Tabel  6.  Hasil  Penghitungan  LQ  dan  Rata-rata  LQ  Kota  Pekanbaru,  Tahun 2004 – 2010.
SektorSubsektor LQ Tahun
2010 Rata-rata LQ
Tahun 2004-2010 1. Pertanian
0.04 0.04
a. Tanaman Bahan Makanan 0.03
0.03 b. Tanaman Perkebunan
- -
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 0.65
0.74 d. Kehutanan
- -
e. Perikanan 0.01
0.02
2. Pertambangan dan Penggalian 0.01
0.02 a. Pertambangan
- -
b. Penggalian 0.03
0.04
3. Industri Pengolahan 0.55
0.62 a. Industri Pengolahan Migas
- -
b. Industri Pengolahan Tanpa Migas 0.55
0.62
4. Listrik dan Air Minum 2.52
2.63
a. Listrik 2.48
2.65 b. Air Minum
3.06 3.03
5. Bangunan 2.31
2.47 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
1.73 1.79
a. Perdagangan Besar dan Eceran 1.68
1.74 b. Hotel
3.11 3.39
c. Restoran 3.25
3.13
7. Pengangkutan dan Komunikasi 2.38
2.45
a. Pengangkutan 2.11
2.21 1. Angkutan Darat
2.19 2.35
2. Angkutan Laut 0.06
0.07 3. Angkutan  Udara
5.73 5.81
4. Jasa Penunjang Angkutan 2.10
2.33 b. Komunikasi
3.67 4.02
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 2.47
2.54
a. Bank 4.15
4.66 b. Lembaga Keuangan Non Bank
2.12 2.27
c. Sewa Bangunan 1.19
1.28 d. Jasa Perusahaan
3.53 3.94
9. Jasa-jasa 1.60
1.68
a. Pemerintahan Umum 1.46
1.50 b. Swasta
2.04 2.28
1. Sosial Kemasyarakatan 2.16
2.45 2. Hiburan dan Rekreasi
1.83 2.14
3. Perorangan dan Rumahtangga 2.06
2.28
Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011, diolah.
Berdasarkan Tabel 6, sektor ekonomi yang memiliki keunggulan komparatif di  Kota  Pekanbaru  pada  tahun  2010  serta  selama  periode  setelah  ditetapkannya
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang  Otonomi Daerah di Indonesia pada tahun  2004  –  2010  terdiri  dari  6  sektor  yang  sama.  Sektor  ekonomi  yang  memiliki
keunggulan  komparatif  di  Kota  Pekanbaru  dengan  nilai  LQ  lebih  dari  satu      1 yaitu,  sektor  listrik  dan  air  minum,  bangunan,  perdagangan,  hotel  dan  restoran,
pengangkutan  dan  komunikasi,  keuangan  persewaan  dan  jasa  dan  terakhir  adalah sektor jasa-jasa. Secara umum, sektor yang  memiliki  nilai  LQ  lebih dari  satu   1
dikategorikan  telah  mampu  memenuhi  permintaan  di  dalam  daerah  itu  sendiri  dan dimungkinkan  untuk  melakukan  ekspor  ke  luar  daerahnya.  Dari  segi  subsektor,
terdapat beberapa subsektor yang  memiliki  nilai  koefisien LQ  lebih dari  satu   1. Subsektor  bank  merupakan  subsektor  dengan  nilai  koefisien  LQ  paling  besar  yaitu
4.15, kemudian subsektor  jasa perusahaan pada urutan kedua dengan  nilai  koefisien LQ  sebesar  3.53  dan  subsektor  air  minum  berada  pada  urutan  ketiga  dengan  nilai
koefisien LQ sebesar 3.06. Dari  hasil  LQ  tersebut  kemudian  dilakukan  indeksasi.  Indeksasi  dilakukan
untuk memberikan penilaian kriteria yang sama pada setiap indikator sektor unggulan sehingga  indikator  tersebut  dapat  dihitung  secara  bersama-sama  dengan
menggunakan indeks komposit. Sektor pertambangan dan penggalian diberikan nilai 1 karena merupakan sektor yang memiliki nilai LQ paling rendah, sedangkan sektor
listrik dan air minum yang merupakan sektor dengan nilai LQ paling tinggi diberikan nilai indeks sebesar 5.
Tabel 7. Indeks Location Quotient LQ Kota Pekanbaru  menurut sektor tahun
2010 SektorSubsektor
LQ Tahun 2010 Indeks
1. Pertanian 0.040
1.043 2. Pertambangan dan Penggalian
0.013 1.000
3. Industri Pengolahan 0.554
1.863 4. Listrik dan Air Minum
2.521 5.000
5. Bangunan 2.314
4.670 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
1.725 3.731
7. Pengangkutan dan Komunikasi 2.384
4.781 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
2.473 4.924
9. Jasa-jasa 1.596
3.525
Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011, diolah.
Berdasarkan  penghitungan  indeks  LQ  pada  tahun  2010  Tabel  7,  sektor dengan  nilai  indeks  tertinggi  dimiliki  oleh  sektor  listrik  dan  air  minum.  Namun
demikian, hasil dari analisis LQ tersebut tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya Kota Pekanbaru. Sampai saat ini Kota Pekanbaru masih bergantung dengan pasokan listrik
dari  PLTA  Koto  Panjang  yang  terletak  di  Kabupaten  Kampar.  Selain  itu,  dari subsektor  air  minum,  PDAM  Kota  Pekanbaru  masih  mengalami  defisit  di  dalam
pemenuhan kebutuhan air bagi penduduk Kota Pekanbaru. Ketidaksesuaian  antara  nilai  koefisien  LQ  dengan  keadaan  sebenarnya  di
Kota  Pekanbaru,  dapat  disebabkan  oleh  sifat  dari  data  sekunder  dimana  data  yang digunakan  di  dalam  pembentukan  nilai  LQ  adalah  data  sekunder.  Data  sekunder
merupakan  data  yang  sangat  statis  dan  dikumpulkan  secara  periodik  oleh  lembaga penyedia  data  dalam  penelitian  ini  adalah  BPS  Kota  Pekanbaru.  Hal  tersebut
menyebabkan  data  sekunder  tidak  dapat  menjelaskan  fenomena-fenomena  di  luar rentang  waktu  pengumpulan  data  seperti  adanya  fluktuasi  supply  dan  demand
sehingga  memungkinkan  adanya  ketidaksesuaian  antara  data  dengan  kondisi  daerah sebenarnya.
Sektor  dengan  nilai  indeks  terendah  dimiliki  oleh  pertambangan  dan penggalian.Hal  tersebut  sesuai  dengan  kondisi  alam  Kota  Pekanbaru  yang  tidak
memiliki daerah pertambangan sehingga kegiatan pertambangan dan penggalian tidak dapat dijadikan sebagai kegiatan ekonomi  yang potensial untuk dikembangkan  lebih
lanjut lagi.
5.1.2. Analisis Metode Rasio Pertumbuhan MRP
Analisis  Metode  Rasio  Pertumbuhan  MRP  terdiri  atas  dua  instrumen pengukuran. Instrumen pertama adalah Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi RPs yang
menunjukkan rasio
pertumbuhan sektorsubsektor
dengan nilai
PDRB sektorsubsektor  tersebut  antara  Kota  Pekanbaru  dengan  Provinsi  Riau.  Instrumen
kedua adalah Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi RPr, yaitu rasio pertumbuhan suatu  sektorsubsektor  ekonomi  di  Provinsi  Riau  terhadap  pertumbuhan  ekonomi
PDRB agregat di Provinsi Riau. Analisis  MRP  ini  digunakan  untuk  melihat  bagaimana  potensi  dari  suatu
sektorsubsektor  memberikan  dampak  pada  perekonomian  wilayah.  Nilai  RPs  dan RPr  diatas  satu      1  mengindikasikan  bahwa  suatu  sektorsubsektor  memiliki
potensi untuk dikembangkan. Dari  hasil  penghitungan  dengan  menggunakan  analisis  MRP  Tabel  8,
sektor  keuangan,  persewaan  dan  jasa  di  Kota  Pekanbaru  merupakan  sektor  yang memiliki nilai RPs paling tinggi RPs = 1.171, dan secara umum sektor tersebut juga
potensial  di  Provinsi  Riau  RPr    1.  Nilai  RPs  dan  RPr  yang  diatas  1      1 menjelaskan bahwa sektor tersebut dapat dikategorikan sebagai sektor yang potensial
dilihat  dari  pertumbuhan  PDRBnya.  Selain  sektor  tersebut,  terdapat  tiga  sektor  lain yang  memiliki  kriteria  RPs  dan  RPr  diatas  satu      1  yaitu  sektor  bangunan,
perdagangan hotel dan restoran, dan pengangkutan dan komunikasi. Sektor  keuangan,  persewaan  dan  jasa  dikategorikan  sebagai  sektor  yang
memiliki potensi terutama pada subsektor perbankan. Berikut adalah persebaran bank umum menurut kotakabupaten di Provinsi Riau pada tahun 2010.
Tabel 8. Jaringan Persebaran Bank Umum di Provinsi Riau Tahun 2010.
No. Kabupaten
Kota Jumlah Kantor Bank Umum di KabupatenKota
KP Kanwil
KC KCP
KK Lainnya
1. Pekanbaru
1 1
43 102
21 36
2. Bengkalis
- -
4 36
3 9
3. Dumai
- -
7 14
3 7
4. Indragiri Hulu
- -
4 17
6 5
5. Indragiri Hilir
- -
4 16
1 4
6. Kampar
- -
2 28
2 3
7. Kuantan Singi
- -
2 14
2 3
8. Pelalawan
- -
2 21
1 3
9. Rokan Hulu
- -
1 16
1 2
10. Rokan Hilir
- -
2 16
1 2
11. Siak
- -
2 26
3 8
12. Meranti
- -
3 4
1 2
Total 1
1 76
310 45
84
Sumber: http:www.riau.go.idindex.php?indBumd, diolah.
Jaringan  perbankan  Provinsi  Riau  sejauh  ini  masih  terpusat  di  Kota Pekanbaru.  Hal  tersebut  menjadikan  subsektor  perbankan  masih  menjadi  subsektor
yang  memiliki  potensi  baik  di  masa  depan.  Kegiatan  perekonomian  di  Kota
Pekanbaru  yang  semakin  maju  akan  berdampak  signifikan  terhadap  pertumbuhan sektor  perbankan  di  kota  ini.  Kegiatan  bisnis  pada  umumnya  membutuhkan  sumber
pendanaan  yang  salah  satunya  didapatkan  dari  pinjaman  bank.  Selain  itu,  kemajuan perekonomian  akan  membawa  dampak  pada  semakin  makmurnya  kondisi  ekonomi
masyarakat.  Semakin  makmur  masyarakat  di  suatu  wilayah,  maka  akan  semakin tinggi  pula  kecendrungan  dari  masyarakat  tersebut  untuk  menabung  Modigliani,
1986. Sektor pertanian dan sektor listrik dan air minum merupakan sektor dengan
nilai RPr dan RPs yang lebih kecil dari satu   1. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor  pertanian    dan  sektor  listrik  dan  air  minum  bukan  merupakan  sektor  yang
potensial  jika  dilihat  dari  sisi  pertumbuhannya  baik  di  Kota  Pekanbaru  maupun  di Provinsi Riau.
Sektor  pertanian  merupakan  sektor  yang  tidak  dapat  dikategorikan  sebagai sektor  ekonomi  yang  potensial.  Pada  umumnya,  kegiatan  perekonomian  masyarakat
di  Kota Pekanbaru  lebih terpusat pada kegiatan  yang  bersifat  off-farm. Sebagai kota yang  diproyeksikan  sebagai  kota  bisnis,  lahan-lahan  kosong  yang  terdapat  di  Kota
Pekanbaru  lebih  difungsikan  sebagai  lahan  untuk  bangunan  seperti  pusat  bisnis maupun  perumahan.  Meskipun  memiliki  lahan  yang  difungsikan  sebagai  lahan
pertanian,  namun  hal  tersebut  tidak  dapat  memberikan  potensi  yang  baik  di  masa depan  karena  mayoritas  sifat  tanah  di  Kota  Pekanbaru  adalah  gambut  yang  bersifat
asam sehingga tidak cocok jika diusahakan sebagai lahan pertanian secara luas.
Tabel  9.  Hasil  Pengukuran  Rasio  Pertumbuhan  Provinsi  Riau  RPr  dan  Rasio Pertumbuhan Kota Pekanbaru RPs, Tahun 2004 – 2010
SektorSubsektor RPs
RPr 1. Pertanian
0.835 0.651
a. Tanaman Bahan Makanan 0.956
0.320 b. Tanaman Perkebunan
- 0.978
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 0.695
0.840 d. Kehutanan
- 0.332
e. Perikanan 0.672
0.859
2. Pertambangan dan Penggalian 0.287
2.697
a. Pertambangan -
8.202 b. Penggalian
0.631 1.260
3. Industri Pengolahan 0.813
1.111
a. Industri Pengolahan Migas -
- b. Industri Pengolahan Tanpa Migas
0.813 1.111
4. Listrik dan Air Minum 0.923
0.816
a. Listrik 0.873
0.885 b. Air Minum
1.456 0.455
5. Bangunan 1.016
1.167 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
1.079 1.228
a. Perdagangan Besar dan Eceran 1.077
1.229 b. Hotel
0.946 1.149
c. Restoran 1.335
1.220
7. Pengangkutan dan Komunikasi 1.082
1.201
a. Pengangkutan 1.043
1.013 1. Angkutan Darat
0.934 0.957
2. Angkutan Laut 1.100
0.873 3. Angkutan  Udara
1.124 1.670
4. Jasa Penunjang Angkutan 0.813
1.284 b. Komunikasi
0.885 2.470
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 1.171
1.748
a. Bank 0.918
3.607 b. Lembaga Keuangan Non Bank
0.887 1.066
c. Sewa Bangunan 0.881
1.201 d. Jasa Perusahaan
0.829 1.234
9. Jasa-jasa 0.969
1.127
a. Pemerintahan Umum 1.044
1.102 b. Swasta
0.805 1.210
1. Sosial Kemasyarakatan 0.817
1.250 2. Hiburan dan Rekreasi
0.684 1.250
3. Perorangan dan Rumahtangga 0.825
1.201
Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011, diolah.
Untuk  penghitungan  indeks  komposit,  hasil  penghitungan  MRP  yang diindekskan  adalah  RPs  dengan  pertimbangan  bahwa  RPs  menggambarkan  secara
khusus potensi sektor ekonomi Kota Pekanbaru.Hasil indeksasi RPs ditampilkan pada Tabel 10.
Tabel  10.  Indeks  Rasio  Pertumbuhan  Wilayah  Studi  RPs  Kota  Pekanbaru Tahun  2004 – 2010.
SektorSubsektor RPs
Indeks
1. Pertanian 0.835
3.480 2. Pertambangan dan Penggalian
0.287 1.000
3. Industri Pengolahan 0.813
3.380 4. Listrik dan Air Minum
0.923 3.876
5. Bangunan 1.016
4.297 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
1.079 4.583
7. Pengangkutan dan Komunikasi 1.082
4.598 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
1.171 5.000
9. Jasa-jasa 0.969
4.083
Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011, diolah.
Dari  hasi  penghitungan  indeks,  sektor  keuangan,  persewaan  dan  jasa merupakan sektor dengan indeks tertinggi pada tahun 2004-2010. Hal tersebut sesuai
dengan  keadaan  riil  yang  terjadi  baik  di  Provinsi  Riau  maupun  Kota  Pekanbaru. Sektor  keuangan,  persewaan  dan  jasa  terutama  subsektor  bank  mengalami  kenaikan
kinerja.  Kinerja  perbankan  dapat  dilihat  dari  tingkat  kredit  macetnya  NPL.  Sesuai dengan   Peraturan  Bank  Indonesia  Nomor  610PBI2004  tanggal  12  April  2004
tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, semakin tinggi  nilai NPL diatas  5  maka  bank  tersebut  tidak  sehat.  NPL  yang  tinggi  menyebabkan
menurunnya  laba  yang  akan  diterima  oleh  bank.  Nilai  NPL  perbankan Kota Pekanbaru tercatat sebesar 2.22 persen pada tahun 2010 utusanriau.com, 2013.
5.1.3. Indeks Kontribusi PDRB IKP
PDRB  merupakan  salah  satu  indikator  yang  digunakan  di  dalam  meniliai kondisi  perekonomian  suatu  wilayah.  PDRB  menurut  lapangan  usaha  terdiri  dari
sembilan  sektor  ekonomi  dimana  masing-masing  sektor  memiliki  subsektor tersendiri.  Salah  satu  cara  untuk  menentukan  sektor  ekonomi  yang  dapat  dijadikan
andalan di suatu  wilayah adalah dengan cara melihat seberapa besar kontribusi dari sektor  tersebut  terhadap  perekonomian  wilayah  secara  agregat.  Indeks  kontribusi
PDRB  digunakan  untuk  melihat  rasio  nilai  PDRB  tiap  sektor  terhadap  nilai  PDRB total.  Kontribusi  PDRB  pada  penelitian  ini  merupakan  kontribusi  rata-rata
sektorsubsektor selama tahun 2004-2010 di Kota Pekanbaru. Berdasarkan  Tabel  10,  sektor  perdagangan,  hotel  dan  restoran  merupakan
sektor yang memiliki rata-rata kontribusi tersebesar yaitu 30.954 persen selama tahun 2004-2010  dengan  subsektor  perdagangan  besar  dan  eceran  menjadi  pemberi
kontribusi paling banyak  yaitu sebesar 29.086 persen. Perdagangan besar dan eceran menjadi  kontributor  terbesar  di  dalam  struktur  perekonomian  tanpa  migas  Kota
Pekanbaru,  terutama  dari  sektor  penjualan  bahan  kebutuhan  pokok  dan  alat-alat komunikasi dan elektronik
.
Indikator  kontribusi  PDRB  ini  kemudian  diindeksasi  agar  diperoleh kesamaan kriteria penilaian untuk melakukan indeks komposit. Sektor yang memiliki
indeks  kontribusi  PDRB  terbesar  diberikan  nilai  indeks  tertinggi  yaitu  5  sedangkan yang terdendah diberikan nilai indeks sebesar 1.
Tabel  11 .  Rata-rata  kontribusi  PDRB  Kota  Pekanbaru  menurut  sektor  dan
subsektor tahun 2004-2010. SektorSubsektor
Kontribusi PDRB 1. Pertanian
1.697
a. Tanaman Bahan Makanan 0.145
b. Tanaman Perkebunan -
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1.492
d. Kehutanan -
e. Perikanan 0.060
2. Pertambangan dan Penggalian 0.031
a. Pertambangan -
b. Penggalian 0.031
3. Industri Pengolahan 10.955
a. Industri Pengolahan Migas -
b. Industri Pengolahan Tanpa Migas 10.955
4. Listrik dan Air Minum 1.292
a. Listrik 1.068
b. Air Minum 0.224
5. Bangunan 16.986
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 30.954
a. Perdagangan Besar dan Eceran 29.086
b. Hotel 1.003
c. Restoran 0.866
7. Pengangkutan dan Komunikasi 14.656
a. Pengangkutan 11.584
1. Angkutan Darat 8.436
2. Angkutan Laut 0.060
3. Angkutan  Udara 2.108
4. Jasa Penunjang Angkutan 0.980
b. Komunikasi 3.072
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 6.084
a. Bank 3.187
b. Lembaga Keuangan Non Bank 0.425
c. Sewa Bangunan 1.820
d. Jasa Perusahaan 0.651
9. Jasa-jasa 17.345
a. Pemerintahan Umum 11.803
b. Swasta 5.542
1. Sosial Kemasyarakatan 0.464
2. Hiburan dan Rekreasi 0.599
3. Perorangan dan Rumahtangga 3.814
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011, diolah.
Pada  Tabel  12,  berdasarkan  hasil  analisis  IKP  pada  tabel  11,  kesembilan sektor  yang  dianalisis  diindeksasi  untuk  dilihat  sektor  mana  yang  merupakan  sektor
unggulan  Kota  Pekanbaru.  Sektor  yang  memiliki  nilai  indeks  tertinggi  dapat disimpulkan sebagai sektor unggulan.
Tabel 12 . Indeks Kontribusi PDRB Kota Pekanbaru, Tahun 2004-2010
SektorSubsektor IKP
Indeks
1. Pertanian 1.697
1.216 2. Pertambangan dan Penggalian
0.031 1.000
3. Industri Pengolahan 10.955
2.413 4. Listrik dan Air Minum
1.292 1.163
5. Bangunan 16.986
3.193 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
30.954 5.000
7. Pengangkutan dan Komunikasi 14.656
2.892 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
6.084 1.783
9. Jasa-jasa 17.345
3.240
Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2012, diolah.
Dari  hasil  indeksasi  koefisien  IKP  Kota  Pekanbaru  tahun  2004-2010, didapatkan  hasil  bahwa  sektor  perdagangan,  hotel  dan  restoran  merupakan  sektor
yang dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan. Sedangkan sektor yang tidak dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan adalah sektor pertambangan dan penggalian.
Kota  Pekanbaru  merupakan  kota  yang  diproyeksikan  sebagai  kota perdagangan  di  Provinsi  Riau.  Oleh  karena  itu,  kegiatan  perdagangan  sangat
mendominasi  di  dalam  pembentukan  PDRB  Kota  Pekanbaru.  Kegiatan  yang berhubungan  dengan  sektor  perdagangan,  hotel  dan  restoran  dapat  dikategorikan
sebagai  kegiatan  utama  perekonomian  Kota  Pekanbaru.  Hal  tersebut  terbukti kontribusi  yang  sangat  besar  yaitu  sepertiga  30.954    dari  total  PDRB  Kota
Pekanbaru tahun 2004-2010 berasal dari kegiatan ini.
5.2. Sektor Unggulan Berdasarkan Indeks Komposit
Penentuan  sektor  unggulan  dilakukan  dengan  metode  indeks  komposit  yang menggunakan tiga indikator, yaitu koefisien Location Quotient LQ dari sisi PDRB
tahun  2010,  Rasio  Pertumbuhan  Wilayah  Studi  RPs  yang  diperoleh  dari  analisis serta  rata-rata  kontribusi  PDRB  tiap  sektor  ekonomi  tahun  2004-2010.  Indeks
komposit  merupakan  rata-rata  dari  total  nilai  indeks  tiga  indikator  penentu  sektor unggulan  tersebut.  Indeks  komposit  dengan  nilai  tertinggi  didalam  penelitian  ini
disimpulkan sebagai sektor unggulan Kota Pekanbaru.
Tabel 13. Indeks komposit sebagai penentu sektor unggulan Kota Pekanbaru Sektor
Indeks LQ
Indeks RPs
Indeks Kontribusi
Indeks Komposit
1. Pertanian 1.043
3.480 1.216
2.374 2. Pertambangan dan Penggalian
1.000 1.000
1.000 1.000
3. Industri Pengolahan 1.863
3.380 2.413
2.826 4. Listrik dan Air Minum
5.000 3.876
1.163 3.559
5. Bangunan 4.670
4.297 3.193
4.207 6. Perdagangan, Hotel dan
Restoran 3.731
4.583 5.000
4.575
7. Pengangkutan dan Komunikasi 4.781
4.598 2.892
4.318 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
4.924 5.000
1.783 4.289
9. Jasa-jasa 3.525
4.083 3.240
3.819
Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011, diolah.
Berdasarkan  hasil  penghitungan  indeks  komposit  pada  Tabel  13,  dapat disimpulkan  bahwa  sektor  unggulan  Kota  Pekanbaru  dengan  indeks  komposit
terbesar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 4.575. Dari tiga indikator  yang  digunakan,  sektor  perdagangan,  hotel  dan  restoran  memiliki
keunggulan dari segi kontribusi terhadap PDRB Kota Pekanbaru dengan nilai indeks sebesar  5,  sedangkan  dari  indeks  LQ  dan  indeks  RPs  sektor  ini  memiliki  indeks
masing-masing  sebesar  3.731  dan  4.583.  Sektor  dengan  indeks  komposit  tertinggi kedua adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa dan sektor dengan nilai komposit
terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai indeks sebesar 1. Dari  sisi  subsektor,  dilakukan  analisis  dengan  menggunakan  kriteria  dari
ketiga alat analisis yang digunakan di dalam penelitian ini.Hasil identifikasi subsektor unggulan ditunjukkan pada Tabel 14.
Tabel  14.  Kontribusi  Rata-rata  Subsektor  Sektor  Perdagangan,  Hotel  dan Restoran tahun 2004-2010
Subsektor Rata-rata
LQ Rata-rata
RPS Rata-rata
IKP a. Perdagangan Besar dan Eceran
1.737 1.08
29.086 b. Hotel
3.394 0.95
1.003 c. Restoran
3.128 1.34
0.866
Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011, diolah.
Jika  dilihat  dari  Tabel  14,  subsektor  perdagangan  besar  dan  eceran merupakan subsektor yang memenuhi kriteria sebagai sektor unggulan karena mampu
memenuhi  kebutuhan  daerah  sendiri  dan  memiliki  kemampuan  untuk  memenuhi permintaan yang berasal dari luar wilayah nilai koefisien LQ rata-rata diatas 1  1
,  sektor  dengan  potensi  yang  baik  dan  merupakan  sektor  yang  potensial  juga  di Provinsi  Riau  nilai  koefisien  rata-rata  RPr  dan  RPs  diatas  1    1  ,  dan  memiliki
kontribusi  yang  besar  terhadap  perekonomian  Kota  Pekanbaru  dilihat  dari  rata-rata indeks kontribusi PDRB. Perdagangan besar dan eceran sebagai subsektor unggulan
terkait  dengan  keberadaan  berbagai  pusat  perbelanjaan,  pasar-pasar  tradisional berskala  besar serta merupakan kota tujuan belanja masyarakat di luar wilayah Kota
Pekanbaru.
5.3. Analisis Porter’s Diamond