2.3.7 Hasil Tangkapan Bottom Trawl
Hasil tangkapan utama alat tangkap bottom trawl adalah udang jerbung Penaeus merguiensis, udang windu atau tiger shrimp Penaeus monodon,
udang krosok Slonecera spp dan udang dogol Metapenaeus eboracensis. Hasil tangkapan sampingan yang diperoleh antara lain ikan dasar bottom fish atau
demersal fish seperti pepetek Leioghnathus sp, manyung Arius thalassinus,
beloso Saurida tumbil dan layur Trichiurus savala dan kekerangan Molusca Bappenas 2007.
a b
Gambar 4 Fish finder a dan winch b. Sumber: www.indonetwork.co.id
2.4 Peraturan Mengenai Trawl di Indonesia
Di Indonesia trawl merupakan alat tangkap yang kontroversial. Ada sebagian pihak yang menganggap trawl adalah alat yang merusak lingkungan,
sehingga tidak diijinkan untuk dioperasikan. Akan tetapi di pihak lain banyak nelayan yang menggunakan alat tangkap trawl dengan nama yang berbeda karena
hasil tangkapannya yang banyak.
2.4.1 SK Menteri Pertanian No. 607KPTSUM91976 Tentang Jalur Penangkapan Ikan
Menurut Tripa 2006, pada tahun 1976 lahir Surat Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 607KPTSUM91976 tentang Jalur Penangkapan Ikan dengan
pertimbangan untuk melindungi wilayah perairan dari kegiatan yang menggunakan jenis alat penangkapan ikan tertentu, serta melindungi nelayan kecil
yang tingkat kemampuan operasional unit penangkapannya masih terbatas.
Beberapa ketentuan dalam SK tersebut, antara lain:
1 Jalur Penangkapan I, adalah perairan pantai selebar 3 mil laut yang diukur
dari titik terendah pada waktu air surut; 2
Jalur Penangkapan II, adalah perairan selebar 4 mil laut yang diukur dari garis luar jalur penangkapan I ke arah laut lepas ZEE;
3 Jalur Penangkapan III, adalah perairan selebar 5 mil laut yang diukur dari
garis luar jalur penangkapan II ke arah laut lepas ZEE; 4
Jalur Penangkapan IV, adalah perairan di luar jalur penangkapan III. Menurut Diniah 2001, kaitan antara ketetapan jalur penangkapan
tersebut dengan unit penangkapan trawl adalah: 1
Jalur penangkapan I tertutup bagi semua jaring trawl;
2 Jalur penangkapan II terbuka untuk jaring trawl dasar berpanel otter board
dengan panjang tali ris atasbawah-nya kurang dari 12 meter;
3 Jalur penangkapan III terbuka untuk jaring trawl dasar berpanel otter board
dengan panjang tali ris atasbawah-nya kurang dari 20 meter;
4 Jalur penangkapan IV terbuka bagi semua jenis kapal dan alat penangkapan
yang sah, terkecuali pair bull trawl hanya boleh beroperasi di perairan
Samudera Indonesia.
Untuk lebih jelas mengenai
Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
607KPTSUM91976 tentang Jalur Penangkapan Ikan
dapat dilihat pada Lampiran 4.
2.4.2 Keputusan Presiden Nomor 39 Tahun 1980 tentang Penghapusan Trawl
Pada Tahun 1980, pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden Keppres Nomor 39 Tahun 1980 tentang penghapusan trawl. Keppres ini mengatur
mengenai penghapusan trawl di Indonesia secara bertahap yakni terhitung mulai tanggal 1 Juli 1980 sampai 1 Juli 1981, kapal perikanan yang menggunakan jaring
trawl dikurangi jumlahnya. Selain itu, dalam Keppres tersebut juga diatur
mengenai perincian jaring trawl dan penghapusan trawl diatur dengan Keputusan Menteri Pertanian Tripa 2006. Adapun Keppres tersebut keluar karena beberapa
faktor, antara lain Diniah 2001: 1
Pelaksanaan pembinaan kelestarian sumberdaya ikan dasar; 2
Mendorong peningkatan hasil tangkapan;
3 Menghindarkan terjadinya ketegangan-ketegangan sosial.
Ada dua Keputusan Menteri Pertanian dalam hal ini, yakni Keputusan Menteri Pertanian Nomor 694 Tahun 1980, dan Keputusan Menteri Nomor 392
Tahun 1999 yang merupakan pengganti Keputusan Nomor 694 Tahun 1980. Menurut Tripa 2006 dalam Keputusan Nomor 694 Tahun 1980 mengatur tiga
hal penting, yakni: 1
Semua usaha perikanan yang kapal perikanannya menggunakan jaring trawl dilarang melakukan penangkapan ikan:
1 Terhitung mulai tanggal 1 Oktober 1980 di perairan laut yang mengelilingi
pulau Jawa dan Bali dengan batas titik-titik koordinat sebelah Timur garis bujur 116º30 BT, sebelah Utara garis lintang 5º LS sampai garis bujur
106º BT, sebelah Barat garis lurus yang menghubungkan 2 titik: 5º30 LS dan 160º20 BT 6º40 LS sampai dengan garis bujur 106º20 BT; 105 BT.
2 Terhitung mulai tanggal 1 Januari 1981 di perairan laut yang mengelilingi
pulau Sumatera dengan batas titik-titik koordinat garis bujur 109º40 BT sampai dengan garis lintang 2º LU; garis lintang 2º LU; garis bujur 108º
BT dari 2º LU sd 2º LS; garis lintang 2º LS; garis bujur 109º BT dari 2º LS sd 5º LS; garis lintang 5º LS; garis bujur 116º30 BT.
2 Semua usaha perikanan dilarang melakukan pengangkutan ikan dengan
kapal-kapal perikanan yang menggunakan jaring trawl: 1
Ke pulau Jawa dan Bali terhitung sejak tanggal 1 Oktober 1980; dan 2
Ke pulau Sumatera terhitung sejak tanggal 1 Januari 1983. 3 Kapal-kapal perikanan yang menggunakan jaring trawl yang melanggar
ketentuan-ketentuan di atas dipersamakan dengan kapal perikanan yang tidak memiliki SIUPSKIP dan dapat dikenakan ketentuan pasal 8 Keputusan
Presiden No. 39 tahun 1980. Dikecualikan dari ketentuan-ketentuan di atas, ialah kapal-kapal latih dan kapal-kapal penelitian milik pemerintah.
Untuk lebih jelas mengenai Keputusan Presiden Nomor 39 Tahun 1980 tentang Penghapusan Trawl dapat dilihat pada Lampiran 5.
2.4.3 Keputusan Presiden Nomor 85 Tahun 1982 Tentang Ketentuan