Tabel 6. Hasil Penghitungan LQ dan Rata-rata LQ Kota Pekanbaru, Tahun 2004 – 2010.
SektorSubsektor LQ Tahun
2010 Rata-rata LQ
Tahun 2004-2010 1. Pertanian
0.04 0.04
a. Tanaman Bahan Makanan 0.03
0.03 b. Tanaman Perkebunan
- -
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 0.65
0.74 d. Kehutanan
- -
e. Perikanan 0.01
0.02
2. Pertambangan dan Penggalian 0.01
0.02 a. Pertambangan
- -
b. Penggalian 0.03
0.04
3. Industri Pengolahan 0.55
0.62 a. Industri Pengolahan Migas
- -
b. Industri Pengolahan Tanpa Migas 0.55
0.62
4. Listrik dan Air Minum 2.52
2.63
a. Listrik 2.48
2.65 b. Air Minum
3.06 3.03
5. Bangunan 2.31
2.47 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
1.73 1.79
a. Perdagangan Besar dan Eceran 1.68
1.74 b. Hotel
3.11 3.39
c. Restoran 3.25
3.13
7. Pengangkutan dan Komunikasi 2.38
2.45
a. Pengangkutan 2.11
2.21 1. Angkutan Darat
2.19 2.35
2. Angkutan Laut 0.06
0.07 3. Angkutan Udara
5.73 5.81
4. Jasa Penunjang Angkutan 2.10
2.33 b. Komunikasi
3.67 4.02
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 2.47
2.54
a. Bank 4.15
4.66 b. Lembaga Keuangan Non Bank
2.12 2.27
c. Sewa Bangunan 1.19
1.28 d. Jasa Perusahaan
3.53 3.94
9. Jasa-jasa 1.60
1.68
a. Pemerintahan Umum 1.46
1.50 b. Swasta
2.04 2.28
1. Sosial Kemasyarakatan 2.16
2.45 2. Hiburan dan Rekreasi
1.83 2.14
3. Perorangan dan Rumahtangga 2.06
2.28
Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011, diolah.
Berdasarkan Tabel 6, sektor ekonomi yang memiliki keunggulan komparatif di Kota Pekanbaru pada tahun 2010 serta selama periode setelah ditetapkannya
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah di Indonesia pada tahun 2004 – 2010 terdiri dari 6 sektor yang sama. Sektor ekonomi yang memiliki
keunggulan komparatif di Kota Pekanbaru dengan nilai LQ lebih dari satu 1 yaitu, sektor listrik dan air minum, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran,
pengangkutan dan komunikasi, keuangan persewaan dan jasa dan terakhir adalah sektor jasa-jasa. Secara umum, sektor yang memiliki nilai LQ lebih dari satu 1
dikategorikan telah mampu memenuhi permintaan di dalam daerah itu sendiri dan dimungkinkan untuk melakukan ekspor ke luar daerahnya. Dari segi subsektor,
terdapat beberapa subsektor yang memiliki nilai koefisien LQ lebih dari satu 1. Subsektor bank merupakan subsektor dengan nilai koefisien LQ paling besar yaitu
4.15, kemudian subsektor jasa perusahaan pada urutan kedua dengan nilai koefisien LQ sebesar 3.53 dan subsektor air minum berada pada urutan ketiga dengan nilai
koefisien LQ sebesar 3.06. Dari hasil LQ tersebut kemudian dilakukan indeksasi. Indeksasi dilakukan
untuk memberikan penilaian kriteria yang sama pada setiap indikator sektor unggulan sehingga indikator tersebut dapat dihitung secara bersama-sama dengan
menggunakan indeks komposit. Sektor pertambangan dan penggalian diberikan nilai 1 karena merupakan sektor yang memiliki nilai LQ paling rendah, sedangkan sektor
listrik dan air minum yang merupakan sektor dengan nilai LQ paling tinggi diberikan nilai indeks sebesar 5.
Tabel 7. Indeks Location Quotient LQ Kota Pekanbaru menurut sektor tahun
2010 SektorSubsektor
LQ Tahun 2010 Indeks
1. Pertanian 0.040
1.043 2. Pertambangan dan Penggalian
0.013 1.000
3. Industri Pengolahan 0.554
1.863 4. Listrik dan Air Minum
2.521 5.000
5. Bangunan 2.314
4.670 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
1.725 3.731
7. Pengangkutan dan Komunikasi 2.384
4.781 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
2.473 4.924
9. Jasa-jasa 1.596
3.525
Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011, diolah.
Berdasarkan penghitungan indeks LQ pada tahun 2010 Tabel 7, sektor dengan nilai indeks tertinggi dimiliki oleh sektor listrik dan air minum. Namun
demikian, hasil dari analisis LQ tersebut tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya Kota Pekanbaru. Sampai saat ini Kota Pekanbaru masih bergantung dengan pasokan listrik
dari PLTA Koto Panjang yang terletak di Kabupaten Kampar. Selain itu, dari subsektor air minum, PDAM Kota Pekanbaru masih mengalami defisit di dalam
pemenuhan kebutuhan air bagi penduduk Kota Pekanbaru. Ketidaksesuaian antara nilai koefisien LQ dengan keadaan sebenarnya di
Kota Pekanbaru, dapat disebabkan oleh sifat dari data sekunder dimana data yang digunakan di dalam pembentukan nilai LQ adalah data sekunder. Data sekunder
merupakan data yang sangat statis dan dikumpulkan secara periodik oleh lembaga penyedia data dalam penelitian ini adalah BPS Kota Pekanbaru. Hal tersebut
menyebabkan data sekunder tidak dapat menjelaskan fenomena-fenomena di luar rentang waktu pengumpulan data seperti adanya fluktuasi supply dan demand
sehingga memungkinkan adanya ketidaksesuaian antara data dengan kondisi daerah sebenarnya.
Sektor dengan nilai indeks terendah dimiliki oleh pertambangan dan penggalian.Hal tersebut sesuai dengan kondisi alam Kota Pekanbaru yang tidak
memiliki daerah pertambangan sehingga kegiatan pertambangan dan penggalian tidak dapat dijadikan sebagai kegiatan ekonomi yang potensial untuk dikembangkan lebih
lanjut lagi.
5.1.2. Analisis Metode Rasio Pertumbuhan MRP
Analisis Metode Rasio Pertumbuhan MRP terdiri atas dua instrumen pengukuran. Instrumen pertama adalah Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi RPs yang
menunjukkan rasio
pertumbuhan sektorsubsektor
dengan nilai
PDRB sektorsubsektor tersebut antara Kota Pekanbaru dengan Provinsi Riau. Instrumen
kedua adalah Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi RPr, yaitu rasio pertumbuhan suatu sektorsubsektor ekonomi di Provinsi Riau terhadap pertumbuhan ekonomi
PDRB agregat di Provinsi Riau. Analisis MRP ini digunakan untuk melihat bagaimana potensi dari suatu
sektorsubsektor memberikan dampak pada perekonomian wilayah. Nilai RPs dan RPr diatas satu 1 mengindikasikan bahwa suatu sektorsubsektor memiliki
potensi untuk dikembangkan. Dari hasil penghitungan dengan menggunakan analisis MRP Tabel 8,
sektor keuangan, persewaan dan jasa di Kota Pekanbaru merupakan sektor yang memiliki nilai RPs paling tinggi RPs = 1.171, dan secara umum sektor tersebut juga
potensial di Provinsi Riau RPr 1. Nilai RPs dan RPr yang diatas 1 1 menjelaskan bahwa sektor tersebut dapat dikategorikan sebagai sektor yang potensial
dilihat dari pertumbuhan PDRBnya. Selain sektor tersebut, terdapat tiga sektor lain yang memiliki kriteria RPs dan RPr diatas satu 1 yaitu sektor bangunan,
perdagangan hotel dan restoran, dan pengangkutan dan komunikasi. Sektor keuangan, persewaan dan jasa dikategorikan sebagai sektor yang
memiliki potensi terutama pada subsektor perbankan. Berikut adalah persebaran bank umum menurut kotakabupaten di Provinsi Riau pada tahun 2010.
Tabel 8. Jaringan Persebaran Bank Umum di Provinsi Riau Tahun 2010.
No. Kabupaten
Kota Jumlah Kantor Bank Umum di KabupatenKota
KP Kanwil
KC KCP
KK Lainnya
1. Pekanbaru
1 1
43 102
21 36
2. Bengkalis
- -
4 36
3 9
3. Dumai
- -
7 14
3 7
4. Indragiri Hulu
- -
4 17
6 5
5. Indragiri Hilir
- -
4 16
1 4
6. Kampar
- -
2 28
2 3
7. Kuantan Singi
- -
2 14
2 3
8. Pelalawan
- -
2 21
1 3
9. Rokan Hulu
- -
1 16
1 2
10. Rokan Hilir
- -
2 16
1 2
11. Siak
- -
2 26
3 8
12. Meranti
- -
3 4
1 2
Total 1
1 76
310 45
84
Sumber: http:www.riau.go.idindex.php?indBumd, diolah.
Jaringan perbankan Provinsi Riau sejauh ini masih terpusat di Kota Pekanbaru. Hal tersebut menjadikan subsektor perbankan masih menjadi subsektor
yang memiliki potensi baik di masa depan. Kegiatan perekonomian di Kota
Pekanbaru yang semakin maju akan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan sektor perbankan di kota ini. Kegiatan bisnis pada umumnya membutuhkan sumber
pendanaan yang salah satunya didapatkan dari pinjaman bank. Selain itu, kemajuan perekonomian akan membawa dampak pada semakin makmurnya kondisi ekonomi
masyarakat. Semakin makmur masyarakat di suatu wilayah, maka akan semakin tinggi pula kecendrungan dari masyarakat tersebut untuk menabung Modigliani,
1986. Sektor pertanian dan sektor listrik dan air minum merupakan sektor dengan
nilai RPr dan RPs yang lebih kecil dari satu 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian dan sektor listrik dan air minum bukan merupakan sektor yang
potensial jika dilihat dari sisi pertumbuhannya baik di Kota Pekanbaru maupun di Provinsi Riau.
Sektor pertanian merupakan sektor yang tidak dapat dikategorikan sebagai sektor ekonomi yang potensial. Pada umumnya, kegiatan perekonomian masyarakat
di Kota Pekanbaru lebih terpusat pada kegiatan yang bersifat off-farm. Sebagai kota yang diproyeksikan sebagai kota bisnis, lahan-lahan kosong yang terdapat di Kota
Pekanbaru lebih difungsikan sebagai lahan untuk bangunan seperti pusat bisnis maupun perumahan. Meskipun memiliki lahan yang difungsikan sebagai lahan
pertanian, namun hal tersebut tidak dapat memberikan potensi yang baik di masa depan karena mayoritas sifat tanah di Kota Pekanbaru adalah gambut yang bersifat
asam sehingga tidak cocok jika diusahakan sebagai lahan pertanian secara luas.
Tabel 9. Hasil Pengukuran Rasio Pertumbuhan Provinsi Riau RPr dan Rasio Pertumbuhan Kota Pekanbaru RPs, Tahun 2004 – 2010
SektorSubsektor RPs
RPr 1. Pertanian
0.835 0.651
a. Tanaman Bahan Makanan 0.956
0.320 b. Tanaman Perkebunan
- 0.978
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 0.695
0.840 d. Kehutanan
- 0.332
e. Perikanan 0.672
0.859
2. Pertambangan dan Penggalian 0.287
2.697
a. Pertambangan -
8.202 b. Penggalian
0.631 1.260
3. Industri Pengolahan 0.813
1.111
a. Industri Pengolahan Migas -
- b. Industri Pengolahan Tanpa Migas
0.813 1.111
4. Listrik dan Air Minum 0.923
0.816
a. Listrik 0.873
0.885 b. Air Minum
1.456 0.455
5. Bangunan 1.016
1.167 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
1.079 1.228
a. Perdagangan Besar dan Eceran 1.077
1.229 b. Hotel
0.946 1.149
c. Restoran 1.335
1.220
7. Pengangkutan dan Komunikasi 1.082
1.201
a. Pengangkutan 1.043
1.013 1. Angkutan Darat
0.934 0.957
2. Angkutan Laut 1.100
0.873 3. Angkutan Udara
1.124 1.670
4. Jasa Penunjang Angkutan 0.813
1.284 b. Komunikasi
0.885 2.470
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 1.171
1.748
a. Bank 0.918
3.607 b. Lembaga Keuangan Non Bank
0.887 1.066
c. Sewa Bangunan 0.881
1.201 d. Jasa Perusahaan
0.829 1.234
9. Jasa-jasa 0.969
1.127
a. Pemerintahan Umum 1.044
1.102 b. Swasta
0.805 1.210
1. Sosial Kemasyarakatan 0.817
1.250 2. Hiburan dan Rekreasi
0.684 1.250
3. Perorangan dan Rumahtangga 0.825
1.201
Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011, diolah.
Untuk penghitungan indeks komposit, hasil penghitungan MRP yang diindekskan adalah RPs dengan pertimbangan bahwa RPs menggambarkan secara
khusus potensi sektor ekonomi Kota Pekanbaru.Hasil indeksasi RPs ditampilkan pada Tabel 10.
Tabel 10. Indeks Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi RPs Kota Pekanbaru Tahun 2004 – 2010.
SektorSubsektor RPs
Indeks
1. Pertanian 0.835
3.480 2. Pertambangan dan Penggalian
0.287 1.000
3. Industri Pengolahan 0.813
3.380 4. Listrik dan Air Minum
0.923 3.876
5. Bangunan 1.016
4.297 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
1.079 4.583
7. Pengangkutan dan Komunikasi 1.082
4.598 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
1.171 5.000
9. Jasa-jasa 0.969
4.083
Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011, diolah.
Dari hasi penghitungan indeks, sektor keuangan, persewaan dan jasa merupakan sektor dengan indeks tertinggi pada tahun 2004-2010. Hal tersebut sesuai
dengan keadaan riil yang terjadi baik di Provinsi Riau maupun Kota Pekanbaru. Sektor keuangan, persewaan dan jasa terutama subsektor bank mengalami kenaikan
kinerja. Kinerja perbankan dapat dilihat dari tingkat kredit macetnya NPL. Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 610PBI2004 tanggal 12 April 2004
tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, semakin tinggi nilai NPL diatas 5 maka bank tersebut tidak sehat. NPL yang tinggi menyebabkan
menurunnya laba yang akan diterima oleh bank. Nilai NPL perbankan Kota Pekanbaru tercatat sebesar 2.22 persen pada tahun 2010 utusanriau.com, 2013.
5.1.3. Indeks Kontribusi PDRB IKP
PDRB merupakan salah satu indikator yang digunakan di dalam meniliai kondisi perekonomian suatu wilayah. PDRB menurut lapangan usaha terdiri dari
sembilan sektor ekonomi dimana masing-masing sektor memiliki subsektor tersendiri. Salah satu cara untuk menentukan sektor ekonomi yang dapat dijadikan
andalan di suatu wilayah adalah dengan cara melihat seberapa besar kontribusi dari sektor tersebut terhadap perekonomian wilayah secara agregat. Indeks kontribusi
PDRB digunakan untuk melihat rasio nilai PDRB tiap sektor terhadap nilai PDRB total. Kontribusi PDRB pada penelitian ini merupakan kontribusi rata-rata
sektorsubsektor selama tahun 2004-2010 di Kota Pekanbaru. Berdasarkan Tabel 10, sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan
sektor yang memiliki rata-rata kontribusi tersebesar yaitu 30.954 persen selama tahun 2004-2010 dengan subsektor perdagangan besar dan eceran menjadi pemberi
kontribusi paling banyak yaitu sebesar 29.086 persen. Perdagangan besar dan eceran menjadi kontributor terbesar di dalam struktur perekonomian tanpa migas Kota
Pekanbaru, terutama dari sektor penjualan bahan kebutuhan pokok dan alat-alat komunikasi dan elektronik
.
Indikator kontribusi PDRB ini kemudian diindeksasi agar diperoleh kesamaan kriteria penilaian untuk melakukan indeks komposit. Sektor yang memiliki
indeks kontribusi PDRB terbesar diberikan nilai indeks tertinggi yaitu 5 sedangkan yang terdendah diberikan nilai indeks sebesar 1.
Tabel 11 . Rata-rata kontribusi PDRB Kota Pekanbaru menurut sektor dan
subsektor tahun 2004-2010. SektorSubsektor
Kontribusi PDRB 1. Pertanian
1.697
a. Tanaman Bahan Makanan 0.145
b. Tanaman Perkebunan -
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1.492
d. Kehutanan -
e. Perikanan 0.060
2. Pertambangan dan Penggalian 0.031
a. Pertambangan -
b. Penggalian 0.031
3. Industri Pengolahan 10.955
a. Industri Pengolahan Migas -
b. Industri Pengolahan Tanpa Migas 10.955
4. Listrik dan Air Minum 1.292
a. Listrik 1.068
b. Air Minum 0.224
5. Bangunan 16.986
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 30.954
a. Perdagangan Besar dan Eceran 29.086
b. Hotel 1.003
c. Restoran 0.866
7. Pengangkutan dan Komunikasi 14.656
a. Pengangkutan 11.584
1. Angkutan Darat 8.436
2. Angkutan Laut 0.060
3. Angkutan Udara 2.108
4. Jasa Penunjang Angkutan 0.980
b. Komunikasi 3.072
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 6.084
a. Bank 3.187
b. Lembaga Keuangan Non Bank 0.425
c. Sewa Bangunan 1.820
d. Jasa Perusahaan 0.651
9. Jasa-jasa 17.345
a. Pemerintahan Umum 11.803
b. Swasta 5.542
1. Sosial Kemasyarakatan 0.464
2. Hiburan dan Rekreasi 0.599
3. Perorangan dan Rumahtangga 3.814
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011, diolah.
Pada Tabel 12, berdasarkan hasil analisis IKP pada tabel 11, kesembilan sektor yang dianalisis diindeksasi untuk dilihat sektor mana yang merupakan sektor
unggulan Kota Pekanbaru. Sektor yang memiliki nilai indeks tertinggi dapat disimpulkan sebagai sektor unggulan.
Tabel 12 . Indeks Kontribusi PDRB Kota Pekanbaru, Tahun 2004-2010
SektorSubsektor IKP
Indeks
1. Pertanian 1.697
1.216 2. Pertambangan dan Penggalian
0.031 1.000
3. Industri Pengolahan 10.955
2.413 4. Listrik dan Air Minum
1.292 1.163
5. Bangunan 16.986
3.193 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
30.954 5.000
7. Pengangkutan dan Komunikasi 14.656
2.892 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
6.084 1.783
9. Jasa-jasa 17.345
3.240
Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2012, diolah.
Dari hasil indeksasi koefisien IKP Kota Pekanbaru tahun 2004-2010, didapatkan hasil bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor
yang dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan. Sedangkan sektor yang tidak dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan adalah sektor pertambangan dan penggalian.
Kota Pekanbaru merupakan kota yang diproyeksikan sebagai kota perdagangan di Provinsi Riau. Oleh karena itu, kegiatan perdagangan sangat
mendominasi di dalam pembentukan PDRB Kota Pekanbaru. Kegiatan yang berhubungan dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran dapat dikategorikan
sebagai kegiatan utama perekonomian Kota Pekanbaru. Hal tersebut terbukti kontribusi yang sangat besar yaitu sepertiga 30.954 dari total PDRB Kota
Pekanbaru tahun 2004-2010 berasal dari kegiatan ini.
5.2. Sektor Unggulan Berdasarkan Indeks Komposit
Penentuan sektor unggulan dilakukan dengan metode indeks komposit yang menggunakan tiga indikator, yaitu koefisien Location Quotient LQ dari sisi PDRB
tahun 2010, Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi RPs yang diperoleh dari analisis serta rata-rata kontribusi PDRB tiap sektor ekonomi tahun 2004-2010. Indeks
komposit merupakan rata-rata dari total nilai indeks tiga indikator penentu sektor unggulan tersebut. Indeks komposit dengan nilai tertinggi didalam penelitian ini
disimpulkan sebagai sektor unggulan Kota Pekanbaru.
Tabel 13. Indeks komposit sebagai penentu sektor unggulan Kota Pekanbaru Sektor
Indeks LQ
Indeks RPs
Indeks Kontribusi
Indeks Komposit
1. Pertanian 1.043
3.480 1.216
2.374 2. Pertambangan dan Penggalian
1.000 1.000
1.000 1.000
3. Industri Pengolahan 1.863
3.380 2.413
2.826 4. Listrik dan Air Minum
5.000 3.876
1.163 3.559
5. Bangunan 4.670
4.297 3.193
4.207 6. Perdagangan, Hotel dan
Restoran 3.731
4.583 5.000
4.575
7. Pengangkutan dan Komunikasi 4.781
4.598 2.892
4.318 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
4.924 5.000
1.783 4.289
9. Jasa-jasa 3.525
4.083 3.240
3.819
Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011, diolah.
Berdasarkan hasil penghitungan indeks komposit pada Tabel 13, dapat disimpulkan bahwa sektor unggulan Kota Pekanbaru dengan indeks komposit
terbesar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 4.575. Dari tiga indikator yang digunakan, sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki
keunggulan dari segi kontribusi terhadap PDRB Kota Pekanbaru dengan nilai indeks sebesar 5, sedangkan dari indeks LQ dan indeks RPs sektor ini memiliki indeks
masing-masing sebesar 3.731 dan 4.583. Sektor dengan indeks komposit tertinggi kedua adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa dan sektor dengan nilai komposit
terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai indeks sebesar 1. Dari sisi subsektor, dilakukan analisis dengan menggunakan kriteria dari
ketiga alat analisis yang digunakan di dalam penelitian ini.Hasil identifikasi subsektor unggulan ditunjukkan pada Tabel 14.
Tabel 14. Kontribusi Rata-rata Subsektor Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran tahun 2004-2010
Subsektor Rata-rata
LQ Rata-rata
RPS Rata-rata
IKP a. Perdagangan Besar dan Eceran
1.737 1.08
29.086 b. Hotel
3.394 0.95
1.003 c. Restoran
3.128 1.34
0.866
Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011, diolah.
Jika dilihat dari Tabel 14, subsektor perdagangan besar dan eceran merupakan subsektor yang memenuhi kriteria sebagai sektor unggulan karena mampu
memenuhi kebutuhan daerah sendiri dan memiliki kemampuan untuk memenuhi permintaan yang berasal dari luar wilayah nilai koefisien LQ rata-rata diatas 1 1
, sektor dengan potensi yang baik dan merupakan sektor yang potensial juga di Provinsi Riau nilai koefisien rata-rata RPr dan RPs diatas 1 1 , dan memiliki
kontribusi yang besar terhadap perekonomian Kota Pekanbaru dilihat dari rata-rata indeks kontribusi PDRB. Perdagangan besar dan eceran sebagai subsektor unggulan
terkait dengan keberadaan berbagai pusat perbelanjaan, pasar-pasar tradisional berskala besar serta merupakan kota tujuan belanja masyarakat di luar wilayah Kota
Pekanbaru.
5.3. Analisis Porter’s Diamond