30.954

a. Perdagangan Besar dan Eceran 29.086 b. Hotel 1.003 c. Restoran 0.866

7. Pengangkutan dan Komunikasi 14.656

a. Pengangkutan 11.584 1. Angkutan Darat 8.436 2. Angkutan Laut 0.060 3. Angkutan Udara 2.108 4. Jasa Penunjang Angkutan 0.980 b. Komunikasi 3.072

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 6.084

a. Bank 3.187 b. Lembaga Keuangan Non Bank 0.425 c. Sewa Bangunan 1.820 d. Jasa Perusahaan 0.651

9. Jasa-jasa 17.345

a. Pemerintahan Umum 11.803 b. Swasta 5.542 1. Sosial Kemasyarakatan 0.464 2. Hiburan dan Rekreasi 0.599 3. Perorangan dan Rumahtangga 3.814 Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011, diolah. Pada Tabel 12, berdasarkan hasil analisis IKP pada tabel 11, kesembilan sektor yang dianalisis diindeksasi untuk dilihat sektor mana yang merupakan sektor unggulan Kota Pekanbaru. Sektor yang memiliki nilai indeks tertinggi dapat disimpulkan sebagai sektor unggulan. Tabel 12 . Indeks Kontribusi PDRB Kota Pekanbaru, Tahun 2004-2010 SektorSubsektor IKP Indeks 1. Pertanian 1.697 1.216 2. Pertambangan dan Penggalian 0.031 1.000

3. Industri Pengolahan 10.955

2.413 4. Listrik dan Air Minum 1.292 1.163

5. Bangunan 16.986

3.193 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 30.954 5.000

7. Pengangkutan dan Komunikasi 14.656

2.892 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 6.084 1.783

9. Jasa-jasa 17.345

3.240 Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2012, diolah. Dari hasil indeksasi koefisien IKP Kota Pekanbaru tahun 2004-2010, didapatkan hasil bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan. Sedangkan sektor yang tidak dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan adalah sektor pertambangan dan penggalian. Kota Pekanbaru merupakan kota yang diproyeksikan sebagai kota perdagangan di Provinsi Riau. Oleh karena itu, kegiatan perdagangan sangat mendominasi di dalam pembentukan PDRB Kota Pekanbaru. Kegiatan yang berhubungan dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran dapat dikategorikan sebagai kegiatan utama perekonomian Kota Pekanbaru. Hal tersebut terbukti kontribusi yang sangat besar yaitu sepertiga 30.954 dari total PDRB Kota Pekanbaru tahun 2004-2010 berasal dari kegiatan ini.

5.2. Sektor Unggulan Berdasarkan Indeks Komposit

Penentuan sektor unggulan dilakukan dengan metode indeks komposit yang menggunakan tiga indikator, yaitu koefisien Location Quotient LQ dari sisi PDRB tahun 2010, Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi RPs yang diperoleh dari analisis serta rata-rata kontribusi PDRB tiap sektor ekonomi tahun 2004-2010. Indeks komposit merupakan rata-rata dari total nilai indeks tiga indikator penentu sektor unggulan tersebut. Indeks komposit dengan nilai tertinggi didalam penelitian ini disimpulkan sebagai sektor unggulan Kota Pekanbaru. Tabel 13. Indeks komposit sebagai penentu sektor unggulan Kota Pekanbaru Sektor Indeks LQ Indeks RPs Indeks Kontribusi Indeks Komposit 1. Pertanian 1.043 3.480 1.216 2.374 2. Pertambangan dan Penggalian 1.000 1.000 1.000 1.000 3. Industri Pengolahan 1.863 3.380 2.413 2.826 4. Listrik dan Air Minum 5.000 3.876 1.163 3.559 5. Bangunan 4.670 4.297 3.193 4.207 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.731 4.583 5.000 4.575 7. Pengangkutan dan Komunikasi 4.781 4.598 2.892 4.318 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 4.924 5.000 1.783 4.289 9. Jasa-jasa 3.525 4.083 3.240 3.819 Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011, diolah. Berdasarkan hasil penghitungan indeks komposit pada Tabel 13, dapat disimpulkan bahwa sektor unggulan Kota Pekanbaru dengan indeks komposit terbesar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 4.575. Dari tiga indikator yang digunakan, sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki keunggulan dari segi kontribusi terhadap PDRB Kota Pekanbaru dengan nilai indeks sebesar 5, sedangkan dari indeks LQ dan indeks RPs sektor ini memiliki indeks masing-masing sebesar 3.731 dan 4.583. Sektor dengan indeks komposit tertinggi kedua adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa dan sektor dengan nilai komposit terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai indeks sebesar 1. Dari sisi subsektor, dilakukan analisis dengan menggunakan kriteria dari ketiga alat analisis yang digunakan di dalam penelitian ini.Hasil identifikasi subsektor unggulan ditunjukkan pada Tabel 14. Tabel 14. Kontribusi Rata-rata Subsektor Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran tahun 2004-2010 Subsektor Rata-rata LQ Rata-rata RPS Rata-rata IKP a. Perdagangan Besar dan Eceran 1.737 1.08 29.086 b. Hotel 3.394 0.95 1.003 c. Restoran 3.128 1.34 0.866 Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011, diolah. Jika dilihat dari Tabel 14, subsektor perdagangan besar dan eceran merupakan subsektor yang memenuhi kriteria sebagai sektor unggulan karena mampu memenuhi kebutuhan daerah sendiri dan memiliki kemampuan untuk memenuhi permintaan yang berasal dari luar wilayah nilai koefisien LQ rata-rata diatas 1 1 , sektor dengan potensi yang baik dan merupakan sektor yang potensial juga di Provinsi Riau nilai koefisien rata-rata RPr dan RPs diatas 1 1 , dan memiliki kontribusi yang besar terhadap perekonomian Kota Pekanbaru dilihat dari rata-rata indeks kontribusi PDRB. Perdagangan besar dan eceran sebagai subsektor unggulan terkait dengan keberadaan berbagai pusat perbelanjaan, pasar-pasar tradisional berskala besar serta merupakan kota tujuan belanja masyarakat di luar wilayah Kota Pekanbaru.

5.3. Analisis Porter’s Diamond